Liga babak ke-30, Xingxin bertindak sebagai tuan rumah menyambut Tim Linhai yang saat ini menempati posisi terakhir klasemen. Tim Linhai yang sudah dipastikan tereliminasi dini memiliki semangat pasukan yang rendah, para pemainnya diliputi kecemasan akan prospek karir mereka, sementara jumlah fans yang mengikuti tim ke kandang lawan bisa dihitung jari.
Ye Xiu seperti biasa tampil pertama di pertandingan individual, dengan presisi sempurna menghabisi satu kemenangan. Kemudian Luo Ji maju ke arena, akhirnya meraih kemenangan pertama dalam karirnya, memicu gelombang sukacita di lokasi yang membanjiri Luo Ji dengan doa-doa.
Selanjutnya, Wei Chen.
Suasana live kembali bergelora, pemain senior yang sangat merakyat ini memang sudah lama tak terlihat. Publik samar-samar mengingat penampilan terakhirnya, tak menyangka kini dia kembali mengenakan perlengkapan tempur.
Wei Chen dengan sikap sombong melambaikan tangan ke penonton di lokasi, yang membalasnya dengan sorak-sorai meriah. Namun hasilnya agak mengecewakan.
Pertandingan individual ketiga yang diwakili Wei Chen akhirnya kalah.
Meski Linhai sudah tak punya target, beberapa pemain yang masih mempertimbangkan masa depan berusaha menarik perhatian dengan tampil maksimal di lapangan. Formasi Wei Chen kebetulan menghadapi salah satunya, dan karena sudah lama absen dari pertempuran, satu kecerobohan membuatnya tumbang.
Pertempuran sesungguhnya memang berbeda dengan latihan rutin. Duel dengan rekan setim selama latihan tak bisa menggantikan ritme pertandingan pro mingguan.
“Lao Wei, kamu masih bisa atau tidak!” Saat Wei Chen turun lapangan, suara teriakan banyak orang menggema di Stadion Xiaoshan.
Bukan provokasi, ini candaan akrab antara fans dan Wei Chen. Meski ucapan ini benar-benar menyentuh titik lemahnya, Wei Chen yang tidak tahu batas memang layak menerima candaan seperti ini.
“Kalian tahu tai apa, ini namanya strategi.” Wei Chen membalas mencaci. Tapi suaranya tak mungkin menyaingi kerumunan penonton live, sayangnya tidak terdengar. Hanya bisa mendengar semua orang terus menggodanya dengan candaan, Wei Chen akhirnya kembali ke area pemain dengan pasrah.
“Gak level Lao Wei!” Hasilnya, rekan setim Fang Rui juga ikut mengikuti ritme penonton.
“Kamu tahu tai apa, ini namanya strategi.” Kali ini akhirnya bisa membuat para pengacau mendengar.
“Strategi apa? Tolong berikan bimbingan.” Fang Rui bertanya.
“Jangan bikin rusuh.” Ye Xiu menyela, “Lao Wei sedang mendidih karena kalah, jangan diprovokasi, nanti nangis.”
“Gua muntah!” Wei Chen meludah ke arah Ye Xiu.
“Gimana?” Ye Xiu duduk di sisi ini, suaranya mulai serius.
“Kamu aja bisa, masa gua gak bisa?” Wei Chen menyipitkan mata.
“Aku 29 babak menang beruntun.” Kata Ye Xiu.
“Tunggu gua bakal tunjukin kehebatan ke kamu.” Wei Chen berkata.
“Tentu, memanggilmu kemari memang untuk kamu jadi hebat.” Ye Xiu menjelaskan.
“Harus diakui, kamu menemukan orang yang tepat.” Wei Chen menyombong.
“Semangat.”
“Aku akan cepat masuk ke status terbaik.”
Dua kalimat terakhir akhirnya sepenuhnya menghentikan nada bercanda.
"Sekarang giliran kita!" Sejak Fang Rui mendapatkan posisi ketiga dalam arena pertandingan, dia selalu bersikap seperti jenderal besar. Formasi arena pertandingan Tang Rou, Su Mucheng, dan Fang Rui benar-benar tak tertandingi oleh Tim Linhai. Hanya dengan mengerahkan dua orang, mereka sudah menghancurkan Linhai seperti membalikkan telapak tangan. Tim Linhai bahkan tidak sempat melihat Hai Wu Liang - karakter yang dulunya menjadi inti tim mereka - dalam pertandingan individual.
