Pertandingan resmi dimulai.
Terhadap peta kandang, Mo Fan tentu tidak asing. Di awal pertandingan, dengan cepat dan mahir ia melakukan manuver dari jalur samping, memilih sayap kanan yang sama seperti ronde sebelumnya saat Ye Xiu bermain.
Sementara Huang Shaotian, sama seperti ronde sebelumnya, langsung menyerang lewat jalur tengah. Yang berbeda, kali ini Huang Shao jauh dari kesan diam. Baru saja pertandingan dimulai, dia sudah mulai mengobrol riang dengan Mo Fan. Sru-sru-sru-sru chat-nya memenuhi satu halaman penuh, tapi bahkan satu tanda baca atau emoji pun tak didapatnya sebagai balasan dari Mo Fan.
"Wah, diam sekali ya, kenapa tidak mau bicara? Pemain baru tidak perlu gugup, anggap saja ini pertandingan biasa. Obrolan ringan bisa bikin rileks, lho!" kata Huang Shaotian seperti senior bijak yang sedang membimbing junior. Namun kilau pedang Ice Rain di tangan Troubling Rain terus berkedip-kedip. Di layar besar, kamera Huang Shao terus menyesuaikan sudut pandang, sangat waspada terhadap kedua ujung jalur. Semua orang yakin saat dia bertemu Destroying Immortality-nya Mo Fan, semua sikap ramah itu akan langsung hilang.
Gaya peta kandang Xingxin ini setelah beberapa ronde, para pemain sudah mulai memahami polanya.
Struktur map sebenarnya cukup sederhana. Di tengah terdapat sebuah jalan raya utama yang langsung menghubungkan titik penyegaran kedua tim, sekaligus menjadi garis batas di peta. Di sisi kiri-kanan (timur-barat), terdapat dua struktur medan tempur yang berbeda namun memiliki simetri utara-selatan.
Seperti Huang Shaotian yang memilih karakter langsung menuju jalan raya tengah, kedua ujungnya menyediakan banyak titik penyergapan potensial. Ye Xiu selalu memanfaatkan fitur ini, sementara Mo Fan di pertandingan ini juga menggunakan medan tempur tersebut.
"Kedua pihak sedang mendekati!" seru Pan Lin. Dalam situasi seperti ini, biasanya ditampilkan bird's eye view dalam peta kecil yang memperlihatkan dua karakter yang semakin merapat.
"Di mana Mo Fan akan memilih titik penyergapan? Sejujurnya menurutku Huang Shaotian sudah menguasai peta ini. Di ujung manapun, mungkin sulit menemukan titik kejutan yang tak terduga baginya," kata Pan Lin.
"Benar, pilihan Huang Shaotian tetap di jalur tengah mungkin didasari hal ini. Untuk kedua ujung jalan raya ini, dia sudah cukup familiar. Justru jika masuk dari sayap timur/barut untuk bertarung, mungkin ada celah medan tempur yang terlewat. Daripada begitu, lebih baik bertempur di area yang sudah dikuasai," jelas Li Yibo.
"Kalau begitu, Mo Fan yang tetap mencoba menyergap dari kedua ujung justru berada dalam posisi kurang menguntungkan?" tanya Pan Lin.
"Jika dia bersikeras... Tapi kurasa dia pasti menyadari hal ini. Meski sebagai rookie yang kurang pengalaman, pastinya tim Xingxin sudah memberikan briefing cukup lengkap," jawab Li Yibo.
Sifat Mo Fan, selain rekan setim Xingxin, tidak ada yang tahu. Hanya dari pertandingan terlihat dia bukan tipe yang suka bicara, mana ada orang yang tahu kalau karakter ini bahkan lebih pendiam daripada Zhou Zekai. Langsung terasa ritme penolakan berkomunikasi.
