Di arena pertandingan, Troubling Rain akhirnya membunuh Falling Flower Palm. Tim Blue Rain meraih kemenangan. Ditambah dua kemenangan di pertandingan individual sebelumnya, skor sementara Tim Blue Rain 4-1 menuju pertandingan tim.
Akhirnya Tim Blue Rain memanfaatkan keunggulan kandang dan menang lagi di pertandingan tim dengan skor 9-1 atas Tim Hundred Flowers.
Di babak yang sama, Xingxin juga menang 9-1 atas Linhai. Tim Yueyun dihajar 0-10 oleh Tim 301 di kandang lawan. Sementara Tim Howling yang bersaing ketat dengan 301, meski menang 8-2 di kandang sendiri atas Misty Rain, keunggulan 2 poin mereka kembali disamakan oleh Tim 301. Mereka bertahan di peringkat 8 hanya lewat keunggulan skor kecil saat head-to-head.
“Babak ini ada dua pertandingan lain yang cukup menarik perhatian, yaitu Micro Grass vs Void di markas Micro Grass, dan Dominant Hero vs Thunderclap di markas Dominant Hero.”
Pada akhirnya, kedua tim tuan rumah menutup pertandingan dengan skor 8-2. Tim Thunderclap sekali lagi jatuh ke tangan Tim Dominant Hero dalam pertandingan tim. Yang mengejutkan dari Dominant Hero kali ini adalah kehadiran Han Wenqing, Zhang Jiale, Lin Jingyan, dan Zhang Xinjie – empat pemain yang belum pernah bertanding bersama dalam formasi tim sepanjang musim ini – akhirnya tampil sekaligus di lapangan.
Apakah ini kebetulan dari sistem rotasi?
Tidak ada yang akan berpikir demikian. Rotasi Dominant Hero jelas-jelas sengaja menampilkan Han Wenqing, Zhang Jiale, dan Lin Jingyan secara bergiliran. Tapi kini ketiganya hadir bersama di lapangan, formasi Dominant Hero pun tampak utuh tanpa cedera atau masalah apapun. Mengapa?
“Dominant Hero mulai mengerahkan tenaga untuk playoff,” ujar Ye Xiu setelah melihat laporan pertandingan dan formasi pemain lawan, langsung menyimpulkan hal ini untuk Tim Xingxin.
Dulu, Chen Guo pasti akan bertanya mengapa. Tapi kali ini dia tak perlu penjelasan lagi dari Ye Xiu. Karena sekarang dia sudah bisa memahami maksud di balik ini – Xingxin sendiri sebenarnya memiliki pengaturan serupa dengan Wei Chen, yang kondisinya bahkan jauh lebih parah dibanding para veteran Dominant Hero.
Tenaga para veteran sudah tidak cukup untuk menghadapi seluruh musim kompetisi, apalagi setelah pertandingan reguler masih ada playoff yang jauh lebih menegangkan, intens, dan padat jadwalnya.
Musim sebelumnya Dominant Hero begitu perkasa, namun akhirnya kalah di final kejuaraan.
Mungkin mereka sudah lama merasakan kelelahan, hanya bertahan dengan keyakinan di hati yang terus berusaha. Satu pertandingan, lalu pertandingan lagi... Mungkin suara seperti ini terus bergema di benak mereka. Mampu lolos ke final kejuaraan, bisa bertarung tiga ronde melawan Lun Hui di final, tekad para veteran sudah mencapai titik pantang menyerah tertinggi. Tapi, seperti busur terakhir yang tak bisa menembus kain tipis, dalam kondisi kelelahan ekstrem ini, justru bertemu lawan terkuat liga, Dominant Hero akhirnya tumbang. Kekalahan yang membuat banyak orang merasa menyesal.
Maka di musim baru ini, mereka kehilangan kegarangan musim lalu. Hasil awal pertandingan tersendat-sendat. Semua menyesali, menghela nafas: semangat veteran patut dihormati, tapi seberapa besar manfaatnya bertahan dengan keras kepala seperti ini?
Seruan untuk Dominant Hero semakin sering terdengar, tapi mereka tak menghiraukan. Terus maju dengan cara ini. Hasil perlahan stabil, meski tak seperkasa musim lalu, tapi lolos playoff terasa tak terlalu berat. Orang-orang tetap kecewa. Mereka merindukan keempat raja yang bersatu musim lalu, menyapu bersih liga dengan semangat menggebu.