Saat istirahat antar babak, Xingxin aktif mempersiapkan pertandingan tim. Sementara Tim Linhai hanya duduk dengan pikiran masing-masing di area pemain, bahkan tanpa komunikasi sama sekali.
Ini adalah tim yang benar-benar tercerai-berai. Padahal di musim sebelumnya prestasi mereka belum separah ini, namun di musim ini merosot tajam. Pensiunnya Zhao Yang dan penjualan Hai Wu Liang yang diklaim sebagai pelepasan beban untuk bertanding lebih ringan, ternyata jauh berbeda dengan kenyataan.
Yang mereka lepaskan bukan sekadar beban ekonomi dan sumber daya, tapi juga roh dan keyakinan yang selama ini menjadi jiwa tim.
Hai Wu Liang bukan hanya sekadar kekuatan tempur dengan atribut kuat bagi tim ini. Dia adalah simbol spiritual yang menjadi andalan. Pensiun Zhao Yang sudah menjadi pukulan berat, ditambah lagi penjualan karakter Hai Wu Liang - serangan ganda ini benar-benar menghilangkan keberanian dan keyakinan tim untuk terus bertahan dan berjuang.
"Menghancurkan lalu membangun", aksi Linhai kali ini terlalu kejam, menghancurkan tim hingga bersih. Mungkin sejak karakter Hai Wu Liang dijual, tim ini sudah mulai tercerai-berai.
Sementara itu, pertandingan paling ditunggu babak ini yang disiarkan televisi, justru memasuki klimaks tertinggi arena pertandingan.
Blue Rain vs Hundred Blossoms.
Huang Shaotian vs Yu Feng.
Mantan rekan setim yang kini menjadi anggota inti tim berbeda.
Kini tibalah saat kedua tim menghunus pedang, menentukan hidup-mati ronde arena ini.
Troubling Rain masih memiliki 96% HP sementara Falling Flower Palm 100% HP. Perbedaan kecil ini bisa dianggap sebagai pertarungan dimulai dari garis start yang sama.
"Pertandingan dimulai!" Seruan Pan Lin bergema saat kedua karakter selesai loading map. Yang mengejutkan, channel publik tidak langsung dipenuhi teks - membuat semua orang terkejut.
Siaran televisi langsung memfokuskan close-up ke channel publik saat pertandingan mulai, tapi... tidak ada aliran pesan sama sekali?
"Ada apa ini?" Pan Lin sudah panik, "Ini kan pertandingan Huang Shaotian! Di fase awal yang tidak perlu bertempur, kenapa channel publik kosong? Ah! Sudah tujuh detik berlalu, tetap tak ada pesan! Apakah terjadi masalah? Ada masalah di kursi pertandingan? Jangan-jangan Huang Shaotian pingsan? Cepat periksa!"
“Menurutku…” Li Yibo di samping membuka topik, “Huang Shaotian meski belum mengirim pesan, tapi gaya bicaramu tadi juga mirip Huang Shaotian.”
“…” Pan Lin langsung terdiam. Untungnya kekhawatirannya tak berlanjut, di channel publik, pesan Huang Shaotian akhirnya mulai mencatat rekor.
“Sekali lagi bertemu di arena, tapi setelah sekian lama, kita sudah terbiasa dengan perasaan ini! Ayo, bertarunglah dengan kejam, lihat mana yang lebih kuat: greatsword-mu atau Light Blade-ku yang lebih cepat!”
Pesan muncul bersamaan dengan lompatan dash cepat Night Troubling Rain. Ice Rain, Light Blade beraura biru pucat, diseret miring di samping tubuh, meninggalkan jejak Afterimage seperti tetesan hujan yang membeku.
Hanya satu segmen kalimat, bagi Huang Shao ini benar-benar yang paling singkat sepanjang sejarah. Kinerja yang tidak biasa ini justru membuktikan: dia masih belum terbiasa melawan mantan rekan setim ini? Padahal Yu Feng sudah meninggalkan Tim Blue Rain selama satu tahun lebih.
“Maaf, aku tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan bersama semua orang…”
Setiap kali bertemu Yu Feng lagi, di kepala Huang Shao selalu bergema kata-kata perpisahan si pemalas ini saat akan meninggalkan Tim Blue Rain dulu.
“Aku ingin mencoba, sampai sejauh mana greatsword di tanganku ini bisa membawaku,” kata Yu Feng.
