Pan Lin dan Li Yibo kaget dengan pengaturan tim Xingxin di babak ini. Saat ini pertandingan tim Xingxin vs Shenqi sudah berjalan separuh.
Target serangan utama adalah Yicunhui milik Qiao Yifan?
Rencana analisis He Ming indah di kertas, tapi kenyataan membuktikan Qiao Yifan bukan lawan yang bisa dijatuhkan sembarangan. Saat kedua tim bertemu, Yicunhui bahkan tidak terlihat - si target malah menggunakan taktik pergerakan posisi tempur.
Pertandingan tidak boleh sekaku itu. Target utama menghilang, tak bisa memaksa mencari sambil mengabaikan situasi. Shenqi merasa memiliki sedikit keunggulan jumlah personel, langsung serang saja!
Benar ada keunggulan jumlah, dan keunggulannya sangat besar.
Ketika kedua pihak bertubrukan langsung, tim Shenqi berjumlah lima orang secara keseluruhan, sementara di sisi Xingxin hanya ada dua karakter yaitu Tang Rou dan Su Mucheng.
Lima lawan dua, apa yang perlu ditakutkan?
Shenqi serentak maju, namun tetap menyadari Xingxin tak mungkin sengaja menempatkan dua orang untuk dibantai. Mereka waspada mengamati dari mana anggota Xingxin lainnya akan tiba-tiba muncul.
Lima lawan dua, hasil pertarungan ini membuat hati He Ming, Wang Ze, dan Shen Jian gemetar.
Apa yang mereka hadapi? Kombinasi Battle Mage dan Artillery God! Duo paling familiar yang selama bertahun-tahun menjadi pusat perhatian mereka. Dulu, duo ini pernah mengalahkan lawan baik dalam skenario 2vs1, 2vs2, bahkan 2vs5! Dalam kesadaran terlatih He Ming cs, keunggulan jumlah? Tidak ada. Justru MEREKA yang terikat!
Tiba-tiba Hai Wu Liang milik Fang Rui muncul, disusul Yicunhui milik Qiao Yifan dari sayap kiri dan kanan, mulai menjepit Shenqi dari dua sisi.
Yicunhui telah muncul, tapi fokus menyerang target ini sulit dilakukan. He Ming cs terkejut menyadari mereka sudah terikat. Adegan ini... sangat familiar! Dulu merekalah yang menambahkan bumbu penyedap saat lawan terikat oleh Battle Mage dan Artillery God.
Hasilnya tetap strategi paling andalan kita?
He Ming dan kedua rekannya terlihat linglung. Jun Moxiao dan Muyu Chengfeng—dengan persiapan spesifik berdasarkan keakraban mereka dengan gaya bermain pemain—ternyata Jun Moxiao sama sekali tidak turun bermain. Mereka seperti kehilangan tulang punggung. Hasilnya, kombinasi Han Yanrou dan Muyu Chengfeng justru menciptakan kesan "deja vu" yang lebih kuat dibanding Jun Moxiao dan Muyu Chengfeng.
"Ah, seandainya kita tahu akan seperti ini sejak awal…"
Dengan perasaan penuh penyesalan, He Ming dan kawan-kawan akhirnya kalah dalam pertandingan tim. Xingxin meraih kemenangan telak 9-1 di seluruh pertandingan.
Konferensi pers pasca-pertandingan dari Tim Magic terasa hambar dan cepat berakhir. Saat Xingxin naik panggung, para wartawan mulai mempertanyakan kehadiran Luo Ji dan ketidakhadiran Ye Xiu di pertandingan tim.
Jawaban yang diberikan: ini adalah adaptasi dan latihan menyambut playoff.
"Xingxin sudah mulai masuk ke ritme playoff?!"
Judul seperti itu langsung menghiasi koran-koran. Tapi ini bukan hal yang aneh. Di penghujung musim, tim-tim matang dan stabil memang sudah mulai merencanakan strategi playoff. Sistem playoff—baik dulu maupun sekarang—sangat berbeda dengan pertandingan reguler. Jadwal padat dengan sistem kandang-tandang bergantian, benar-benar membutuhkan penyesuaian khusus.
Tapi baru babak ke-28! Apakah Xingxin terlalu dini masuk ke ritme playoff? Dengan latihan besar-besaran seperti ini, tidak takut kalau gagal masuk daftar peserta playoff nanti?