Benar, semangat menggebu itu... akhirnya kalah di final kejuaraan.
Dan kali ini, Tim Dominant Hero tidak lagi bertindak gegabah. Mereka bermain dengan low profile. Beberapa veteran, termasuk Han Wenqing yang selama sepuluh tahun tak pernah mundur, mulai menerapkan sistem shift. Dia adalah Kapten tim, roh Tim Dominant Hero. Hingga saat ini, belum ada figur selevel ini di tim manapun yang masuk dalam daftar shift stabil - bahkan istirahat satu arena saja sangat langka. Namun kini, hal ini terjadi pada Han Wenqing, sosok yang selalu maju pantang mundur.
Semuanya, demi mahkota juara.
Anggota Tim Dominant Hero, setelah kekalahan final musim lalu, jelas menyadari mereka tak bisa lagi menghambur-hamburkan energi seperti orang muda. Mereka perlu cadangan, membutuhkan semangat cukup untuk menghadapi final. Jadi di musim ini mereka menerapkan shift, bergerak diam-diam. Tiga veteran masing-masing bermain sepertiga lebih sedikit dibanding musim lalu. Mereka menjaga status dengan intensitas pertandingan pro, namun tanpa konsumsi berlebihan.
Kini, di babak ke-30 pertandingan reguler. Setelah babak ini, masih tersisa delapan babak sebelum playoff yang lebih kejam dimulai.
Sikap low profile Tim Dominant Hero akhirnya berhenti di sini. Dalam pertandingan melawan Thunderclap, mereka menunjukkan wajah garang. Tiga veteran bersama Zhang Xinjie tampil sebagai starter, mengalahkan Thunderclap yang selama musim ini menciptakan keajaiban melalui kerja sama tim, sekaligus menandai kembalinya mereka dan masuknya mereka ke ritme playoff. Mereka akan menggunakan delapan babak tersisa untuk membuat tim ini menemukan feeling dan status akhir, karena inilah andalan sejati mereka, senjata untuk menjadi juara. Sejak membentuk tim yang dianggap tua oleh publik di musim sebelumnya, mereka tak pernah meragukan hal ini.
"Bersiap untuk mulai."
Di konferensi pers pasca pertandingan, Han Wenqing menjawab singkat pertanyaan wartawan tentang formasi starter ini.
Dimulai.
Setiap tim profesional juga akan memulai.
Yang belum amankan kursi, akan bertempur habis-habisan di delapan babak terakhir. Yang sudah masuk batasan playoff, mulai menyesuaikan ritme tim untuk playoff.
Dominant Hero mengerahkan tiga veteran sekaligus, Xingxin pun membiarkan Luo Ji dan Wei Chen mencari status dalam pertempuran nyata. Tim-tim yang tampaknya sudah tak berharap pun mulai ubah strategi. Ada yang nekat bertarung mati-matian, ada yang tak peduli hasil lagi dan mulai bereksperimen lebih berani. Setiap tim, dengan kondisi berbeda, akan masuk ke ritme khusus masing-masing di delapan babak pamungkas ini.
Bentroknya ritme yang berbeda ini sering menciptakan kekacauan tak terduga. Ada yang terkena imbas, ada yang justru mendapat keuntungan.
Xingxin dengan tidak beruntung menjadi pihak yang terdampak. Pada pertandingan tandang melawan Misty Rain di babak ke-31, Xingxin akhirnya kalah telak 1-9. Selain kemenangan perdana Ye Xiu di pertandingan individual awal, Xingxin mengalami kekalahan beruntun yang spektakuler.
Jika ini adalah Misty Rain musim sebelumnya, skor besar seperti ini melawan tim mana pun tidak akan dianggap sebagai kejutan. Namun di musim ini, performa Misty Rain jelas menurun dengan desain sistem taktis yang dianggap gagal. Hasilnya, di babak ini Misty Rain bermain sangat bebas dan akhirnya mengalahkan Xingxin dengan telak.
"Jangan meremehkan kami, wah!" ujar Chu Yunxiu sambil tersenyum saat berjabat tangan usai pertandingan.
"Bukan meremehkan, tapi benar-benar tidak bisa melihat taktik kalian," jawab Ye Xiu dengan nada pasrah.
