“Provokasi Ye Xiu ini membuat Kapten He Wu, Wu Shuai, jantungnya berdebar kencang.”
Pertukaran ini memang sangat tidak seimbang, Healer Xingxin itu benar-benar sampah! Tapi selain cara ini, adakah solusi lain yang bisa dilakukan saat ini?
Dalam pertandingan, keraguan adalah larangan utama! Wu Shuai memang terkenal tegas dalam mengambil keputusan. Meski hatinya bergumam, dia tak ragu-ragu dan terus memimpin anggota tim menyerang Xiao Shou Bingliang.
An Wenyi tanpa basa-basi langsung memberi skill Big Heal ke karakter Xiao Shou Bingliang-nya begitu maju, HP langsung ditarik tinggi-tinggi. Setelah itu, He Wu mulai menyerang, namun saat melihat progress tim Xingxin di sisi lain, Wu Shuai langsung mengadukan nasibnya.
Ini bukan lagi masalah keseimbangan pertukaran! Bahkan keberhasilan pertukaran ini sendiri diragukan, progress pengepungan musuh mereka jauh lebih cepat.
“Bawa pergi!” Wu Shuai segera memberi instruksi. Sambil menyerang, mereka berusaha mendorong Xiao Shou Bingliang menjauh untuk memperpanjang waktu eksekusi.
“Tidak sempat.” An Wenyi yang biasanya kewalahan mengendalikan arena pertandingan, kali ini bahkan sempat mengetik di channel publik saat karakternya dikepung.
Memang... tetap saja tidak cukup waktu.
Wu Shuai sebenarnya paham situasi, tapi tetap berusaha mencari celah. Hingga ucapan An Wenyi itu membuatnya sadar: Xingxin sudah menghitung segala sesuatunya hingga detail, usahanya sia-sia belaka.
Cukup sampai di sini.
Wu Shuai sadar, hasil pertarungan kali ini mungkin sudah ditentukan sejak saat ini.
Wu Shuai menghela napas, menyaksikan healer timnya akhirnya tumbang. Sedangkan Xiao Shou Bingliang? Masih tersisa sepertiga HP meski dikepung!
Bagaimana jika kami melakukan seperti mereka?
Wu Shuai teringat taktik Xingxin saat mengepung healer He Wu sebelumnya. Namun sebelum sempat memberi perintah, Sinar Satelit sudah menghujam dari langit. Pilar cahaya berputar dan melebar, membuat anggota He Wu refleks menghindar. Formasi pengepungan pun tercerai-berai dengan mudah.
Tidak ada solusi lagi. Healer sudah tidak ada.
Wu Shuai menyadari perbedaan mendasar: Xingxin punya dukungan healer saat itu, sedangkan healer mereka terisolasi dalam kepungan. Itulah mengapa Xingxin bisa menguras HP mereka. Sekarang, meski berhasil mengurung Xiao Shou Bingliang, tanpa dukungan healer, mempertahankan formasi hanya akan mempercepat konsumsi HP timnya.
Benar-benar tidak bisa dilanjutkan.
Wu Shuai kembali merasa pertarungan mencapai akhir. Kali ini tidak ada inspirasi baru. Saat anggota keenam He Wu tiba, jumlah mereka sudah kalah dan tanpa healer. Mustahil mengubah konsekuensi. Pastor ber-skill terendah se-Glory, Xiao Shou Bingliang, justru membuatnya kagum.
Andai punya pastor seperti itu, apakah mereka akan kalah? Tidak mungkin!
Tidak rela, tapi tetap harus tumbang. He Wu akhirnya gagal mengalahkan Xingxin dalam pertandingan tim, kalah telak 1-9.
Di konferensi pers pasca pertandingan, wartawan bertanya pendapat Wu Shuai tentang pertandingan ini. Awalnya Wu Shuai hanya menjawab dengan ucapan formal, namun semakin lama semakin serius memikirkannya.
Di mana sebenarnya titik kritis yang menentukan kekalahan tim dalam pertandingan tim kali ini?
Padahal awalnya permainan berjalan sangat mulus, dengan mudah mengeliminasi satu anggota lawan. Bagaimana bisa keunggulan semacam itu akhirnya berubah menjadi kekalahan seperti longsoran gunung?
