Meskipun bahan untuk Pseudo Silver Equipment membutuhkan biaya besar, namun karena tidak mengejar atribut tertinggi, material yang dibutuhkan tiba-tiba tidak perlu terlalu tinggi levelnya. Hanya membutuhkan atribut setara peralatan oranye, bahkan bahan langka pun jarang diperlukan. Ini menyelesaikan masalah terbesar. Bagaimanapun bahan langka baik level tinggi maupun rendah produksinya terbatas dan nilainya tetap tinggi. Kini dengan kebutuhan bahan langka yang minim, sebagian besar material lain bisa dipasok oleh operasional guild Xingxin, sisanya bisa dibeli dengan uang jika kurang.
16 unit.
Ini jawaban yang diterima Ye Xiu saat bertanya kali ini: 16 unit Pseudo Silver Equipment telah diproduksi. Kemajuan dari nol ini sungguh luar biasa. Xingxin memilih untuk tidak mengganti peralatan secara serampangan. Jika terus menambah equipment setiap beberapa hari, pemain harus beradaptasi berulang dengan atribut baru yang pasti merusak ritme permainan. Mereka memutuskan untuk mengakumulasi equipment terlebih dahulu, menunggu akhir pertandingan reguler atau saat pertarungan，baru mengganti skala besar dan beradaptasi untuk memberi kejutan bagi lawan di playoff.
1 Mei, babak ke-33 Liga Profesional akhirnya dimulai. Meski Void menjadi sorotan lewat analisis "Irama Comeback" yang dipenuhi antisipasi fans, pertarungan langsung antara Thunderclap vs Howling dari lima tim ini jelas paling krusial. Pertandingan ini terpilih sebagai siaran langsung televisi.
Fans yang datang ke lokasi tidak banyak yang memperhatikan hal ini. Spanduk dan poster hampir memenuhi kandang Tim Void. Bagi Tim Void, ini seperti final kejuaraan yang datang lebih awal. Jika kalah kali ini, musim akan berakhir di sini. Jika menang, masih ada kesempatan.
Di tengah kegaduhan, pemain dari kedua tim mulai masuk. Karakter demi karakter diproyeksikan dengan efek cahaya di tengah arena. Fans kandang Tim Void tidak terlalu ramah terhadap Xingxin, selain karena pertandingan ini krusial, juga karena pertempuran terakhir Xingxin mengalahkan Void dengan skor 10-0.
10-0 dan 9-1, meski hanya beda satu poin, memiliki makna berbeda. 10-0 adalah kemenangan sempurna, Sapu Bersih sejati, setara dengan PK yang menghasilkan perfect. Pihak pemenang akan merasa sangat bangga, sementara yang kalah telak menjadi aib. Mustahil fans tidak membenci lawan yang membuat mereka malu seperti ini.
Para anggota Tim Xingxin duduk di tengah kebisingan tajam dan menusuk dari fans kandang. Tapi setelah mengalami 30+ pertandingan dan belasan laga tandang, pemain Xingxin sudah tidak gentar lagi dengan suasana seperti ini. Mana ada yang lebih menakutkan daripada Dominant Hero? Mereka bahkan sudah pernah ke kandang Dominant Hero.
Persiapan pra-pertandingan selesai, waktu pertandingan tiba. Dari Tim Xingxin, Ye Xiu yang tampil - sama sekali tidak mengejutkan. Bagaimana dengan Tim Void? Seluruh arena penasaran siapa yang akan dikirim untuk menghadapi Ye Xiu yang sedang dalam 31 kemenangan beruntun. Hasilnya...
Li Xuan!
Saat nama muncul di layar besar elektronik, seluruh arena langsung gempar. Ada apa ini? Akhir-akhir ini adegan kapten tim menantang Ye Xiu lagi ngetren ya?
Tang Hao dari Howling, Tian Sen dari Huangfeng, mereka semua pernah melakukan ini. Kini Li Xuan, kapten Void sekaligus Ghostblade No.1, juga maju ke depan.
"Semangat, Kapten!" Teriakan histeris memenuhi arena.
Keberanian Kapten yang maju bertarung mencerminkan semangat Void. Tapi kalau kalah, semangat pasukan bisa anjlok. Meski Phantom Demon-nya Li Xuan berkelas Ghostblade yang lebih mengandalkan tim besar, dia tetap memilih berdiri di garis depan.
Kedua pihak memasuki kursi pertandingan, memuat karakter, pertarungan segera dimulai.
Peta pilihan Ghostblade tentu tak akan memberi keuntungan untuk Ye Xiu. Ini adalah peta kota dengan labirin gang yang kompleks, sangat cocok untuk radius kontrol Ghost Array dan damage Ghostblade.