Untuk pertandingan individual memang sudah diprediksi - Xingxin mengirim Luo Ji dan Wei Chen yang memang siap kehilangan poin. Yang mengejutkan adalah pertandingan tim kali ini. Misty Rain sama sekali tidak mempedulikan kritikan dari dalam maupun luar lingkaran kompetisi. Chu Yunxiu membawa Shu Kexin dan Shu Keyi, trio penyerang jarak jauh ini bermain dengan gaya yang sangat anggun. Li Hua sang ninja pun kali ini memilih untuk tidak menjadi Tank gerilya pengalih aggro jarak dekat, melainkan berlarian di arena sambil melakukan serangan licik.
Misty Rain benar-benar bermain di luar ekspektasi, membuat Xingxin kaget dan akhirnya merebut kemenangan.
"Bagaimana? Strategi kami kali ini bagaimana?" tanya Chu Yunxiu yang masih bersemangat meminta pendapat Ye Xiu.
“Cukup senyum-senyum sendiri dapat keuntungan sekali, jangan pamer terus boleh tidak?” Ye Xiu berkata.
“Hehe.” Chu Yunxiu ternyata juga tidak banyak protes, jelas dia paham pertandingan ini murni hanya pertunjukan. Hasilnya Xingxin terkejut dan terjebak dalam taktik ini. Jika ada persiapan matang, strategi mereka sebenarnya tidak bisa diandalkan.
“Semangat ya!”
Setelah Ye Xiu melewati Chu Yunxiu, Su Mucheng mendekat dan menarik tangan Chu Yunxiu sambil memberikan dorongan semangat, seolah kemenangan ini milik mereka bukan Tim Yan Yu.
Chu Yunxiu tentu mengerti maksud Su Mucheng. Dorongan itu bukan untuk pertandingan ini, tapi untuk seluruh masalah yang dihadapi Tim Yan Yu.
Di hadapan sahabatnya, Chu Yunxiu tidak lagi menunjukkan ekspresi bangga seperti saat di depan Ye Xiu. Dia menggelengkan kepala lalu tersenyum pahit.
“Nanti kita nongkrong bareng ya!” kata Chu Yunxiu kepada Su Mucheng.
“Boleh!” Su Mucheng tidak menolak. Keduanya segera meninggalkan arena. Setelah kedua tim saling bersalaman, masing-masing kembali ke ruang persiapan untuk mempersiapkan konferensi pers.
Sebagai pemenang, konferensi pers Yan Yu diadakan setelah Xingxin. Kemenangan telak ini membuat para wartawan bersemangat. Mereka antusias menanyakan kreativitas taktik Yan Yu di babak ini, serta pandangan mereka tentang playoff.
Chu Yunxiu menjawab pertanyaan satu per satu. Strategi, ini adalah hal yang terus dieksplorasi dan diteliti oleh tim. Kemenangan hari ini menunjukkan efek yang bagus, tim akan melakukan penelitian lebih mendalam. Bagaimana dengan playoff? Sebelum detik terakhir, siapa tahu siapa yang menang. Misty Rain belum berniat menyerah, dan seterusnya.
Melihat para wartawan yang puas, Chu Yunxiu hanya bisa menyembunyikan desahan di hati. Misty Rain... apakah benar-benar masih ada harapan di musim ini?
Usai konferensi pers, para pemain Misty Rain pun bubar. Chu Yunxiu yang terakhir meninggalkan ruang persiapan, membuka ponselnya dan melihat SMS dari Su Mucheng: "Tunggu di Pintu Keluar E."
"Segera datang."
Chu Yunxiu membalas pesan tersebut, lalu berjalan menuju area Pintu Keluar E.
Saat keluar, Chu Yunxiu langsung melihat siluet ramping berdiri dalam cahaya senja yang redup, ditemani seorang lelaki dengan titik merah menyala-hening di sebelahnya.
Siluet ramping itu melambaikan tangan ke arahnya. Chu Yunxiu mempercepat langkah.
"Kenapa kamu juga di sini!" Chu Yunxiu sengaja tidak menyapa Su Mucheng, malah melirik tajam ke arah Ye Xiu yang sedang menggigit rokok.
"Lihat ekspresi ragu-ragu Shen Yunxiu, apa perlu bimbingan dari senior?" kata Ye Xiu.
"Rokok satu batang!" gerutu Chu Yunxiu kesal.
Ye Xiu tanpa ragu mengeluarkan rokok, menyodorkannya, lalu dengan sigap menyalakan korek api. Chu Yunxiu menerimanya, menyalakan rokok dengan gerakan yang cukup lihai.
“Ke kafe sebelah sana saja!” Chu Yunxiu mengisap rokoknya sekali lagi sebelum mengajak.