Wu Shuai mengingat kembali detik-detik krusial saat mereka berhasil mengeliminasi Ghostblade Yicunhui dari Xingxin, menjebak Hai Wu Liang, memancing Jun Moxiao, lalu mengepungnya. Namun kemudian Jun Moxiao hanya perlu sekali tepukan saja sudah bisa menerobos kepungan yang telah mereka persiapkan matang-matangan. Penyebabnya? Karakter yang bertugas mengintercept tiba-tiba kena Sacred Fire, membuat skill-nya tidak bisa digunakan.
Saat pertandingan berlangsung, tidak ada waktu untuk menganalisis detail. He Wu hanya berasumsi itu adalah skill yang ditempelkan pada payung Qianji San milik Jun Moxiao. Tapi benarkah demikian?
Wu Shuai menyelami kembali momen itu. Jun Moxiao yang terkepung langsung berusaha menerobos. Untuk skill seperti Sacred Fire yang membutuhkan casting time, mana mungkin sempat melakukan chanting?
Itu Xiao Shou Bingliang.
An Wenyi.
Pastor yang skill-nya biasa saja itu, ternyata berhasil melepaskan Sacred Fire dengan timing sempurna, berkoordinasi dengan serangan Jun Moxiao, hingga sang ahli strategi bisa keluar dari kepungan tanpa usaha.
"Ya, benar, seperti inilah…"
Lalu, Xingxin melawan balik, membubarkan formasi mereka, situasi pertandingan langsung terbalik.
Match point, tepat saat Jun Moxiao membuka kepungan mereka dalam sekejap, dan ini justru dilakukan oleh Pastor yang mereka remehkan, atau bahkan seluruh lingkup Glory anggap tak berarti! Jika bukan karena aksinya saat itu, meskipun skill Ye Xiu setinggi apapun, tidak mungkin bisa mendorong jalan dengan sekali tepuk, anggota He Wu juga bukan pemula!
"Si pemalas itu, nasibnya bagus banget."
Wu Shuai akhirnya memahami masalah, tapi justru menyimpulkan seperti ini. Pada dasarnya, dia tetap tidak percaya An Wenyi punya kemampuan besar, menganggapnya hanya seperti kucing buta yang menemukan tikus mati. Tapi setelah memikirkan sampai sini, tanpa sadar dia mulai menganalisis kinerja Xiao Shou Bingliang dalam pertandingan ini. Kemudian menyadari, aksinya yang muncul berulang kali di poin-poin kritis setelahnya.
"Kami... kalah karena Pastor itu?"
"Ini tidak mungkin!" Wu Shuai spontan berseru.
"Apa yang tidak mungkin? Bapak bilang apa yang tidak mungkin?" Para wartawan yang sedang menyimak jawaban pemain He Wu lainnya tiba-tiba mendengar seruan Wu Shuai, langsung mengalihkan perhatian ke sisi Wu Shuai.
"Pemain Pastor Xingxin, tidak sederhana," kata Wu Shuai.
“Hehehe.” Para wartawan mengejek. Ngapain? Karena kalah melawan Xingxin, sampai-sampai kelemahan besar Xingxin pun tidak diakui? Sungguh kekanak-kanakan! Kekuatan kalian yang kalah dari Xingxin juga tidak akan menuai kritik, perlu segini membela diri?
Pernyataan He Wu sama sekali tidak memicu minat para wartawan. Mereka melanjutkan wawancara hingga sesi He Wu berakhir, lalu Xingxin dimulai kembali. Hal pertama yang mereka dengar dari Ye Xiu adalah pujian untuk An Wenyi.
“Kemenangan hari ini berkat kinerja luar biasa An Wenyi.”
An Wenyi?
Kinerja luar biasa?
Dua frasa ini digabungkan, kok terasa sangat kontradiktif? Apa bisa ditulis bersama? Para wartawan sejenak merasa pusing.
“Lho, ternyata tidak ada yang menyadari?” Ye Xiu melihat ekspresi bingung para wartawan yang saling pandang, heran bertanya. Lalu mendesak lagi, “Apa kalian nonton pertandingannya?”
“Tentu.” Jawab para wartawan.
“Statistik teknik pertandingan ini sudah keluar?” Ye Xiu tiba-tiba bertanya ke petugas Liga.
“Sudah.” Jawab orang tersebut.
“MVP pertandingan tim adalah?” Tanya Ye Xiu.
“An Wenyi.” Petugas Liga memberikan jawaban berdasarkan statistik teknik.
