Chang Xian sedang frustasi karena tidak bisa menyelesaikan tugas pekerjaannya. Secara objektif, ini juga memang karena Xingxin yang agak tidak bisa dipercaya. Tim-tim lain seperti Blue Rain, meski juga menjalani latihan tertutup dan menolak semua wawancara, akhirnya memiliki departemen PR khusus yang menyediakan artikel untuk wartawan agar mereka bisa menyelesaikan tugas dan membuat laporan tentang Blue Rain. Bagaimana dengan Xingxin? Baru satu tahun, tim utamanya sudah terbentuk, tapi sistem klub yang mapan seperti tim elite Blue Rain belum ada!
Petugas humas?
Xingxin mana punya itu. Chen Guo juga belum cukup berpengalaman. Ye Xiu sibuk memikirkan pertumbuhan anggota tim, penataan taktik, peningkatan peralatan, persediaan material - semua ini dia perhatikan dengan serius. Tapi hal-hal terkait media yang tidak mempengaruhi kekuatan tim sama sekali diabaikan. Anggota lain juga tidak peduli dengan aspek ini, jadi Tim Xingxin sama sekali tidak memiliki kesadaran dalam hal ini.
Hari ini Chang Xian kembali pulang dengan tangan hampa. Beberapa pelanggan tetap Warnet Xingxin mulai memandangnya dengan tatapan aneh. Suatu kali Chang Xian tidak sengaja mendengar gumaman para pemalas ini, hampir saja HP-nya terkuras. Ternyata gayanya yang terus-menerus mengelilingi Chen Guo di Warnet Xingxin sudah kehilangan kesan legendaris "raja tanpa mahkota". Di mata orang biasa, dia kini dianggap sebagai si pemalas memalukan yang nekat mendekati Bos Besar Chen Guo.
Hati Chang Xian hampir mati menangis. Setelah kembali online dan melihat grup wartawan (Esports Home), beberapa rekan wartawan pendamping tim playoff lain sudah punya segudang material. Seperti dirinya yang mendapat perlakuan dingin, hanya wartawan G yang meliput Blue Rain - setidaknya mereka masih dapat artikel dari pihak Blue Rain untuk dikembangkan dengan pendapat subjektif, sehingga laporan khusus tentang Blue Rain bisa diselesaikan.
Bagaimana dengan dirinya sendiri?
Kali ini bahkan jangan harap menonjol di antara para anggota, yang penting jangan sampai artikelnya bolong seperti jendela langit.
Chang Xian marah, menarik-narik rambut, semalaman tidak bisa tidur!
Artikel seperti yang dimiliki Blue Rain juga tidak dia harapkan lagi, karena dia sangat paham, Xingxin sama sekali tidak punya orang yang ahli di bidang ini. Para anggota tim tidak bisa diandalkan, sekarang mereka semua sibuk. Selain itu? Bos Besar Chen Guo? Chang Xian sampai berkeringat dingin hanya membayangkan, kesan Chen Guo di benaknya sama sekali tidak bisa dikaitkan dengan menulis.
Tidak ada solusi, harus mengandalkan diri sendiri, mengaranglah! Paling-paling setelah selesai nanti dibandingkan dengan milik mereka.
Chang Xian yang pasrah akhirnya membuat artikel berdasarkan persepsi subjektifnya sendiri. Setelah menghabiskan waktu dua hari, dia kembali ke Xingxin dengan harapan bisa bertemu para anggota tim, namun hasilnya hanya bertemu Chen Guo di lantai bawah lagi, antisipasinya langsung meleset dalam sepersekian detik.
"Chen Jie." Chang Xian menyapa.
“Datang lagi ya!” Chen Guo juga menyambutnya, tapi kata "lagi" itu terdengar begitu menusuk di telinga Chang Xian. Melihat ke dalam warnet, banyak tatapan merendahkan mengarah padanya, namun saat bertemu pandangan Chang Xian, mereka buru-buru mengalihkan muka, pura-pura fokus mengutak-atik komputer.
“Aku menulis artikel tentang partisipasi Xingxin di playoff. Tolong dicek, apakah cocok.” Chang Xian pasrah menyodorkan naskah yang minim bukti konkret, hanya mengandalkan imajinasinya sendiri.
“Oh? Begitu!” Chen Guo menerimanya, membalik-balik halaman dengan teliti, akhirnya sedikit menghibur Chang Xian.
“Xiao Chang! Tulisanmu ini cuma slogan, tidak ada bukti konkret!” kata Chen Guo.
Chang Xian ingin mengadukan nasibnya!
