Chanting!
Tanpa ragu, mata pedang Phantom Demon mulai bergerak.
Meski di channel terlihat obrolan dan lempar dadu yang ramai, faktanya keduanya terus menggerakkan karakter dengan hati-hati sambil mempertimbangkan gerakan lawan melalui pengalaman melimpah.
Saat Li Xiu berhenti mengobrol, dia langsung menyadari bahwa Jun Moxiao berada di dekatnya. Tanpa ragu, dia memerintahkan Phantom Demon untuk melakukan summoning Ghost Array.
Namun chanting baru mencapai separuh, sosok Jun Moxiao tiba-tiba muncul dari depan dengan gerakan Shan.
Cepat sekali!
Li Xiu kaget, kedatangan ini lebih cepat dari perkiraannya. Chanting baru setengah, bisakah dilanjutkan?
Braak!
Jun Moxiao menembakkan peluru yang mengarah tepat ke sasaran.
Tidak mungkin!
Dengan pertimbangan akurat, Li Xiu membatalkan chanting Ghost Array saat itu juga. Phantom Demon menghindar dengan lompatan sambil mengayunkan senjata perak Four Heavenly Dances, memunculkan Afterimage.
Afterimage adalah armor skill Ghostblade yang bisa mengkompensasi damage sesuai kuota dalam 1 menit. Menghadapi lawan berpengalaman seperti Ye Xiu, Li Xiu memilih mundur teratur dengan Afterimage daripada melanjutkan summoning Ghost Array.
Meski kecepatan Jun Moxiao di luar perkiraan, pertarungan belum tentu berakhir di sini. Phantom Demon terus mundur ke belokan jalan. Tanpa ragu-ragu, melanjutkan chanting kembali.
Kecepatan casting Phantom Demon juga sangat cepat, Li Xuan yakin hanya dengan pergerakan biasa, Jun Moxiao mustahil bisa muncul kembali di hadapannya dengan cepat untuk melakukan interupsi. Tapi kali ini, Doron!—suara ledakan keras terdengar. Sudut tembok di depan Phantom Demon dihujani tembakan meriam oleh Jun Moxiao, langsung menciptakan lubang besar. Batu dan pasir beterbangan, sayangnya Phantom Demon yang berada di dekatnya tak bisa lolos tanpa cedera.
Interupsi!
Tanpa melihat posisi Phantom Demon, Jun Moxiao berhasil menginterupsi casting-nya secara tidak langsung melalui serangan ini.
Inilah pertarungan tingkat top player.
Dari fase saling mencari hingga mulai bertukar serangan, semua keputusan mereka berdasarkan pertimbangan dan prediksi kesadaran. Kecuali tembakan interupsi Jun Moxiao sebelumnya, sama sekali tidak ada kontak visual antara gerakan kedua pihak—pertarungan murni aliran kesadaran.
Mundur!
Li Xuan yang kembali gagal casting terpaksa menarik diri. Phantom Demon terus berlari mundur, medan jalanan di map pilihannya sudah hapal di luar kepala. Tapi baru beberapa langkah, tembakan senjata kembali menggema di kejauhan, disusul suara mechanical rotor berputar.
Mengejar dari atas!
Li Xuan buru-buru mendongakkan kamera karakter, mengubah pola pergerakan Phantom Demon.
Tapi yang dilihat penonton justru Jun Moxiao menggunakan teknik terbang dengan senjata, sementara mechanical rotor-nya hanya melayang rendah di ketinggian minimal.
Licik sekali!
Seluruh arena terkagum-kagum. Ye Xiu menggunakan efek suara dua skill Jun Moxiao untuk sengaja membingungkan pertimbangan Li Xuan. Faktanya, Jun Moxiao tetap mengejar di dataran, tiba-tiba berbelok dari sudut itu dan menyerang dalam garis lurus.
Sementara Li Xuan yang memilih jalur sudut berbeda untuk menghadapi serangan udara, kini mendadak dihadapkan dengan Jun Moxiao yang muncul di depannya dan menyerang lurus. Situasi ini membuatnya canggung.
Lari!
Melihat jarak antara kedua pihak, Li Xuan tahu masih belum ada kesempatan Chanting. Dia harus lari lagi dan mencari posisi baru.
Tapi kali ini, tidak mudah baginya untuk kabur. Begitu skill mobilitas Jun Moxiao diaktifkan, kecepatan yang meledak secara instan sama sekali tidak bisa ditandingi oleh Ghostblade mana pun.
Peluru yang terbang dari kejauhan, dengan cepat berubah menjadi kilauan pedang yang menempel dan menyerang.
