1-0.
Dominant Hero unggul di kandang.
Ini seharusnya bukan hasil yang perlu dibesar-besarkan. Namun, Howling kalah melalui core player mereka Tang Hao, sementara Dominant Hero menang justru melalui mantan core player Howling Lin Jingyan. Makna tersirat dalam hal ini tiba-tiba menjadi sangat kompleks.
Namun di lokasi live, sorak sorai fans Dominant Hero tidak berlebihan. Bagaimanapun, makna konfrontasi ini berkisar pada masa lalu dan masa kini Howling, fans Dominant Hero sulit merasakan kedalaman maknanya. Lalu bagaimana dengan fans Howling? Di tribun tim tamu yang sudah renggang, fans Howling terlihat murung. Bahkan ada yang sudah bangkit dan meninggalkan arena secara diam-diam setelah hanya menyaksikan ronde pertama pertandingan individual.
Lin Jingyan kembali ke area pemain, menerima ucapan selamat dari rekan setim atas kemenangannya. Di mata banyak orang, mengalahkan Tang Hao pasti merupakan bentuk pelampiasan yang memuaskan?
Namun Lin Jingyan tidak terlihat terlalu bersemangat. Pemain yang selalu sopan ini hanya tersenyum, lalu akhirnya duduk kembali di kursinya.
Bagaimana dengan sisi Howling?
Ia tidak lagi menoleh untuk melihat.
Meski ada kerinduan akan masa lalu, kerinduan akan karakter Tang San Da yang dulu menjadi miliknya, tapi masa lalu akan tetap berlalu. Meski usia karirnya sudah senja, selama jalan belum sampai finis, masih ada masa depan.
Masa depanku ada di sini... Lin Jingyan menggenggam kartu akun Leng An Lei di tangannya.
Pada saat yang sama, di arena pertandingan lain, ronde pertama pertandingan individual juga sudah memasuki fase penentuan pemenang.
Blue Rain VS Micro Grass.
Lu Hanwen VS Gao Yingjie.
Dua pemain paling mencolok dari generasi baru ini, satu langsung dilempar ke posisi anggota utama dan bergulat dalam pertandingan pro yang brutal; sementara yang lain dijaga dengan hati-hati dan beradaptasi dengan lingkungan secara bertahap.
Metode berbeda, namun sama-sama tidak memengaruhi pertumbuhan mereka menjadi atlet profesional unggulan. Di musim ini, keduanya telah menghilangkan sikap kekanakan dan menjadi dua ikon generasi baru Liga. Saat ini, mereka sedang bertarung habis-habisan di arena duel untuk kemenangan tim masing-masing.
Pedang Siluman Tanpa Wujud!
Liu Yun milik Lu Hanwen melepaskan skill besar. Sebagai Blade Master dengan greatsword yang langka di Liga, meskipun kecepatan pedang skill ini agak lambat, radius serangannya lebih dahsyat. Senjata Perak Flame Shadow mengukir pola goyangan yang jelas dalam kecepatan relatif lambat ini, menyambar Mu En yang sedang bersiap mengendarai sapu terbang dan menyeretnya dari float ke tanah.
"Jangan lari!" Channel publik dipenuhi pesan dari Lu Hanwen. Remaja ini seolah memiliki energi tak terbatas, selalu mampu membangkitkan gairah tak terbatas pada siapa pun.
Sebaliknya, Gao Yingjie tidak seagresif dirinya. Tapi melalui perawatan penuh perhatian, dia justru lebih mampu merasakan harapan besar yang diberikan tim dan seniornya. Keyakinannya untuk menang sama sekali tidak kalah dari Lu Hanwen. Kinerjanya di lapangan justru terlihat lebih matang.
Tertangkap oleh Pedang Siluman Tanpa Wujud Liu Yun, Gao Yingjie tidak panik. Blade Master dengan greatsword memang memiliki serangan yang lebih kuat, namun pengorbanannya adalah kecepatan serang yang lebih lambat. Ini adalah kelemahan Blade Master greatsword, sekaligus celah yang bisa dimanfaatkan!
Bubuk Dispersi!
Mu En mengembangkan tangannya, melemparkan serbuk sihir. Skill ini tidak hanya bisa menghilang status efek, yang lebih penting adalah efek memperlambat semua kecepatan target. Meski sebagai skill low-tier, efek slow Bubuk Dispersi tidak terlalu kuat, namun bagi Liu Yun yang sudah relatif lambat, ini bagai garam di atas luka.