Mana mungkin ada bukti konkret? Setiap hari kau menghalangiku di depan kasir warnet, melarang wawancara pemain maupun minta bahan eksklusif!
Perasaan terzhalimi itu membuat Chang Xian tak bisa bicara. Melihat ekspresinya, Chen Guo tak begitu bodoh sampai tak paham situasi.
“Emm... tadi itu komentar dari sudut pandang pembaca biasa. Sebenarnya cukup bagus, langsung publish saja!” kata Chen Guo mencoba memperbaiki suasana.
“Chen Jie tidak bisa kasih bukti konkret?” desak Chang Xian.
“Sungguh tak ada bahan khusus. Seluruh modal Xingxin sudah kau ketahui. Justru karena itu kami harus memanfaatkan setiap detik, meningkatkan performa semaksimal mungkin dalam seminggu ini.” Chen Guo mengakhiri pembicaraan.
“Chen Jie jangan coba menebak saya, saya tahu pasti kalian punya metode tertentu. Saya bisa melihatnya.” Chang Xian berkata.
“Haha, tentu ada sedikit rahasia, tapi ini tidak bisa diungkapkan! Kalau dibocorkan, bagaimana memberi kejutan nanti?” Chen Guo menjawab.
“Baiklah!” Chang Xian mengangguk. Pengakuan langsung Chen Guo bahwa mereka punya taktik sudah cukup sebagai buti konkret. Ketidaktahuan tentang detail strategi ini sangat wajar! Jika ada tim yang membongkar seluruh rencana serangan terhadap lawan sebelum pertandingan, malah akan menimbulkan kecurigaan apakah ini taktik pengalihan. Sebagai wartawan berbakat, Chang Xian langsung memutar otak mencari cara mengembangkan satu kalimat ini menjadi artikel utuh.
Tak lama kemudian, edisi khusus playoff Esports Weekly mulai terbit. Bagian pra-pertandingan berisi berbagai prediksi untuk playoff musim ini. Selain laporan eksklusif dari delapan koresponden regional, Esports Home juga mengundang berbagai kritikus Glory ternama untuk memberikan analisis mendalam.
Sebagai contoh, komentator tamu terkenal Li Yibo menulis kolom dengan gaya khasnya yang hati-hati dan menghindari prediksi langsung. Tulisan Li Yibo lebih mirip memoar yang menyoroti momen-momen epik delapan tim di musim reguler, tentu saja dari pertandingan yang pernah ia komentari. Dengan gaya narasi yang jelas dan detail, ia mengulas kelebihan dan kekurangan masing-masing tim, lalu menutup dengan doa agar semua tim meraih hasil gemilang - sebuah penutup yang sangat diplomatis.
Komentator terkenal Cha Xiaoxia telah mengumumkan sejak lama bahwa dirinya adalah penggemar gila Xingxin. Sepanjang musim ini, ia tak henti memuji dan menyoraki Xingxin. Namun sebutan "penggemar gila" dari Cha Xiaoxia sebenarnya hanya candaan. Ia hanya lebih optimis dan berminat pada Xingxin. Bisa dikatakan ia lebih bersungguh-sungguh menggali hal-hal baik dari Xingxin. Pujiannya terhadap Xingxin tetap metodologis dan logis. Berbeda dengan kelompok anti Xingxin yang dipimpin Ruan Cheng, yang benar-benar tak bernalar—menukar kuda dengan rusa, mengaburkan hitam putih—praktis sudah kehilangan harga diri sepenuhnya.
Di kolom khusus Cha Xiaoxia, ia terus mencurahkan kecintaan pada Xingxin. Dari komentar tentang 8 tim playoff, bagian mengenai Xingxin mencapai 70%, sementara 7 tim lain dirangkum dalam 30%.
Soal apakah akan meminta naskah dari Zuo Chenrui, terjadi perselisihan di redaksi. Karena sikap orang ini dalam hal suka/tidak suka benar-benar setingkat penggemar gila—konten yang ditulisnya pasti akan berat sebelah. Akhirnya, redaksi memutuskan mencoba meminta Zuo Chenrui menulis artikel komentar tanpa menilai Blue Rain dan Micro Grass. Hasilnya, komentator berkarakter Zuo Chenrui ternyata menolak.
Penulis ternama seperti Ruan Cheng, artikelnya khusus untuk Esports Era. (Esports Home) pun tak bisa mendapatkannya meski ingin.
