Setelah putaran ke-22, klasemen poin hanya mengalami perubahan kecil. Setengah musim berjalan, akumulasi poin masing-masing tim sudah cukup solid. Poin dari satu babak sulit membuat fluktuasi besar di klasemen.
Di antara tiga pertandingan setelah tahun baru, yang paling menonjol jelas Tim 301.
Tim 301 menghadapi lawan-lawan yang tidak lemah dalam tiga babak ini, yaitu Void, Dominant Hero, dan Hundred Blossoms. Dengan skor gemilang 9-1 dan dua kemenangan 8-2, mereka meraih kemenangan beruntun. Bai Shu tidak mengecewakan rasa penasaran semua orang terhadapnya, menunjukkan performa menonjol di ketiga pertandingan. Kapten Tim 301 Yang Cong telah menyelesaikan transformasi karakternya dalam beberapa babak, bukan lagi assassin bergaya warrior yang menyerang langsung di medan perang. Dingin, kejam, dan rela mengorbankan nyawa - inilah kesan yang diberikan oleh Assassin nomor satu di Liga saat ini. Bahkan lebih baik daripada banyak assassin yang memang memiliki gaya seperti ini sejak awal. Transformasi gaya yang begitu bersih dan efisien membuat orang-orang tak henti mengagumi pemain yang ternyata selama ini agak diremehkan ini.
Meski belum ada peningkatan peringkat, Tim 301 yang berhasil mengalahkan tim-tim kuat terus mempersempit jarak poin dengan delapan besar. Tim Hundred Blossoms yang baru saja mereka kalahkan di babak ini kini jatuh ke peringkat 8 dengan 131 poin, sementara Tim 301 hanya terpaut 8 poin di belakangnya.
Tim lain yang patut diperhatikan adalah Tim Typhoon. Dijuluki "udang lemah", Tim Typhoon di paruh pertama musim benar-benar babak belur menghadapi tim-tim kuat. Dihajar Xingxin 10-0 dan dipukul Micro Grass 9-1 menjadi penutup menyedihkan dari dua babak terakhir mereka. Pada jendela transfer musim dingin, mereka secara terbuka menawar Zhang Xinjie dari Dominant Hero, namun akhirnya gagal dan meninggalkan kesan publik bahwa mereka sangat ingin melakukan penyesuaian tim. Setelah itu, setiap proses pembelian pemain selalu disertai tuntutan harga selangit - bahkan pemain biasa pun diminta membayar hingga 10 juta.
Memang Tim Typhoon sangat terburu-buru, tapi mereka juga tidak mau jadi orang bodoh! Menurut mereka, Zhang Xinjie adalah pemain yang benar-benar bisa memecahkan masalah mereka - dewa sekaligus populer. Mereka rela membayar mahal. Tapi sekarang orang-orang tak jelas ini semua menuntut 10 juta, ini benar-benar memanfaatkan situasi. Para "cadangan" ini mana layak dapat investasi besar?
Tidak mau ditipu, negosiasi transfer pemain juga tidak menemukan kandidat yang cocok. Akhirnya ketika jendela transfer ditutup, Tim Typhoon gagal total dan terpaksa pura-pura mengeluarkan pengumuman bahwa mereka percaya komposisi tim saat ini cukup kuat untuk memenangkan segalanya.
Banyak orang yang suka melihat keramaian berharap Tim Typhoon akan terus tersandung selanjutnya! Tapi kali ini jadwal pertandingan membantu mereka. Di paruh kedua musim ini, lawan Tim Typhoon bukanlah tim-tim kuat. Yueyun, Zhaohua, Light - tim-tim lemah ini masih bisa dihadapi dengan garang oleh Tim Typhoon, dan mereka berhasil mengalahkannya satu per satu. Setelah Hundred Blossoms kalah dari Tim 301, Tim Typhoon bahkan berhasil menyerbu ke posisi ke-7 klasemen.
Selanjutnya? Di babak ke-23, lawan Tim Typhoon adalah Tim Ming Qing yang bersama Linhai sudah pasti tereliminasi musim ini. Tampaknya Tim Typhoon belum akan tersandung dalam waktu dekat.
Bagi yang hanya mengikuti Tim Typhoon demi hasil pertarungan, mereka adalah para pencari keuntungan. Sedangkan para penggemar teknik permainan sejati punya banyak pilihan duel seru di babak ke-23.
Dominant Hero vs Xingxin, Blue Rain vs Lun Hui, dan Tim 301 yang mulai menunjukkan taring di paruh musim akan bertandang menghadapi Tim Thunderclap yang memiliki pertarungan tim sangat kuat musim ini.
