Pernyataan Ye Xiu dalam konferensi pers tidak banyak mengurangi keraguan orang. Bersikeras menggunakan pemain yang dianggap levelnya tidak memadai, mulai menuai berbagai pertanyaan. Terutama di forum-forum gosip, berbagai rumor tidak masuk akal bermunculan. Contohnya dugaan bahwa An Wenyi adalah simpanan Chen Guo yang diwajibkan bos untuk dimainkan, ternyata diterima banyak orang - bahkan tidak sedikit fans Xingxin yang mempercayainya.
Untungnya media-media besar akhirnya tidak se-tidak bisa dipercaya itu, umumnya hanya mengkritik sikap keras kepala Xingxin dalam seleksi pemain.
"Prospek bagus Xingxin di musim ini mungkin akan hancur karena keras kepala mempertahankan pemain ini!"
Ada media yang tegas menyimpulkan demikian. Karena jendela transfer telah ditutup segera setelah babak pertandingan ini, Xingxin benar-benar tidak merekrut pemain Healer baru. An Wenyi tetap menjadi satu-satunya andalan mereka. Healer berbeda dengan kelas lain yang umumnya memiliki sistem shift cadangan. Segmen waktu ini, kritikan keras mengarah ke Xingxin, bahkan banyak pendukung setia seperti Chen Guo mulai memprotes kebijakan nekad tim dalam penggunaan pemain. Banyak juga yang mengangkat kabar angin tak berdasar sebagai bahan perbincangan.
Satu-satunya yang bisa menghancurkan total semua pertanyaan ini sepertinya hanya kinerja di lapangan. Tapi...
"Jangan terburu-buru, ini bukan urusan yang bisa diselesaikan dalam satu dua pertandingan." Di ruang latihan pagi-pagi sekali, Ye Xiu yang baru datang langsung menemui An Wenyi yang sudah berlatih sejak dini hari tanpa diketahui.
“Seluruh tim perlu beradaptasi dengan cara bertanding dan ritme baru ini, sebenarnya masalah terhadap Lun Hui bukan hanya ada pada dirimu, perlindungan tim terhadapmu juga tidak cukup baik.” Ye Xiu berkata.
“Ini bukan penghiburan kan?” An Wenyi bertanya.
“Saya selalu realitis.” Ye Xiu berkata.
“Saya percaya.” An Wenyi mengangguk, Ye Xiu benar-benar realitis, realitis sampai bisa membuat mayat hidup marah.
“Terus tingkatkan latihan untuk meningkatkan kesadaran reaksi, sedikit banyak pasti akan membantu. Kemudian, berlatih dan bertempur bersama tim besar untuk menyempurnakan kerjasama.” Ye Xiu berkata.
“Mungkin kita bisa kembali ke cara bertanding sebelumnya...” Kalimat yang diucapkan An Wenyi ini jelas-jelas demi kepentingan tim. Demi menjadikan dirinya seorang Pastor yang kompeten namun menyita kemenangan tim, tangannya mulai gemetar.
“Cara seperti itu tidak bisa digunakan terus-menerus. Bahkan Li Yibo yang lamban sudah mencium bau perangkap di dalamnya. Kau pikir orang-orang cerdik seperti Yu Wenzhou, Zhang Xinjie, Wang Jiexi akan tidak tahu apa-apa? Kita harus mempersiapkan jangka panjang. Dari sekarang, kita sudah harus memikirkan bagaimana bermain di playoff.” Ye Xiu berkata.
“Playoff?”
“Delapan besar, kurasa kita tidak akan sampai terlempar keluar lagi kan?” Ye Xiu melanjutkan.
Setelah babak ke-20 berakhir, perubahan di klasemen poin sangat minim. Hanya empat tim yang mengalami perubahan peringkat.
Tim Royal Style mengalahkan Zhaohua 7-3 di tandang, sementara Tim Miracle kalah 1-9 dari Dominant Hero di kandang. Kedua tim ini bertukar posisi di klasemen, dengan Royal Style sekarang di peringkat 12 dan Miracle di 13.
Selain itu, ada Tim 301 dan Tim Void. Kedua tim ini langsung berhadapan di babak ke-20, dimana Tim 301 akhirnya menang 9-1 atas Tim Void. Dalam pertandingan ini, pemain baru Bai Shu yang direkrut Tim 301 selama jendela transfer musim dingin menjadi sorotan.
Pendatang baru misterius ini menunjukkan teknik Glory yang sangat tinggi dalam pertandingan. Yang lebih mengejutkan, pengalaman bertandingnya yang tampak sangat matang.
