Ye Xiu VS Tian Sen, pemenang akhirnya tetap Ye Xiu. Tapi kekalahan Tian Sen sama sekali tidak memalukan. Keagungan Vaccaria, Exorcist nomor satu di Glory, berhasil ditampilkannya secara sempurna. Setelah serangan pamungkas, Ye Xiu yang sudah melepaskan suasana pertempuran pun tak bisa menahan kekagumannya lagi.
Meski orang-orang dekat di masa lalu sudah tak tahu ke mana, tapi masih ada karakter yang familiar di sini, ada pemain yang mewarisi semangat di sini. Perasaan seperti ini benar-benar sudah cukup untuk menghibur.
"Main bagus." Di channel, Ye Xiu berkata. Baik terhadap lawan maupun rekan setim, dia tak pelit memberi pujian. "Main bagus" - kata-katanya biasa saja, tapi tulus, setulus-tulusnya.
Keduanya hampir bersamaan keluar dari kursi pertandingan. Gemuruh tepuk tangan di stadion sudah bergema sejak lama. Ini untuk Tian Sen, juga untuk Ye Xiu. Mungkin karena Huangfeng sudah tak punya target lagi di musim ini, fans menjadi lebih toleran, dua kali memberikan tepuk tangan untuk lawan. Lawan ini layak dihormati, rekor 28 kemenangan beruntun di pertandingan individual juga pantas menerima tepuk tangan ini.
Xingxin, meraih satu poin dulu. Selanjutnya yang maju, Luo Ji, Luo Ji lagi.
Terhadap pemain ini Huangfeng tak ada kesan, tentu saja tak ada reaksi. Luo Ji yang mengalami formasi di babak sebelumnya, akhirnya tidak terlalu gugup. Seminggu ini, dia berulang kali menonton rekaman pertandingan sebelumnya - debutnya di arena profesional, pertarungan mati-matian sesungguhnya di liga profesional tanpa embel-embel apa pun.
Luo Ji menganalisis banyak sekali konten. Dokumen elektronik dan buku catatan di sampingnya dipenuhi coretan. Hanya sebuah duel beberapa menit, berapa banyak detail yang harus dia perhatikan sampai bisa menghasilkan sebanyak ini?
Tapi inilah cara Luo Ji. Tak ada yang mengganggunya. Dia menyerap hal-hal yang dibutuhkan, dan tanpa ragu meminta petunjuk pada senior jika menemui kesulitan.
Satu minggu, seberapa besar kemajuan yang bisa dicapai? Luo Ji juga tidak tahu. Yang penting saat bertanding, berusaha melakukan yang terbaik.
Kebetulan lawan Luo Ji di pertandingan ini adalah He Weitang, Summoner dari Tim Royal Style.
Akhirnya Luo Ji kalah, tapi tidak ciut hati.
Usaha satu minggu masih belum cukup. Dia hanya menyemangati diri sendiri, lalu mendapat satu rekaman lagi untuk dianalisis.
Di pertandingan ketiga individual, Su Mucheng berhasil merebut kembali satu poin untuk Xingxin.
Di arena pertandingan, Xingxin menurunkan Tang Rou, Baozi, dan Fang Rui. Tapi arena justru kalah. Pemain Tim Royal Style bermain sangat rileks tanpa tekanan. Mungkin karena mental ini, performa mereka melampaui level biasa dan akhirnya merebut dua poin di arena.
Untuk pertandingan tim, lineup Xingxin di babak ini adalah Ye Xiu, Su Mucheng, Fang Rui, Baozi, An Wenyi, dan Mo Fan.
Formasi kembali mengalami sedikit pergantian, namun dalam pertandingan tim Xingxin bermain lebih hati-hati. Huangfeng bisa bermain santai, tapi mereka tidak boleh demikian. Akhirnya Xingxin tandang memenangkan pertandingan tim, dan pada akhirnya mengalahkan Huangfeng dengan skor 7-3.
"Tingkatkan usaha di playoff." Saat berjabat tangan usai pertandingan, Tian Sen justru bersikap kurang ajar, sudah mengantarkan Xingxin ke playoff sembilan babak lebih awal.
"Baik, maukah kau sekalian membawa bagian kalian Huangfeng juga?" Ye Xiu tertawa.
"Tidak perlu, cepat atau lambat kami akan kembali ke panggung itu," jawab Tian Sen. Meski hasil tim mereka buruk bertahun-tahun, kebanggaan sebagai bagian dari Huangfeng tidak pernah hilang darinya. Selama masih berada di sini, segala kemungkinan tetap ada. Tian Sen yakin betul pada titik ini.