“Ha?!” Para wartawan gempar.
Ye Xiu tersenyum manis: “Senang sekali Liga menyimak pertandingan dengan serius.”
Para wartawan merasa sangat canggung. Dalam pertandingan ini, An Wenyi ternyata menjadi MVP? Para wartawan lupa melakukan wawancara dan mulai berdiskusi ramai, namun kesan semua orang terhadap kinerja An Wenyi selama pertandingan hanya samar-samar. Ini karena sejak awal menonton pertandingan, mereka sudah memiliki prasangka tertentu. Seharusnya pertandingan dinikmati, namun terhadap An Wenyi, mereka sama sekali tidak memiliki sikap seperti itu. Hingga para profesional di bidang Glory ini akhirnya bahkan tidak bisa mengenali MVP pertandingan tim kali ini.
Karena tidak memahami situasi, sesi tanya jawab ini hampir tidak bisa dilanjutkan. Para wartawan akhirnya hanya mengajukan beberapa pertanyaan klise, seperti menanyakan pendapat An Wenyi tentang performanya dalam pertandingan ini.
"Pada waktu yang tepat, melakukan hal yang tepat." Kata An Wenyi.
“Oh? Bisa dijelaskan secara detail?” para wartawan bertanya.
“Kalian……lebih baik tonton ulang pertandingannya!” An Wenyi terdiam, hal seperti ini harus dijelaskan dengan kata-kata detail. Bukan karena sinis, dia……agak memalukan. Karena itu adalah momen gemilangnya. Mana mungkin dia langsung bilang "Di saat paling kritis, berkat Sacred Fire-ku" seperti itu, dia An Wenyi bukan Wei Chen.
Sesi tanya jawab akhirnya berakhir begitu saja. Para wartawan sampai akhir masih penasaran, tidak mengerti bagaimana An Wenyi bisa menjadi pahlawan dalam pertandingan ini. Usai acara, mereka buru-buru menonton ulang rekaman. Dengan mental memilih momen gemilang, para profesional ini segera menemukan apa yang sebenarnya terlewat selama pertandingan. Sungguh tidak profesional.
“An Wenyi, apakah sudah mulai menemukan perasaannya?” Para wartawan bertanya-tanya.
An Wenyi yang sebelumnya hampir dianggap sebagai beban oleh seluruh lingkup Glory, tiba-tiba menjadi MVP tim. Perubahan ini terlalu drastis, bukan?
Wartawan dari berbagai media sudah mulai menyusun pertanyaan tentang An Wenyi. Pertandingan Xingxin vs He Wu sebenarnya bukan fokus pemberitaan. Tapi dengan An Wenyi sebagai MVP pertandingan ini, topik ini menjadi luar biasa.
Untuk pertarungan epik di babak ini, duel super terjadi di kandang Lun Hui melawan Micro Grass, serta kandang Dominant Hero melawan Blue Rain.
Kedua pertandingan berakhir dengan kemenangan tim tuan rumah dengan skor 7-3. Rekor arena tak terkalahkan Micro Grass akhirnya pecah di babak ini. Dari semua rekor kemenangan beruntun gila di liga ini, hanya rekor kemenangan individu Ye Xiu yang belum terkalahkan.
Di babak ini, Tim Typhoon yang biasa pamer kekuatan saat melawan tim lemah akhirnya kena batunya. Yang mengejutkan, lawan yang mengalahkan mereka sama sekali bukan tim kuat.
Shenqi!
Tim baru musim ini ini justru mengalahkan Typhoon 7-3 di kandang sendiri. Mantan pemain Jia Shi yang terlihat lebih terpuruk dan bergabung dengan Shenqi, justru keluar sebagai pemenang dalam pertarungan ini.
Tim Howling yang selama ini berpura-pura kuat dengan mengalahkan tim-tim lemah, setelah kalah dalam pertandingan ini langsung turun satu peringkat di klasemen poin. Saat ini di posisi ke-7 dengan 148 poin, diikuti Hundred Blossoms yang hanya selisih 1 poin. Kemudian di posisi ke-9 ada Tim 301 yang sedang bangkit kuat. Setelah mengalahkan Huangfeng 8-2 di kandang babak ini, mereka hanya terpaut 7 poin dari zona playoff.
Namun kali ini Tim 301 tidak lagi menggunakan jurus mematikan She Ming Yi Ji.