Li Xuan segera menyadari: Kemunculan Jun Moxiao yang "lebih cepat dari perkiraannya" sebelumnya mungkin benar-benar menjadi penentu kemenangan pertandingan ini!
Karena langkah itu, dia terus-menerus pasif. Ye Xiu sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk membuka Ghost Array. Kini, jarak tempel telah berhasil dicapai. Dalam duel ini, Phantom Demon sebagai Ghostblade nomor satu bahkan belum sempat memasang satu Ghost Array pun.
Ini sangat menggelikan, bukan?
Gelombang Pedang Retakan Bumi!
Phantom Demon tiba-tiba berbalik, menyapu Jun Moxiao yang mengejar dari belakang dengan satu gelombang pedang.
Jun Moxiao melompat ringan menghindar.
Bulan Sabit Cahaya Bulan, Full Moon Slash!
Dua serangan pedang berturut-turut.
“Jangan melawan lagi!” Ye Xiu sambil mengoperasikan Jun Moxiao menghindar, masih sempat mengirim pesan di channel - membuktikan serangan gelombang ini benar-benar tidak ada ancamannya.
Tapi Phantom Demon tiba-tiba mulai chanting saat ini, bahkan mencoba memaksakan summoning Ghost Array.
Hasilnya Ye Xiu sama sekali tidak mempedulikan, Jun Moxiao dash maju!
Ghost Array jatuh.
Phantom Demon ternyata berhasil summon satu Ghost Array, tapi...
Formasi Pedang... Formasi yang meningkatkan Strength dan Intelligence karakter, ini jelas tidak memberikan efek belenggu langsung ke lawan. Saat formasi terbentuk, Jun Moxiao sudah menebas kepalanya.
“Ini murni obsesi ya!” Ye Xiu berkomentar.
“Iya, kalau sampai satu Ghost Array pun tidak bisa diaktifkan, itu terlalu memalukan...” Li Xuan berkata.
Dia mengaktifkan satu Formasi Pedang, satu-satunya Ghost Array yang berhasil di-chant selama pertandingan, tapi tidak memberikan pengaruh penting apapun dalam pertempuran. Setelah itu Phantom Demon terus di-stuck oleh Jun Moxiao, tidak ada kesempatan lagi sampai akhirnya tumbang.
Ye Xiu meraih kemenangan pertama, terlihat sangat rileks. Ghostblade No.1 yang digadang-gadang sepertinya sama sekali tidak bisa memberinya ancaman. Tapi para ahli sejati tidak akan melihatnya seperti itu.
Ronde ini benar-benar ditentukan oleh satu langkah krusial. Saat ini Jun Moxiao berhasil menempel pada Phantom Demon, sehingga kemenangannya terlihat mudah. Tapi jika Phantom Demon berhasil menjebak Jun Moxiao dengan Ghost Array sejak awal, mungkin kita akan menyaksikan Jun Moxiao dibasmi dengan mudah dalam rangkaian jebakan hantu tersebut.
Pencapaian ini sebenarnya ditentukan oleh berbagai manuver tak terlihat sebelumnya. Esensi sebenarnya terletak pada pertimbangan strategis yang dibuat hanya berdasarkan kesadaran dan pengalaman sebelum bertemu lawan. Tapi bagi kebanyakan penonton, adegan tanpa pertempuran sengit seperti ini apa menariknya?
Penampilan Li Xuan jelas membuat penonton kandang Void kecewa. Tapi ini adalah kapten sekaligus anggota inti mereka, jadi penonton masih menjaga harga diri. Saat Li Xuan turun dari arena, tepuk tangan yang renyah masih terdengar. Namun ritme comeback yang diusung Void benar-benar gagal di awal, langsung kehilangan satu poin. Arena kandang Void yang semula riuh kini mulai murung hanya dalam hitungan menit.
Di tahap ini, setiap 1 poin sangat berharga.
Banyak penonton yang sambil menyaksikan pertandingan, juga memperhatikan update hasil pertandingan lain. Peluang Void masuk playoff tidak hanya bergantung pada usaha mereka sendiri, tapi juga membutuhkan kinerja buruk dari tim-tim lain agar bisa merebut posisi.
Saat pertandingan individual pertama mereka berakhir, beberapa hasil pertandingan lain juga mulai dilaporkan.
Tim Howling, pertandingan individual juga sudah unggul 1-0 atas Thunderclap. Hundred Blossoms menang 1-0 atas Misty Rain, Tim 301 menang 1-0 atas Miracle.