Kena!
Bubuk Dispersi mengenai sasaran, gempuran Liu Yun langsung melambat. Namun untuk memastikan serangan ini mengenai, Gao Yingjie telah bersiap menerima satu pukulan untuk Mu En. Tepat di saat itu...
Xianren Zhilu!
Serangan Pedang Siluman Tanpa Wujud tiba-tiba dihentikan secara tegas oleh Lu Hanwen, digantikan oleh satu tusukan Xianren Zhilu.
Kena juga!
Efek knockback yang dahsyat langsung melontarkan Mu En ke udara. Liu Yun tidak mengejar untuk serangan mendadak. Efek Bubuk Dispersi memang cukup mengganggu untuk Blade Master greatsword seperti Liu Yun-nya. Justru dia ingin memanfaatkan jeda ini untuk bertahan melewati durasi efeknya.
Meski skill low-tier ini efeknya tidak terlalu kuat, durasinya benar-benar lama - mencapai 10 detik.
10 detik!
Jarak blow away dari skill Xianren Zhilu tidak sampai membuat Mu En membutuhkan 10 detik untuk kembali. Gao Yingjie juga tidak akan menyia-nyiakan 10 detik ini dengan sembarangan. Setelah melakukan ukemi saat terhempas, Mu En langsung mengendarai sapu untuk terbang bahkan sebelum sempat berdiri tegak setelah berguling.
10 detik?
Mu En kembali ke medan pertempuran, bahkan tidak sampai 2 detik!
Serbuk Es!
Serbuk sihir lainnya dilepaskan, namun skill ini bukan untuk serangan langsung melainkan memberi efek atribut sementara pada senjata.
Chen Lu!
Ini adalah nama senjata perak sapu milik Mu En. Setelah dilapisi Serbuk Es, senjata ini memancarkan cahaya biru samar. Setiap kibasan di udara meninggalkan jejak kristal es yang berjatuhan.
Serangan!
Kemampuan jarak dekat Ahli Sihir Gelap sangat tangguh.
Meski utamanya mengandalkan serangan biasa, kombinasi serbuk sihir yang bisa memodifikasi atribut senjata secara bebas, serta penguasaan sapu yang memungkinkan terbang bebas dan melakukan 6 kibasan udara untuk mempertahankan float, membuat serangan biasa di tangan kelas Penyihir ini sama sekali tidak biasa.
"Ingin menentukan hasil pertarungan hanya dengan ini?!" Pesan Lu Hanwen muncul di channel.
Gelombang pedang retakan bumi!
Liu Yun mengayunkan greatsword-nya menggunakan skill Soulblade. Seketika, kilatan pedang menyambar disusul Slashing Draw yang dilancarkan.
"Gelombang pedang retakan bumi" yang menyerang secara vertikal, "Slashing Draw" yang menyerang horizontal, ditambah jarak serang unik Blade Master Liu Yun dengan greatsword-nya. Kedua skill ini bersilangan membentuk salib raksasa yang menghujam ke arah Mu En. Serangan ini cukup mendadak, dengan koordinasi sempurna antara kedua skill.
Tapi...
"Kecepatan serang..." desah Yu Wenzhou di pinggir arena.
Lambat... Kelemahan ini sangat melekat pada Yu Wenzhou. Meski serangan indah Liu Yun ini, karena kelambatannya, tetap menyisakan celah.
Tapi apakah lawan bisa memanfaatkan celah yang ada?
Beberapa celah membutuhkan pertimbangan tajam dan operasional mumpuni untuk ditangkap. Seperti celah pada silangan dua skill Liu Yun ini - meski Yu Wenzhou bisa melihatnya, menyuruhnya mengoperasikan Mu En untuk menghindar benar-benar di luar kemampuannya.
Bisakah menghindar?
Tidak ada masalah.
Di sisi Tim Micrograss, Wang Jiexi telah membuat penilaian dalam hati saat melihat serangan ini.
Gao Yingjie seharusnya bisa melihat celah ini, seharusnya bisa memanfaatkannya.
Tapi antara "seharusnya bisa" dan "benar-benar melakukan" tetap ada beda dua kata.
Tapi Gao Yingjie tidak mengecewakan Wang Jiexi.
Membawa harapan dan masa depan Micrograss, dia dengan akurat menangkap kesempatan ini. Mu En bergoyang ringan di udara, menyelip di antara dua skill yang dihujamkan greatsword.