Seseorang yang tidak dikenal memiliki skill tinggi mungkin bisa dijelaskan dengan latihan rahasia. Tapi pengalaman bertanding adalah sesuatu yang mustahil didapatkan dari latihan tertutup. Game online pun tidak bisa memberikan EXP setinggi itu.
Bai Shu ini... sebenarnya dewa macam apa?
Akhirnya, Tim 301 tidak lagi bermain teka-teki dengan semua orang dan mengungkap identitas Bai Shu. Ternyata si pemalas ini juga seorang pemain profesional, tapi bukan dari liga domestik melainkan pemain keturunan Tionghoa yang pernah mengabdi di Liga Super Glory Inggris di Eropa.
Ini... rekrutan asing?
Komunitas esports tercengang. Musim Glory tentu bukan monopoli negara kita. Game yang mendunia ini secara bertahap membentuk liga profesional di banyak negara. Namun sejauh ini, setiap negara memiliki gaya bermainnya sendiri tanpa kesepakatan umum tentang format pertandingan. Ditambah masa perkembangannya masih singkat, komunikasi lintas batas pun belum terjalin. Hanya sesekali muncul rekaman pertandingan pro dari luar negeri di internet. Pemain asing dengan deskripsi peralatan berbahasa asing, teknik yang tidak jauh melebihi level domestik, tentu tidak memberi pengaruh besar.
Kali ini, Tim 301 secara resmi telah memecahkan tembok isolasi ini dengan merekrut pemain profesional dari luar negeri.
Bai Shu langsung dibanjiri permintaan wawancara dari berbagai media esports selama bertahun-tahun. Kesempatan utama tentu jatuh ke (Esports Home), media esports paling otoritatif di dalam negeri.
Latar belakang misterius Bai Shu akhirnya terungkap setelah wawancara eksklusif diterbitkan. Sebenarnya tidak ada yang istimewa. Dia awalnya seorang pelajar asing yang terobsesi dengan Glory untuk mengisi waktu luang. Dengan bakat alami dan peningkatan skill yang cepat, reputasinya di komunitas Glory lokal semakin terkenal hingga menarik perhatian tim profesional. Akhirnya ia direkrut dan menjadi pemain profesional. Hingga kini telah memiliki pengalaman bertanding pro hampir empat tahun. Tim 301 yang berpikir out-of-the-box mencari talenta di liga luar negeri, akhirnya memilih Bai Shu dan membawanya pulang ke Tiongkok.
Sebagai pekerja media Glory, pengetahuan tentang liga luar negeri tentu lebih baik dibanding pemain biasa. Liga Super Glory Inggris termasuk yang terkuat di Eropa. Bai Shu sendiri adalah anggota inti dari salah satu tim kuat tersebut. Kemampuannya sebanding dengan pemain top domestik. Berdasarkan performanya di babak 20 yang baru berakhir, banyak yang menilai Bai Shu sudah layak masuk level All-Star.
Omongan bisa dibuat sembarangan, tapi kebenarannya harus dibuktikan di medan pertempuran sesungguhnya.
Seberapa compang-campingnya An Wenyi dari Xingxin vs seberapa hebatnya Bai Shu dari Tim 301, kini menjadi isu kemampuan individu pemain paling panas di komunitas Glory. Pertempuran uji yang dinanti-nantikan akhirnya datang lagi.
Babak ke-21, Xingxin tandang menantang Tim Hundred Blossoms; Tim 301 menjamu Dominant Hero di kandang. Kali ini pihak siaran televisi tidak terlalu bingung, dengan cepat memilih pertandingan Tim 301 vs Dominant Hero untuk disiarkan. Publik jelas lebih penasaran dengan pemain yang dibina dari liga profesional luar negeri ini.
Performa Bai Shu benar-benar tidak mengecewakan. Pada babak ke-21 melawan Dominant Hero, Tim 301 akhirnya menang meyakinkan 8-2. Kinerja Bai Shu dalam pertandingan tim patut dipuji. Dalam pertandingan ini, Kapten Tim 301 Yang Cong kembali menggunakan skill (She Ming Yi Ji), sekali lagi membunuh Healer lawan dengan satu serangan. Namun Healer Tim Dominant Hero sama sekali berbeda konsepnya dengan An Wenyi dari Tim Xingxin.
An Wenyi justru dianggap sebagai Healer terburuk di liga, sedangkan Zhang Xinjie dari Dominant Hero adalah Pastor nomor satu Glory. Didampingi veteran berpengalaman seperti Han Wenqing, Zhang Jiale, Lin Jingyan dan lainnya, namun berkat perlindungan brilian Bai Shu, Yang Cong berhasil menghabisi targetnya.
Biksu asing sepertinya sangat ahli membaca kitab suci! Tapi Healer lokal benar-benar mempermalukan diri. Pertandingan tandang Xingxin melawan Hundred Blossoms berakhir dengan skor 4-6.