Tim siaran televisi, setelah bingung mempertimbangkan, akhirnya memutuskan tidak menyiarkan pertandingan Blue Rain vs Lun Hui (peringkat 2 vs 1). Alasannya, selisih poin Lun Hui (pertama) dengan Blue Rain (kedua) mencapai 22 poin. Bahkan jika Blue Rain menang 10-0, posisi puncak Lun Hui tetap aman. Hasil seperti ini dianggap membosankan.
Di sisi lain, Dominant Hero dan Xingxin sama-sama mengumpulkan 148 poin. Peringkat mereka ditentukan oleh hasil pertarungan sebelumnya. Kali ini, siapa yang menang akan langsung melesat ke posisi ke-4 klasemen.
Peringkat yang lebih tinggi di akhir musim akan mendapatkan bonus dan dividen yang lebih besar. Ini juga memiliki sedikit pengaruh pada playoff. Dalam format playoff yang mulai berlaku sejak musim lalu, hak tuan rumah untuk pertandingan penentuan setelah seri, diberikan kepada tim dengan peringkat lebih tinggi di pertandingan reguler. Meskipun hak tuan rumah ini tidak mencakup hak pemilihan peta, tetapi peningkatan semangat pasukan yang dibawa oleh fans tuan rumah tetap memiliki efek tertentu.
Siaran langsung pertandingan babak ke-23 akhirnya memilih pertandingan tandang Xingxin melawan Dominant Hero.
21 Februari.
Kota Q.
Setelah Weekend Bintang All-Star, Tim Xingxin sekali lagi datang ke kota ini.
Kandang Dominant Hero bahkan mengerahkan sejumlah besar penjaga keamanan untuk menyambut Tim Xingxin. Musim sudah separuh jalan, Chen Guo belum pernah melihat formasi sambutan seperti ini!
"Perlukah segitu?" kata Chen Guo.
"Ini pertandingan resmi, yang datang adalah Ye Xiu." Kapten penjaga keamanan berkata dengan serius. Saat mengucapkan ini, matanya seakan memancarkan kilatan dingin, melirik Ye Xiu dua kali dengan nada dingin. Tangan kanannya seperti reflek meraba-raba tongkat karet yang tergantung di pinggangnya.
"Dendam sebesar ini?" Meski dulu Chen Guo adalah fans Jia Shi, dia belum pernah mengikuti Jia Shi ke kandang Dominant Hero sehingga tidak tahu atmosfer di sini. Baru saja bertanya, terdengar teriakan dari seseorang: "Ye Xiu, duel denganku!"
Disusul botol air mineral yang terbang masuk, dengan tutup yang sudah dibuka sebelumnya. Airnya langsung terciprat ke semua orang.
“Arah jam tujuh, arah jam tujuh!!” Pemimpin tim keamanan itu, seperti memimpin pertandingan Glory, langsung mengirim orang berlari kencang ke arah jam tujuh untuk mengejar target. Hasilnya seperti apa, anggota Xingxin juga tidak tahu. Di bawah pengawalan satpam, mereka sudah cepat-cepat memasuki arena dan langsung diantar ke ruang persiapan.
“Mengerikan sekali!” Chen Guo berkomentar dengan perasaan was-was. “Bagaimana kalau ini bukan air, tapi asam sulfat atau semacamnya?” Chen Guo memeriksa bagian tubuhnya yang terkena cipratan tadi.
Ye Xiu mulut menganga: “Kamu terlalu kejam! Sebesar apa dendamnya sampai begitu?”
Baru saja selesai bicara, pintu ruang persiapan langsung diketok orang dengan ritme tertentu, terdengar sangat menyeramkan.
“Siapa?!” Chen Guo langsung siaga penuh.
“Zhang Xinjie.” Jawab orang di luar pintu.
“Hah…” Chen Guo tak menyangka ini adalah Shen, buru-buru membuka pintu.
“Dengar kalian datang, saya ingin menyapa.” Zhang Xinjie menyapa semua orang di dalam ruangan. Chen Guo segera mempersilakannya masuk.
“Dominant Hero mengirim siapa dulu di pertandingan individual?” tanya Ye Xiu.
Pertanyaan yang sangat berpotensi menciptakan cold talk, tapi Zhang Xinjie tetap menjawab: “Nanti saat pertandingan mulai kamu akan tahu.”
“Apa kamu turun di arena pertandingan?” Ye Xiu bertanya lagi.
“Tidak…” jawab Zhang Xinjie.
“Bisa ngobrol yang enak nggak sih?” Chen Guo akhirnya kehilangan kesabaran.
“Memang ada topik apa yang bisa dibahas?” balas Ye Xiu.
"Chen Guo hendak bicara, tapi di sisi ini Zhang Xinjie malah setuju dengan pendapat Ye Xiu: "Hmm, saya cuma mau menyapa, semua semangat, saya pamit dulu." Begitu selesai bicara, orangnya langsung pergi.