Begitu melihat peta, Ye Xiu langsung paham maksud Li Xuan. Jun Moxiao yang biasanya langsung menerjang tengah, kali ini langka melakukan strategi posisi tempur.
Dua karakter berpisah - satu lewat sayap kiri, satu lewat sayap kanan. Saat sampai di tengah dan saling mencari, tak ada yang menemukan lawannya.
"Hah? Hari ini kok strateginya diubah?" Li Xuan mengetik di channel publik. Selama ini duel Ye Xiu selalu frontal, langsung menerobos jalur tengah lalu menghajar target yang ditemui.
"Peta yang kamu pilih terlalu berlebihan! Kalau dikasih celah sedikit, mana sampai aku begini?" balas Ye Xiu.
Li Xuan tertegun. Setelah merenung sejenak, ia menyadari bahwa komentar Ye Xiu bukan sekadar kritikan kosong. Peta yang dipilihnya ini, bahkan area tengah map yang lapang, persis tertutup oleh Ghost Array Phantom Demon-nya. Benar-benar tak menyisakan ruang gerak bagi lawan. Dalam situasi seperti ini, lawan jelas tak bisa bermain terbuka lagi. Kecerdikan hampir menjadi satu-satunya pilihan.
"Hahaha, lain kali, lain kali." Sambil berbasa-basi, Li Xuan mulai meningkatkan kewaspadaannya terhadap area belakang. Map ini pilihannya sendiri, tentu sangat ia kuasai. Segera ia menganalisis semua rute alternatif dari belakang yang mungkin digunakan lawan. Ini cuma map duel, luasnya terbatas sehingga kerumitan pun ada batasnya.
Di mana lawan bersembunyi? Saat Li Xuan sedang merencanakan strategi, terdengar suara meriam menggelegar. Dari seberang, seorang karakter melayang di udara - pastilah Jun Moxiao! Karakter itu tak mau diam di jalanan, langsung melompat ke atas atap.
Strategi seperti ini tidak terlalu mengejutkan bagi Li Xuan. Ruas jalan sempit, sementara area atap justru relatif lebih datar dan terbuka.
Jun Moxiao memutar-mutar kamera di atas atap, sementara Li Xuan tetap bersembunyi. Dalam duel frontal, Ghostblade-nya jelas takkan sanggup melawan Loner garang itu! Kali ini ia harus mengandalkan strategi. Dia harus menemukan momentum tepat untuk mengunci Jun Moxiao sekaligus, mencegahnya membentuk formasi, lalu menghabisi dalam satu gelombang serangan dari awal hingga akhir.
Jadi, serangan pembuka sangat penting. Serangan pertama ini kemungkinan besar akan menjadi penentu hasil pertarungan. Tanpa kepastian 100%, Li Xuan tidak akan bertindak. Tapi jika hanya menunggu seperti ini, kesempatan juga tidak akan datang sendiri. Setelah melakukan perhitungan singkat, Phantom Demon (karakter Li Xuan) mulai muncul.
"Kulihat kau!" Pesan muncul disertai cahaya ledakan. Jun Moxiao segera menyerang ke arah sini dengan Anti-Tank Cannon, tiga peluru ditembakkan.
Tidak ada ancaman berarti. Dengan santai, Li Xuan menggerakkan Phantom Demon menghindar sambil terus bergerak mendekati Jun Moxiao.
Ye Xiu tentu tidak takut pertarungan jarak dekat. Melihat lawan aktif menyerang, hal ini justru tepat masuk perangkapnya. Jun Moxiao tidak turun ke jalan, tetap bergerak di atap bangunan menyambut kedatangan lawan.
BRAK, BRAK BRAK...
Untuk sementara hanya Jun Moxiao yang bisa menyerang. Sambil melompat di tempat tinggi, payungnya terus menembakkan tembakan biasa ke Phantom Demon. Serangan ini tidak terlalu berpengaruh, bahkan jika tidak dihindari pun tak masalah. Kedua karakter yang awalnya melakukan strategi posisi tempur diam-diam di area tengah ini tiba-tiba muncul berurutan, lalu saling serang secara terbuka. Dengan ritme seperti ini, manuver taktis di awal terlihat sia-sia.
Akhirnya, jarak antara kedua belah pihak telah memasuki jarak menengah. Jun Moxiao kini memiliki metode serangan yang lebih beragam, sementara Ghost Array milik Phantom Demon juga mulai bisa menjangkau lawan. Namun dalam posisi berhadapan langsung seperti ini, mustahil untuk mengaktifkan Ghost Array. Skill ini membutuhkan Chanting, dan tanpa penguasaan jarak yang tepat dalam pertempuran frontal, pasti akan terkena Interupsi. Posisi Phantom Demon saat ini terlihat terlalu dekat dengan Jun Moxiao, seolah sama sekali tidak ada kesempatan untuk summoning Ghost Array. Tiba-tiba, Phantom Demon berbelok ke samping dan masuk ke titik buta pandangan Jun Moxiao.