Tapi Xingxin yang tetap menggunakan babak ini untuk melatih tim tetap menang besar dengan skor 9-1, apa lagi yang bisa dikatakan publik? Para pencela Xingxin pun terpaksa menahan komentar di bibir mereka di hadapan fakta ini.
Di babak ke-28, kemenangan mutlak diraih oleh tim-tim kuat. Selain Howling yang mengalahkan Tim 301 dengan skor 9-1, tidak ada hasil pertandingan lain yang mengejutkan.
Dengan meraih 9 poin, Tim Xingxin kini mengumpulkan total 187 poin, tetap bertengger di peringkat 6. Di bawahnya ada Tim Hundred Blossoms dengan 183 poin. Setelah mengalahkan Tim 301 9-1, Howling berhasil merebut posisi dalam satu babak. Meski memiliki poin sama 167 dengan Tim 301, tetapi kemenangan 9-1 Howling atas Tim 301 di babak ini dan kekalahan 3-7 di babak 9 membuat agregat head-to-head kedua tim menjadi 12-8 untuk keunggulan Howling, sehingga peringkat Howling lebih tinggi saat poin sama.
Pertukaran peringkat antara Howling dan Tim 301 menjadi satu-satunya perubahan di klasemen setelah babak ini. Tim-tim lain tetap di posisi semula. Tim di bawah peringkat 12 seperti Huangfeng secara praktis sudah tamat di musim ini. Selanjutnya tinggal dilihat apakah mereka akan berusaha meraih dividen lebih dengan mendorong peringkat. Namun motivasi ini mungkin lebih relevan bagi pengelola tim ketimbang para pemainnya.
Laporan media saat ini juga berfokus pada area perumahan sekitar peringkat 8. Media sudah malas melaporkan klub-klub elite seperti Lun Hui, Blue Rain, dan Micro Grass di puncak. Persaingan juara pertandingan reguler sudah kehilangan suspense, performa klub top stabil, bahkan jika turun pun tidak akan keluar dari zona playoff. Apa lagi yang bisa ditulis? Perebutan 4 besar masih memiliki sedikit motivasi, karena 4 besar akan mendapatkan keunggulan kandang tambahan di playoff. Tapi dibandingkan dengan persaingan sengit di peringkat 8, perebutan 4 besar bisa ditunda dulu.
3 April, babak ke-29 liga profesional, laga antara Tim 301 menjamu Yan Yu di kandang menjadi perlawanan yang terlihat cukup berbobot di babak ini.
Tim Yan Yu saat ini mengumpulkan 149 poin, berada di peringkat 10. Jarak mereka dengan Howling dan Tim 301 di peringkat 8-9 adalah 18 poin. Secara teori, mereka masih memiliki harapan masuk playoff. Tapi melihat kinerja Yan Yu musim ini, publik tidak berani terlalu berharap.
Strategi baru transformasi Tim Yan Yu terus menerus dikritik, namun selama jendela transfer musim dingin mereka tetap tidak melakukan penyesuaian. Di paruh kedua musim, performa mereka juga tidak menunjukkan perbaikan signifikan. Di 10 babak terakhir ini, apakah mereka masih memiliki keberanian untuk memperebutkan playoff? Tidak ada yang tahu. Deklarasi resmi mereka tentu tentang keyakinan, usaha keras, dan memperebutkan kesempatan comeback - semua tim bisa mengucapkan ucapan formal seperti itu. Ming Qing dan Linhai juga bilang tidak menyerah, tapi semua orang tahu mereka sudah menyerah.
Pertandingan babak ke-29 terkesan biasa saja. Xingxin dalam babak ini menghadapi tantangan tandang melawan Huangfeng, tim top di masa lalu yang sekarang sudah merosot hingga tak punya kesempatan merebut playoff. Namun arena kandang Huangfeng tetap ramai. Ini adalah tim veteran dengan sejarah 10 tahun, berapa tim di Liga yang memiliki usia sepanjang itu?
Fans kandang banyak yang berusia cukup tua, bahkan yang 30-40 tahun tidak jarang. Ini mungkin pemandangan khas tim veteran. Mereka mungkin sudah mengenal Glory tidak jauh beda dengan Ye Xiu. Meski hanya orang biasa tanpa pencapaian seperti Ye Xiu, ketekunan mereka selama 10 tahun membuktikan cinta yang sama besarnya pada Glory. Glory sudah menjadi bagian penting dalam hidup semua orang.