"Apaan sih?" Chen Guo bingung, "Gak ada urusan, cuma benar-benar menyapa doang? Bisa dianggap sedang mencatat rekor eksistensi?"
"Kalau gitu saya juga mau catat!" Ye Xiu bangun.
"Perlu saya ikut juga gak, bos?" Baozi melompat berdiri.
"Bebas!" Ye Xiu tidak masalah.
"Gas." Baozi mengikuti.
"Saya juga ikut." Fang Rui ikut meramaikan.
"Iseng." Wei Chen menunjukkan sikap meremehkan terhadap si pemalas ini, sementara anggota lain yang lebih kalem jelas tidak ikut-ikutan.
Tiga orang keluar ruangan. Ruang persiapan kedua tim ini biasanya bersebelahan atau berhadapan. Tak lama Chen Guo mendengar suara Ye Xiu di jalur eksklusif: "Buka pintu, saya datang!"
Gayanya seolah sedang pulang ke rumah sendiri, sangat akrab.
Pintu ruang persiapan Dominant Hero terbuka. Tanpa diundang, Ye Xiu langsung masuk diikuti dua orang.
"Ruang persiapan tim tuan rumah memang lebih nyaman!" Ye Xiu berkomentar, "Suhunya berapa? Di tempat kami agak dingin." Sambil melihat pengontrol AC di tembok, dia mengoperasikannya dengan mahir.
"Ngapain kamu ke sini?" Han Wenqing bertanya di samping.
"Timbal balik, cuma mau menyapa aja!" jawab Ye Xiu.
"Lao Lin." Fang Rui juga menyapa mantan partnernya Lin Jingyan.
"Rogue Nomor Satu Lin Jingyan!" teriak Baozi.
"Lin Jingyan tiba-tiba merasa senang, julukan ini sudah lama tidak disematkan padanya. Orang aneh dari Xingxin ini kelihatannya jago mengobrol ya!"
"Orang-orang bodoh Xingxin sudah datang!" Tiba-tiba pintu ruang persiapan terbuka lagi, seseorang bergegas masuk.
"Membicarakan orang di belakang, mana kualitasnya?" Ye Xiu menoleh, orang yang masuk ternyata Zhang Jiale.
"Wah, datang juga." Zhang Jiale bersikap biasa saja.
"Botol air mineral tadi yang kamu lempar kan!" kata Ye Xiu.
"Air mineral apa?" Zhang Jiale bingung.
"Jangan pura-pura, teknik lemparannya persis seperti granatmu." kata Ye Xiu.
"Omong kosong apa lagi ini?" kata Zhang Jiale.
"Nanti di pertandingan akan kuberi pelajaran." Ye Xiu berkata sambil berjalan keluar.
"Akan kuhajar kau!" Sebelum keluar, Baozi mengancam Zhang Jiale dengan garang.
"Orang-orang Xingxin... benar-benar tidak bisa dimengerti!" Zhang Jiale memandang kedua orang itu pergi.
"Benarkah kamu yang melempar air mineral?" Ternyata anggota Dominant Hero sendiri malah bertanya. Tampaknya kejadian baru saja ini sudah cepat tersebar di antara pemain Dominant Hero.
"Masa aku sebodoh itu!" kata Zhang Jiale, "Tapi cuma air doang? Kenapa tidak diisi cat atau vernis? Biar anggota Xingxin tampil penuh warna-warni, hahaha."
"Kebencian sebesar apa ini!" seseorang berkomentar kagum.
"Aduh!" Zhang Jiale kaget, "Kok masih ada satu lagi."
“Masih ada satu lagi…” Lin Jingyan terdiam, Fang Rui datang mengobrol sebentar. Zhang Jiale masuk hanya melihat Ye Xiu dan Baozi, tak menyadari ada pasukan penyergap Xingxin di sini.
“Kalau main ke Xingxin lagi, mungkin ada cat atau tiner yang menantimu!” kata Fang Rui pada Zhang Jiale.
“Seberapa besar kebencian ini!” protes Zhang Jiale.
“Bukankah memang begitu?” Fang Rui tersenyum, “Aku pergi dulu!” Ia melambaikan tangan pada semua orang lalu pergi.
“Sial, lain kali ke sana harus benar-benar hati-hati. Orang-orang Xingxin yang licik tak tahu batas itu, kurasa memang bisa melakukan segalanya,” kata Zhang Jiale setelah kepergian Fang Rui.
“Kenapa dingin sekali?” Zhang Jiale merasakan suhu ruangan, lalu melihat panel AC di dinding.
“18 derajat? Kalian gila!” teriaknya.
“Pasti Ye Xiu yang mengatur…” Semua orang memperhatikan Ye Xiu yang mengutak-atik AC tadi.
“Sudah kuduga, mereka bisa melakukan apapun!” gerutu Zhang Jiale.