"Berusaha lebih keras!" Ye Xiu berjabat tangan erat dengannya. Pertandingan tandang Xingxin melawan Huangfeng di babak ke-29 pun berakhir. Di arena lain, pertandingan Tim 301 vs Misty Rain yang disiarkan langsung televisi juga sudah selesai. Hasilnya tetap Tim 301 yang belakangan sedang kuat-kuatnya lebih unggul. Kekalahan dari Howling sepertinya tidak menghentikan momentum mereka. Sebagai tuan rumah, mereka akhirnya mengalahkan Misty Rain 8-2. Tapi kompetitor utama mereka, Tim Typhoon, tampil lebih mengesankan di babak ini. Di tandang melawan Tim Linhai yang dianggap sudah tereliminasi dini, mereka dengan kurang ajar menghujani lawan dengan skor 10-0.
Dengan demikian, di klasemen poin, Howling benar-benar melampaui Tim 301 dengan kelebihan 2 poin, memperluas sedikit keunggulan yang baru saja mereka rebut di babak sebelumnya.
Tim 301 berada di peringkat 9, di belakangnya ada Tim Void. Void berhasil mengalahkan Yi Zhan dengan skor 8-2 di tandang pada babak ini, terus berusaha mempertahankan serangan ofensif mereka ke delapan besar. Tinggal menunggu siapa di atas yang akan melakukan kesalahan. Namun dengan jarak 11 poin dari peringkat 8, satu kesalahan saja tidak cukup - lawan harus terus-menerus melakukan kesalahan sementara mereka harus terus memanfaatkan peluang.
Peluang menjadi semakin tipis, membuat para pendukung Void merasa sangat gugup. Sementara Yan Yu, setelah kembali kalah dari kompetitor langsung di babak ini, dengan jarak 26 poin dari delapan besar, masih ngotot mempertahankan kemungkinan teoritis sama saja dengan menipu diri sendiri. Tim Yan Yu secara praktis telah tersingkir dari persaingan musim ini. Ini pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir tim ini gagal masuk playoff.
Faktanya, kelemahan utama Tim Yan Yu adalah sering gagal di saat penting. Dari segi teknik dan strategi, sebenarnya tidak ada yang bisa dicela, dan hasil mereka selalu cukup stabil. Namun dalam upaya meraih prestasi lebih tinggi, Yan Yu melakukan penyesuaian yang ternyata justru membuat mereka mengalami musim yang cukup gagal. Diskusi sudah mulai bermunculan tentang langkah apa yang akan diambil Tim Yan Yu selanjutnya.
“Xingxin memutuskan untuk beristirahat satu malam di Kota B setelah menyelesaikan pertandingan babak ini. Tim Yi Zhan yang juga berbasis di Kota B kebetulan bertindak sebagai tuan rumah di babak yang sama. Usai pertandingan, mereka menghubungi Xingxin dan sekumpulan orang langsung berkumpul untuk pesta kecil. Saat ini, situasi Tim Yi Zhan mirip dengan Royal Style - tanpa target jelas di sisa musim, kekalahan dalam pertandingan tetap menyebalkan, namun mereka bisa cepat move on. Setidaknya, dari ekspresi wajah anggota Tim Yi Zhan yang datang, para anggota Xingxin sama sekali tidak melihat bekas kekalahan 2-8 di kandang.
Begitu datang, orang-orang Yi Zhan langsung menarik anggota Xingxin untuk makan tengah malam. Hari setelah pertandingan setiap minggu memang menjadi waktu paling santai bagi para pemain. Jika mood memungkinkan, menikmati akhir pekan seperti ini cukup umum. Namun biasanya waktu setelah wawancara pasca-pertandingan sudah cukup malam. Kedua tim ini cukup disiplin, tidak begadang sampai terlalu larut. Menjelang perpisahan, Lou Guanning berusaha menjalankan kewajiban tuan rumah dengan menahan Tim Xingxin untuk tinggal sehari lagi. Namun Ye Xiu secara pribadi menolak dengan tegas, diikuti oleh Su Mucheng yang menyatakan hal serupa.
"Besok Hari Qingming." Seseorang dari pihak Yi Zhan berbisik mengingatkan Lou Guanning. Lou terdiam sejenak. Ia tidak tahu apakah ini alasan Ye Xiu, tapi tentu tak pantas ditanyakan langsung. Hari Qingming bukanlah momen untuk dirayakan dengan sukacita.
"Kalau begitu kami tidak akan menyita waktu kalian. Masih banyak kesempatan untuk kumpul lain kali." Lou Guanning akhirnya melepas seluruh anggota Xingxin untuk pergi.