Tapi seberapa kaya pengalaman Ye Xiu? Hanya dengan melihat separuh medan tempur, ia sudah bisa membayangkan kondisi topografi di area titik buta tersebut. Phantom Demon memanfaatkan rute berliku di medan tempur untuk membentuk formasi dalam visi Ye Xiu yang berada di posisi tinggi, namun kecepatan pergerakan lawan tetap tidak bisa diprediksi.
Tanpa mengetahui kecepatan, mustahil menilai pergerakan lawan. Meski ada kemungkinan rute pergerakan lawan, Ye Xiu tetap tidak bisa membuat pertimbangan. Map ini memang bukan spesialisasinya, kalau tidak bisa saja ia memprediksi posisi serangan lawan berdasarkan pengalaman. Saat ini, Ye Xiu hanya bisa membuat penilaian kabur berdasarkan apa yang terlihat.
Mungkin di sana?
Ye Xiu menangkap titik tertentu, langsung mengoperasikan Jun Moxiao untuk bergegas menuju tanpa turun ke tanah, tetap bergerak di atap. Area yang bisa dilompati langsung dilompati, yang tidak bisa, turun sebentar lalu naik lagi...
Sambil bergerak maju, ia terus menyesuaikan kamera sambil memperhatikan jejak Phantom Demon.
Sebuah bayangan tiba-tiba melintas di sudut pandang. Ye Xiu segera menghentikan pergerakan Jun Moxiao. Posisi dan arah gerakan itu menyimpang dari prediksinya. Sebenarnya lawan ingin mendekati area mana?
Belum sempat menganalisis, tiba-tiba bayangan lain kembali melintas cepat di bidang pandang.
Pindah ke sisi sini lagi?
Ye Xiu memutar kamera, mengamati dua posisi kemunculan Phantom Demon. Namun, tujuan lawan semakin tidak jelas terlihat.
Apakah ini hanya gerakan pengalih untuk menyamarkan rute perpindahan? Ye Xiu merasa ini bukan hal sederhana. Ini lebih mirip perangkap untuk memancing investigasi lebih lanjut. Setelah memeriksa medan tempur di sekitarnya dengan hati-hati, Jun Moxiao memilih diam di tempat.
Li Xuan menggerakkan Phantom Demon kesana-kemari, sesekali muncul di titik tertentu. Setelah bolak-balik, ia menyadari lawannya justru berhenti bergerak.
Phantom Demon kembali muncul dari titik buta Jun Moxiao, melakukan pergerakan yang sangat jelas. Ternyata lawan hanya memutar kamera tanpa mengubah posisi.
"Sudah, jangan main akal. Aku takkan mendekat," tegas Ye Xiu di channel.
"Kalau tidak mendekat, bagaimana kita bertarung?" Li Xiu kesal. Usahanya mengganggu hanya dianggap tontonan, lawan tetap tak bergeming. Akhirnya ia memilih bersikap kresek.
"Kamu yang datang," kata Ye Xiu.
"Tidak mungkin. Posisimu sulit kuserang," balas Li Xuan.
“Sebut tempat yang bisa ditempati, kita pergi.” Ye Xiu berkata.
“Posisiku sekarang sudah cukup bagus.”
“Tidak mungkin.”
“Bagaimana kalau kita lempar dadu, hasilnya dua angka itu jadi koordinat, kita kesana.” Li Xiu mengusulkan.
“Baik, kau yang lempar dulu!” Ye Xiu menjawab.
“Hmm.” Li Xuan mengangguk, di channel muncul angka dadu bergoyang-goyang.
34！
Li Xuan berhasil melempar dadu.
“Giliranmu.” Dia mengirim pesan.
Kembali di channel publik, Jun Moxiao mulai menggoyangkan dadu.
41！
“34,41. Di sini.” Kata Li Xuan.
“Aku sudah berangkat sejak angka 34 keluar, tak sadar aku menghilang?” Balas Ye Xiu.
“Kulihat kau sudah lama menghilang.” Kata Li Xuan.
“Karena sudah menebak kau akan dapat 34.” Jawab Ye Xiu.
“Aku juga sudah menebak kau akan menebaknya.” Kata Li Xuan.
“Oh ya? Tebak di mana aku sekarang?” Tanya Ye Xiu.
Li Xuan diam, fokus penuh pada operasional karakter ketimbang kotak obrolan. Dia tahu Jun Moxiao sudah sangat dekat dengan Phantom Demon-nya.