Ye Xiu di pertandingan individual tetap tak terbendung. Di arena pertandingan, Xingxin juga berhasil meraih kemenangan. Namun dalam pertandingan tim, kali ini lagi-lagi karena Healer tidak cukup keren, akhirnya mengalami kekalahan.
Kekecewaan serbuk semakin memuncak, tapi saat ini selain menggerutu tidak ada solusi lain. Periode transfer telah berakhir, sekalipun An Wenyi compang-camping, Xingxin terpaksa memaksakan diri untuk terus menggunakannya. Kecuali tim besar tidak membutuhkan Healer.
Xingxin yang menyebalkan tidak kehilangan semangat. Mereka memberikan berbagai saran untuk Xingxin, namun intinya tetap menyarankan pergantian pemain Healer. Terinspirasi dari Tim 301, visi semua orang mulai meluas di luar Liga. Seorang pemain tidak dikenal yang antusias, entah dari mana mengumpulkan berbagai rekaman pertandingan Healer dari Liga profesional luar negeri, lalu mengirimkannya ke email tim Xingxin yang telah dipublikasikan, untuk dipilih oleh Xingxin.
Menanggapi hal ini, Chen Guo hanya bisa mengeluarkan pengumuman resmi tim, menyatakan keyakinan tim terhadap kemampuan An Wenyi, sekaligus berharap serbuk bisa lebih bersabar dan memahami, bersama-sama mengantisipasi masa depan yang cerah.
Setelah pengumuman ini, sebagian orang terpengaruh, tapi kaum keras kepala tetap ada. Dukungan kuat Xingxin kembali memicu mereka menyusun berbagai alasan fiktif. Alasan "bos mengasuh" seperti ini sudah tidak memenuhi harga diri mereka lagi.
Xingxin, termasuk kekalahan di babak ke-19 melawan Tim 301, kini telah mengalami tiga kekalahan beruntun. Namun di klasemen poin, perubahannya kembali sangat minim. Posisi naik-turun tim peringkat 17-18 seperti Yueyun dan Zhaohua sudah tidak menarik perhatian. Perubahan lain di babak ini adalah Void yang kalah 3-7 di tandang melawan Thunderclap, berhasil disalip oleh Misty Rain yang menang 7-3 melawan Huangfeng. Tapi kedua tim ini masih tertinggal lebih dari 20 poin dari zona playoff. Yang sedang mendekati zona playoff adalah Tim 301. Setelah menang melawan Xingxin di babak 19 dan bergabungnya Bai Shu, Xingxin mengalami tiga kekalahan beruntun sementara mereka meraih tiga kemenangan beruntun. Selisih poin dengan Tim Typhoon di peringkat 8 kini menyusut jadi 13 poin.
Di separuh musim ini, Tim 301 terlihat mulai menunjukkan kekuatan penuh. Pengunduran diri Yang Cong dan pengangkatan atlet profesional luar sebagai anggota utama telah mengubah gaya taktis tim. Kecanduan Yang Cong terhadap skill (She Ming Yi Ji) membuat tim kemungkinan akan menjadikan ini strategi utama. Kemampuan tersembunyi Bai Shu, pemain yang berkembang di liga luar negeri, juga menjadi bahan keingintahuan banyak orang.
Masalah yang dihadapi Xingxin saat ini? Selain fans setia, siapa yang benar-benar peduli? Orang-orang seperti Ruan Cheng sedang menikmati situasi ini. Kebencian mereka terhadap Tang Rou telah meluas ke seluruh tim Xingxin. Karena tidak menemukan celah baru untuk mencerca Tang Rou, mencerca seluruh tim langsung menjadi pilihan ideal.
Dalam edisi terbaru Esports Era, Ruan Cheng menulis artikel panjang yang mengkritik habis-habisan Xingxin. Namun timing artikel ini sangat tidak tepat. Pada putaran ke-22, Xingxin menjamu Zhaohua di kandang. Dalam kondisi apapun saat ini, Xingxin tak mungkin dipermalukan oleh tim level Zhaohua. Alhasil, setelah tiga kekalahan beruntun, Xingxin kembali menorehkan skor 10-0, membuat kritikan Ruan Cheng berbalik memalukan dirinya sendiri.
Ruan Cheng nyaris putus asa. Majalah dwimingguan Esports Era memang kalah aktual dibanding koran. Artikelnya terbit persis setelah pertandingan putaran ke-22 usai. Di satu sisi ada skor telak 10-0 yang tak terbantahkan, di sisi lain ada berbagai kritik pedasnya terhadap Xingxin.
Buta matanya?
Fans Xingxin marah-marah menghujat Esports Era dan Ruan Cheng.