Sampai sejauh mana?
“Dua musim terakhir ini, semua orang sudah melihat dengan mata kepala. Tim Hundred Blossoms, di bawah kepemimpinan Yu Feng, sedang membangun kembali kombinasi Swordsman Ganas dan Expert Amunisi yang legendaris. Swordsman Ganas nomor satu di Liga ini, meski telah meninggalkan Blue Rain dan bergabung dengan Hundred Blossoms, tetap mempertahankan gelarnya. Namun musim paling polos dan lugu dalam kariernya, selamanya menjadi milik Blue Rain.”
“Itu adalah musim panas terindah bagi Tim Blue Rain.”
“Di Musim 6, Tim Blue Rain mengalahkan Micro Grass di final kejuaraan dan meraih gelar juara liga tahun itu.”
“Yu Feng saat itu masih rookie di tim. Tidak seperti Lu Hanwen yang langsung memikul tanggung jawab sebagai penyerang terkuat di tahun pertamanya, posisinya saat itu masih berada di zona abu-abu antara anggota utama dan cadangan sebagai pemain sistem shift.”
“Tapi kemenangan Blue Rain tak lepas dari kontribusinya. Semua orang mengakui bakatnya dan menanti perkembangan karirnya.”
“Benar saja, dia dengan cepat menjadi pilar tak tergantikan dalam formasi Blue Rain. Berdiri di garis depan, selalu menjadi yang pertama menerjang musuh.”
“Sayangnya situasi ini hanya bertahan dua musim. Di musim kesembilan, Yu Feng secara sukarela mengajukan transfer untuk meninggalkan Blue Rain. Alasannya, seperti yang disebutkan sebelumnya, dia ingin membangun era miliknya sendiri.”
“Tapi kalau begitu, apa arti Blue Rain bagimu?”
“Hanya Huang Shaotian yang berani melontarkan pertanyaan pedas sejujur ini tanpa tedeng aling-aling.”
“Terima kasih atas dukungan semua selama ini……” Yu Feng justru menjawab di luar konteks, dia pergi begitu saja. Huang Shaotian yang ingin mengejar dan bertanya akhirnya ditahan oleh Yu Wenzhou.
Status sebagai anggota inti sejati, tim yang benar-benar miliknya sendiri.
Hal-hal ini mungkin dianggap tidak penting oleh sebagian orang, tapi sangat berarti bagi yang lain. Blue Rain justru tidak bisa memberikan ini kepada Yu Feng. Meski mereka pernah melewati musim panas yang indah, meski Yu Feng seperti lokomotif kereta api yang memimpin Blue Rain selama dua musim, semua itu bukanlah yang paling dia idamkan.
Dengan greatsword di tangannya, dia akan menciptakan era miliknya sendiri!
Bahkan ketika Huang Shaotian bertanya "Apa arti Blue Rain bagimu?", dia tidak menyesal atau merasa bersalah. Apa artinya? Setiap kali bertemu Tim Blue Rain atau pemainnya, pertanyaan ini selalu terngiang.
Dulu dia tidak tahu jawabannya, sehingga memilih diam. Kini, dia sudah menemukan jawaban.
Masa lalu.
Blue Rain baginya hanyalah kenangan.
Di sana dia pernah tertawa, berkeringat, dan tersentuh. Tapi semua itu sudah berlalu. Kini dengan seragam Tim Hundred Flowers di punggungnya sebagai kapten, masa lalu sudah dilepas. Dengan pedangnya, dia memperebutkan apa yang diinginkannya.
Dan tak ada yang bisa menghentikannya, bahkan Huang Shaotian si cerewet yang sebenarnya tidak terlalu menyebalkan.
Siapapun yang menghadang, bahkan Sang Pendekar Pedang sekalipun, harus ditaklukkan total.
Falling Flower Palm, gas!
Tanpa manuver, tanpa henti, dua karakter bertemu dengan cepat di tengah map, kilatan pedang, tanpa ragu langsung bentrok.
Aaaaaa!
Falling Flower Palm seakan menggeram, dalam hal kekuatan, Swordsman Ganas tentu harus menekan Blade Master, apalagi dia langsung mengaktifkan buff kegilaan sejak awal. Mata Falling Flower Palm merah menyala, aura darah mendidih di sekujur tubuhnya. Senjata Perak Zanghua greatsword di tangannya, dengan momentum mengubur segalanya, menerjang Troubling Rain.