Artikel-artikel panjang yang sudah dijanjikan cukup banyak. Selain komentator terkenal, ada juga beberapa pemain. Yang sudah pensiun, maupun yang masih aktif. Pemain dari delapan tim yang sedang mempersiapkan playoff tentu tidak punya waktu, tapi pemain tim lain sudah mulai liburan musim panas. Media biasanya juga mencari beberapa ternama. Edisi kali ini mendapatkan komentar dari Li Xuan (Void), Chu Yunxiu (Misty Rain), dan Tian Sen (Huangfeng).
Ketiga pemain ini sudah hampir melupakan penyesalan atas musim ini, dan memasuki mode penonton. Tentang playoff, mereka memiliki berbagai pandangan.
Li Xuan lebih memihak , sebuah preferensi yang paling umum dan tidak perlu banyak dijelaskan.
Chu Yunxiu justru mendukung , dan terus terang menyatakan alasan utamanya adalah teman baiknya di Tim Xingxin. Tentu saja, dia juga menganalisis kelebihan dan kekurangan Xingxin dari sudut .
Tian Sen? Dukungannya jatuh pada . Menurutnya, Dominant Hero yang telah menahan diri sepanjang musim pasti akan menunjukkan daya ledak berbeda di playoff. Kemerosotan Huangfeng yang dulunya klub elite membuat Tian Sen merasakan pedihnya perubahan dari kejayaan ke kemunduran. Beberapa veteran di Dominant Hero jelas sedang melewati fase hidup ini. Melihat mereka, meski Tian Sen masih dalam usia , ia merasakan empati yang mendalam. Dukungannya mungkin lebih berupa doa.
Esports Weekly mengandalkan konten-konten seperti ini untuk mengisi edisi kali ini. Kemudian artikel wartawan khusus mereka adalah komentar terpisah tentang delapan tim. Selain Blue Rain dan Xingxin, enam tim lainnya mendapat wawancara eksklusif dengan pemain yang kontennya lebih padat. Blue Rain menyediakan artikel resmi dari tim, lalu tentu ada elaborasi tambahan dari wartawan. Xingxin lebih menyedihkan, wartawan Chang Xian sendiri yang menulis artikel tentang mereka, lalu mengembangkan berdasarkan percakapan singkat dengan Chen Guo.
Hasil akhirnya, enam wawancara eksklusif justru terkesan datar dan membosankan. Kekhidmatan playoff sepertinya sudah mulai terasa sejak saat ini. Meski menghadapi media, para pemain dari enam tim itu sama sekali tidak memberikan informasi konkret. Artikel Blue Rain yang disiapkan tim sudah pasti tidak ada nilainya. Yang mengejutkan, justru artikel Chang Xian tentang Xingxin secara eksplisit menyebut bos Chen Guo mengaku Xingxin punya metode khusus di playoff.
Metode apa itu?
Di sinilah ruang kreativitas Chang Xian bekerja.
Tebakan Chang Xian sebenarnya tidak terlalu penting, topik ini bisa jadi bahan spekulasi publik! Maka, "metode rahasia Xingxin" langsung menjadi topik panas setelah laporan ini. Ada yang menebak strategi tak biasa, formasi unik, peralatan rahasia - Glory memang hanya berputar pada elemen-elemen ini, semua spekulasi bermunculan.
"Bagaimana pendapatmu?"
“Tim Blue Rain,” Huang Shaotian yang baru saja meletakkan koran bertanya pada Yu Wenzhou di sebelah. Sebagai lawan yang akan segera menghadapi Xingxin, tentu mereka paling memperhatikan masalah ini. Tanpa menunggu jawaban Yu Wenzhou, Huang Shaotian langsung melanjutkan pendapatnya: “Dengan si pemalas itu di sana, menurutku 80% ini cuma Smoke Bomb yang dilepas Xingxin.”
“Oh begitu? Aku tidak sependapat.” Yu Wenzhou masih memegang koran di tangannya. Meski mendengarkan ucapan Huang Shaotian, pandangannya tak bergeser dari halaman koran.
“Pasti ada beberapa metode tersembunyi. Kalau benar-benar kosong, Smoke Bomb seperti ini akan terlihat konyol. Orang-orang Xingxin tidak mungkin sekekanak-kanakan itu.” Yu Wenzhou berkata sambil tetap fokus pada bacaannya.
“Lalu apa tujuannya?” Huang Shaotian tertegun.
“Jangan dipikirkan. Kalau dipikir, berarti kau sudah terjebak.” Yu Wenzhou akhirnya meletakkan korannya. “Anggap saja kita tidak melihat ini!”
“Akan kucoba...” jawab Huang Shaotian dengan ragu.