Semua tim menang, hanya Void yang kehilangan poin ini.
Tidak ada harapan lagi?
Semua orang menatap pasangan kedua pemain yang naik ke arena dengan tatapan kaku. Tepuk tangan terasa dipaksakan. Kehilangan 1 poin ini bagi penonton Void terasa menyakitkan seperti kehilangan 10 poin. Meski melihat lawan di babak kedua yang dianggap lebih berpeluang menang, semangat mereka tetap tak kunjung pulih.
Pertandingan individual kedua: Luo Ji dari Xingxin vs Gai Caijie dari Void.
Usia keduanya tak jauh berbeda, masih termasuk generasi muda di lingkaran ini. Tapi Luo Ji baru mulai latihan pertempuran nyata, sementara Gai Caijie sejak musim lalu sudah menunjukkan aura pemimpinnya, menjadi anggota penting Tim Void.
Gai Caijie memasuki kursi pertandingan dengan tenang. Bagaimana dengan Luo Ji? Ketenangan di wajahnya hanyalah topeng untuk menyembunyikan kegugupan dalam hatinya.
Dia benar-benar memaksakan diri menerima misi pertandingan ini. Rasa gugupnya sudah mulai sejak kemarin, dan sampai sekarang belum juga hilang. Dia tak tahu kapan rasa ini akan lenyap. Yang dia tahu, setelah menyadari situasi Xingxin yang mulai genting, jantungnya berdetak lebih kencang.
Sayangnya wasit tak peduli ini semua. Setelah memastikan kedua pihak masuk ke kursi pertandingan, dia memberi isyarat untuk memuat karakter. Tak lama, ronde kedua pertandingan individual dimulai.
Karakter terload di map. Luo Ji buru-buru mengamati area permainan.
Desa, pemandangan yang indah dengan semburat fajar di ujung langit. Di tengah map terdapat jalan raya utama, di ujungnya terlihat Gai Caijie dengan karakter Qing Zhi Qu-nya berjalan tenang dengan kecepatan tidak terlalu cepat maupun lambat.
Luo Ji segera memerintahkan Mei Guang untuk melakukan manuver dan bersembunyi di balik gubuk jerami. Ia masih belum percaya diri berhadapan langsung dengan atlet profesional, tetap mempertahankan strategi di setiap ronde. Di peta pilihan kandang, segalanya lebih mudah, namun saat bermain tandang di map yang tidak dikenal, rasa panik semakin menjadi.
Sayangnya map ini termasuk yang tidak dikuasai Luo Ji. Setelah menyembunyikan Mei Guang sementara, ia langsung kehilangan arah tentang langkah selanjutnya.
Dengan gemetar, Luo Ji mengoperasikan Mei Guang untuk mengintip dari balik persembunyian. Alangkah terkejutnya saat menemukan Qing Zhi Qu juga telah menghilang dari jalan raya.
Keluar?
Tetap menunggu di sini?
Sebagai pemain dua arah, Luo Ji terjebak dalam dilema.
Kemampuan kalkulasinya sebenarnya cukup baik, namun kecepatan gerak lawan yang stabil sejak awal membuatnya kesulitan memprediksi kecepatan maksimal. Apalagi kini lawan malah menerapkan strategi posisi tempur, menghilang di sudut desa yang tidak diketahui Luo Ji.
Tampaknya hanya bisa diam menunggu perubahan.
Luo Ji mulai menyiapkan wilayah pertahanan. Bukanlah tipe pemain tanpa strategi, ia memetakan area kecil yang dikuasainya lalu mengubahnya menjadi medan perang dengan memanfaatkan setiap elemen lingkungan.
Dengan cermat namun efisien, Luo Ji mengoperasikan Mei Guang melakukan eksplorasi menyeluruh di sudut kecil map tersebut.
Kucing Salju pertama kali dikeluarkan, dikirim ke semak-semak di depan untuk bersembunyi.
Kemudian Bunga Dunia Iblis ditanam di belakang pohon, dari arah datangnya Qing Zhi Qu, seharusnya tidak langsung terlihat dalam visi.
Selanjutnya naga kecil dan Elang Petir masing-masing mendarat di atap gubuk yang simetris kiri-kanan.
Lalu, Mei Guang sendiri menyelinap ke gubuk sebelah kiri. Bangunan tanpa jendela ini dioperasikan Luo Ji dengan nekat membuat Mei Guang membacok lubang menggunakan tongkat sihir.
Seluruh penonton di arena terdiam kaku.
Bukankah ini seharusnya game fighting? Kok bisa dimainin kayak gini?