Huangfeng benar-benar merosot, tapi fans ini tidak pergi. Seperti Glory yang menjadi bagian penting hidup mereka, Huangfeng adalah bagian penting dalam Glory mereka. Mereka sudah terbiasa mendukung tim ini, baik atau buruk hasilnya. Melihat tim baru dengan pemain muda penuh kelebihan lalu berteriak-teriak mengerumuni, itu bukan lagi gaya fans seusia mereka.
Formasi pertama pertandingan individual, Xingxin masih mengerahkan Ye Xiu. Saat Ye Xiu naik panggung, tepuk tangan langsung bergema di arena.
Mereka telah menyaksikan 10 tahun bermain Glory, sehingga menghargai veteran yang telah bertahan selama satu dekade ini. Meski si pemalas ini di final kejuaraan Musim Pertama Glory berhasil menumbangkan Tim Royal Style mereka dengan kejam, Huangfeng tidak menyimpan dendam sebesar Dominant Hero. Bagaimanapun, dendam mereka hanya bertahan satu tahun ini, tidak seperti Jia Shi dan Dominant Hero yang saling bersaing sengit selama empat tahun, bertabrakan di playoff setiap musim, sehingga permusuhannya tentu lebih besar.
Tepuk tangan itu membuat Ye Xiu sedikit terkejut. Ia lalu melambaikan tangan ke arah penonton kandang sebagai balasan. Memikirkan masa lalu Royal Style dan melihat kondisinya sekarang, Ye Xiu pun dipenuhi kekaguman.
Ketika tiba di arena, bertemu langsung dengan pemain dan karakter lawan, perasaan Ye Xiu semakin bergejolak.
Tian Sen, Vaccaria.
Royal Style secara mengejutkan menurunkan kapten inti mereka untuk menghadapi Ye Xiu di babak pertama.
Dibandingkan dengan starter Tang Hao dari Howling, keputusan Royal Style ini mungkin memiliki motivasi berbeda. Musim ini bagi mereka sudah tamat, tanpa target lagi. Jadi sekarang mereka bermain lebih rileks, bahkan anggota inti turun di pertandingan individual. Mungkin ingin mencoba menghancurkan rekor Ye Xiu, menambah daya tarik untuk tim, dan memberi hiburan bagi fans! Bagaimanapun, akhir seperti ini terlalu membosankan.
Vaccaria!
Ye Xiu menatap karakter yang diproyeksikan secara holografik di tengah arena.
Ini adalah karakter yang pernah bersaing dengan Ye Xiu memperebutkan gelar juara pertama Liga. Pada masa itu, Yizhiyeqiu, Desert Dust, dan Vaccaria ini bisa dibilang tiga karakter terkuat yang membentuk triad dominasi di Liga. Tapi sekarang? Vaccaria... berapa banyak anak muda yang masih tahu keperkasaannya di masa lalu? Di All-Star musim ini, Vaccaria bahkan gagal masuk lineup All-Star.
Tian Sen, Ye Xiu kembali melihat operator Vaccaria saat ini sedang berusaha masuk ke kursi pertandingan di seberang. Pemain berpostur atletis tinggi besar ini terlihat lebih kesulitan saat masuk ke bilik pertandingan dibanding yang lain, menciptakan pemandangan agak lucu.
Generasi Emas, kelompok rookie paling bersinar sepanjang sejarah Liga yang kemudian masing-masing menjadi anggota inti tim mereka. Tian Sen, mungkin yang paling tragis di antara mereka. Seluruh karirnya dihabiskan menyaksikan Huangfeng jatuh dari tim elite menjadi tim yang bahkan tak punya harapan masuk playoff. Tapi dia tetap bertahan dengan setia. Tim 301 pernah mengajaknya transfer di musim dingin, tapi sebelum Huangfeng memberi pernyataan, dia sendiri yang aktif menyatakan kesetiaannya.
Apapun hasil yang diraih, dengan kesetiaan seperti ini, dia layak dihormati sebagai pemain.
Sambil masuk ke area pemain, Ye Xiu teringat operator Vaccaria sebelum Tian Sen - Guo Mingyu, yang bersama dia dan Han Wenqing dijuluki Tiga Dewa terkuat era itu.
“Shen palsu.” Ye Xiu menggerutu sambil memasukkan akun, “Masih berhutang uang padaku sudah menguap dari dunia, kualitas macam apa ini!”