"Lain kali kumpul lagi." Ye Xiu tersenyum, para pemain dua tim berpamitan. Keesokan harinya Luo Ji sendiri kembali ke Kota T, sementara yang lain bersama-sama naik pesawat menuju Kota H.
Hari Qingming ya...
Chen Guo tentu tidak lupa hari peringatan ini. Kemarin meski Ye Xiu tidak mengelak, secara pribadi dia pasti akan mencari alasan. Sekarang tampaknya Ye Xiu dan Su Mucheng mungkin punya tujuan yang sama dengannya?
"Nanti langsung ke sana bersama?" tanya Chen Guo pada Ye Xiu di dalam pesawat.
"Gas!" Ye Xiu mengangguk.
Setelah pesawat mendarat di Kota H, para anggota Xingxin terpecah menjadi dua kelompok. Ye Xiu, Su Mucheng, dan Chen Guo pergi bersama, sementara yang lain membentuk grup sendiri.
"Mereka mau ke mana?" Tiga orang itu tidak banyak menjelaskan. Setelah mereka pergi, anggota yang tersisa mulai penasaran dan berdiskusi.
"Mungkin ziarah kubur!" Tang Rou yang paling lama di Xingxin sudah sejak awal tahu situasi Chen Guo. Meski belum pernah mendengar langsung dari mulut Ye Xiu dan Su Mucheng, dia sedikit mengetahui kondisi mereka dari cerita Chen Guo.
Para pemain di tim memang tahu ayah Chen Guo sudah meninggal muda, tapi situasi Ye Xiu dan Su Mucheng tidak mereka ketahui, sehingga segera bertanya lagi.
"Itu kakak laki-laki Su Mucheng," jelas Tang Rou pada semua orang, lalu menoleh ke Wei Chen. Dia tahu almarhum itu juga seorang ahli Glory di masa lalu. Wei Chen sendiri adalah pemain veteran era itu, mungkin tahu tentang sosok ini.
Wei Chen setelah mendengar penjelasan singkat Tang Rou memang menunjukkan ekspresi tersadar: "Ternyata begitu."
"Lao Wei kamu tahu?" tanya Fang Rui.
“Kalian para hantu kecil ini tentu tidak tahu.” Wei Chen berkata sambil mulai mengenang, “Saat itu, Shen Zhi Lingyu belum ada. Glory awalnya hanya ada di Server 1, kemudian membuka Server 2. Kami yang waktu itu bertahan di Server 1 bisa dianggap sebagai pemain generasi pertama Glory! Di Server 1 kami dulu, Yizhiyeqiu sang Battle Mage ini sangat termasyhur. Tapi sering bersamanya ada satu pemalas lain yang skill-nya sama sekali tidak kalah dari Yizhiyeqiu.”
Skill-nya tidak kalah dari Ye Xiu!
Di lingkup Glory, ini setara dengan pujian tingkat tertinggi. Mengingat Wei Chen yang tidak tahu batas ini, sungguh langka dia memuji orang selain dirinya sendiri.
“Namanya siapa?” Fang Rui buru-buru bertanya.
“Qiu Mu Su.” Jawab Wei Chen.
Fang Rui menggelengkan kepala, menandakan belum pernah dengar. Era itu memang sudah terlalu lampau, apalagi ini tentang karakter di game online, sulit bagi kisah-kisahnya bertahan selama ini.
“Omongan kosong, mana mungkin kalian hantu kecil ini pernah dengar.” Wei Chen mencibir, di matanya Fang Rui juga dianggap hantu kecil.
“Ternyata orang ini adalah kakak Su Mucheng!” Gumam Wei Chen.
“Qiu Mu Su... Su Muqiu?” Fang Rui mulai menyadari sesuatu.
“Hmm.” Tang Rou pernah mendengar nama ini dari Chen Guo, dia mengangguk.
“Oh, ternyata namanya dibalik.” Wei Chen baru menyadari, “Tapi saat itu belum ada Su Mucheng. Tak ada yang bakal kepikiran ke situ. Saat Su Mucheng masuk Liga dan jadi terkenal, nama ini mungkin sudah lama dilupakan semua orang!”
“Iya…” Fang Rui meski tidak mengalami era itu, tapi cuma jagoan di game online biasa, mana ada yang akan dikenang turun-temurun? Menjelang Musim ke-4 saat Su Mucheng masuk Liga, tiga tahun sudah cukup untuk melupakan sebuah nama.
“Apa kelas karakter Qi Mu Su ini?” tanya Fang Rui.
“Sharpshooter,” jawab Wei Chen, “Penembak jitu sejati.”