Sreeek!
Embun pagi menghujam, mengenai tubuh Liu Yun.
Efek Serbuk Sihir tidak bisa ditumpuk, namun efek magis baru dari Serbuk Es tetap memberikan slow dengan peluang beku, membuat Liu Yun semakin terjepit.
Hasil pertarungan telah ditentukan...
Para penonton yang mengikuti pertandingan telah membuat pertimbangan dalam hati.
Sebagian menghela napas, sebagian bersorak gembira.
Pengalaman yang dibawa oleh hasil pertandingan selalu terpolarisasi seperti ini.
Dua pemain generasi baru telah menentukan pemenang. Kemenangan Gao Yingjie membawa Micro Grass sebagai tim tandang unggul pertama. Sementara di arena lain, dua senior generasi lama masih belum menemukan titik terang.
Guang!
Dentuman keras menggema.
Bentrokan senjata memancarkan daya dan efek cahaya, kedua karakter terpental dengan kejam ke sisi berlawanan, jatuh tercengang di tanah.
"Sungguh kejam! Bertarung dengan mempertaruhkan HP, tidak takut tanganmu remuk?" Jun Moxiao bangkit sambil menjilat darah di sudut bibir, pesan Ye Xiu muncul di channel publik.
"Rekormu Cukup Sampai Di Sini." Pedang Zai Shui Yi Xia mengarah ke Jun Moxiao, Sun Zheping membalas dingin di channel.
"Jangan ngibul, di babak sebelumnya Lao Lin juga bilang begitu. Tahu akhirnya bagaimana?" kata Ye Xiu.
"Lao Lin? Bukannya kalian melawan Blue Rain di babak sebelumnya?"
"Tiga babak sebelumnya," bantah Ye Xiu.
Blood Shadow Crazy Sword!
Sun Zheping tegas menghentikan tawar-menawar, Zai Shui Yi Xia langsung menggunakan skill kuat untuk membuka jalan. Kilatan pedang berubah menjadi bayangan darah, menghantam Jun Moxiao.
Jun Moxiao buru-buru menggeser badan menghindar, bayangan darah menghantam tanah dan batu-batu beterbangan, tiba-tiba melesat ke arah Jun Moxiao.
Serangan cyclone!
Pedang Zai Shui Yi Xia mengumpulkan pusaran angin, membawa batu-batu itu menghantam Jun Moxiao dengan keras.
Di kandang Xingxin, peta yang dipilih Ye Xiu memang selalu map duel sederhana. Tapi tak ada yang menyangka kali ini lawan gila-gilaan menyerang, membuat Ye Xiu sesak napas sejenak. Kombo Loner yang tak terbendung di Liga, ternyata tak kunjung mendapat kesempatan untuk digunakan.
Mundur!
Mundur lagi!
Di bawah hujan serangan, Jun Moxiao terus mundur sampai tak ada ruang lagi. Greatsword Zai Shui Yi Xia akhirnya menghantamnya. Tapi tepat di detik itu, bayangan Jun Moxiao tiba-tiba berhamburan seperti kelopak bunga. Pedang itu hanya menembus ilusi.
Jutsu Bunshin?
Bukan, kali ini berbeda.
Ini Langkah Bayangan Pedang!
Empat Jun Moxiao mengurung Zai Shui Yi Xia, kilatan pedang berkelebat. Mana tubuh aslinya? Sekarang pertimbangan itu tak relevan lagi. Intinya, Jun Moxiao akhirnya menemukan ritme serangannya.
Kemenangan tetap milik Ye Xiu pada akhirnya.
Ketika melepaskan mouse, dia menghela napas panjang. Ronde kali ini benar-benar menegangkan, hampir saja kalah. Sulit dipercaya lawannya adalah seseorang dengan cedera tangan parah. Si pemalas ini semakin tak kenal ampun. Apakah pertarungan selama hampir sepanjang musim telah membakar semangatnya total?
Tapi sungguh disayangkan, dia hanya bertanding satu pertandingan individual tiap babak, bahkan kadang harus istirahat. Kompetisi dengan bobot seperti ini, pasti nggak memuaskan ya?
Iya...
Nggak puas banget!
Sun Zheping menatap karakter Zai Shui Yi Xia di layar, terbaring di tanah menatap langit. Mungkin ada ketidakrelaan dalam sorot mata karakternya!
Andai bisa bertarung beberapa menit lebih lama tiap match...