Mengenai masalah yang disebut Li Yibo dkk, di sisi Xingxin tentu ada yang mengingatkan. Fang Rui dan Su Mucheng bergantian memberi nasihat, tapi akhirnya hanya mendapat satu kata dari Mo Fan: "Hmm."
Tapi sekarang, di awal pertandingan Mo Fan masih bermanuver mencari titik penyergapan di dua jalur, Fang Rui di sisi Xingxin sudah tidak sabar.
"Dasar anak ini cuma tahu pamer gaya sok cool, apa dia sama sekali tidak mendengar yang kita bicarakan?!" teriak Fang Rui.
"Mungkin dia punya pertimbangan sendiri," kata Su Mucheng. Memang benar Mo Fan tidak suka berkomunikasi, tapi dia juga tidak menolak masukan orang. Dulu dia sempat kaku dengan Ye Xiu, tapi sekarang sikapnya terhadap Ye Xiu sudah berubah, apalagi ke yang lain. Jika masalah yang diingatkan dia dan Fang Rui tidak ingin dipedulikan, mungkin Mo Fan sudah langsung mengabaikan pembicaraan mereka dan melakukan urusannya sendiri. Karena sudah menjawab "Hmm", pasti sudah dipikirkan matang-matang. Apa Mo Fan mau repot-repot memberi jawaban mengambang?
"Dasar bocah, aku ingin lihat apa pertimbangannya," kata Fang Rui.
Karakter kedua tim semakin mendekat, tapi Mo Fan terlihat masih belum menentukan posisi.
"Ada apa, apakah Mo Fan gugup sehingga sulit menentukan posisi?" tanya Pan Lin.
“Menurutku, seharusnya dia tidak terburu-buru memilih posisi?” kata Li Yibo, “Sepertinya dia sadar titik penyergapan di kedua ujung sudah diketahui lawan, jadi tidak berniat melakukan penyergapan lagi.”
“Lalu apa gunanya manuver berputar-putar ini?” tanya Pan Lin.
“Setidaknya menghindari konfrontasi frontal dengan lawan!” jawab Li Yibo.
“Baiklah... mari kita lanjutkan pantauan.” ujar Pan Lin.
Baru lima detik topik berhenti, Pan Lin teringat sesuatu: “Eh! Benar, mari kita lihat dulu peralatan Mo Fan!”
“Oh!” Li Yibo menepuk keningnya, dia juga lupa. Semua orang terlalu terbawa ritme pertandingan yang diciptakan Ye Xiu, sampai lupa soal peningkatan besar peralatan Xingxin. Equipment Jun Moxiao sudah banyak yang diganti, bagaimana dengan Destroying Immortality-nya Mo Fan? Saat loading karakter di awal pertandingan semua lupa memperhatikan.
“Level 80!” Sesuai dengan permintaan duo komentator, sutradara siaran menampilkan daftar equipment Destroying Immortality.
Untuk equipment silver, tidak perlu dilihat detail atributnya karena disembunyikan. Nama dan level sudah langsung tertera di daftar.
Senjata tentu paling menarik perhatian, sehingga ditempatkan di urutan pertama daftar equipment.
Ninjato: Enam Belas Daun.
"Shiliuye, nama yang aneh!" Pan Lin bergumam. Nama equipment silver dihasilkan oleh sistem Glory, terkadang sangat sesuai dengan atribut peralatan atau aura karakter, namun kadang terlalu filosofis sehingga membutuhkan usaha untuk memahami logikanya. Dari namanya saja, sulit menebak aset apa yang dimiliki. Namun yang jelas, ini adalah peralatan level 80 - tidak ada keraguan.
Selain itu, Mo Fan juga memiliki tiga equipment silver level 80: sepatu, lencana, dan jubah. Memang sedikit kalah dibanding Jun Moxiao, namun sebagai karakter pergantian sistem shift, perbedaan dengan karakter inti seperti ini wajar terjadi di tim manapun.
"Ngomong-ngomong, kita belum banyak merasakan efek peralatan Jun Moxiao ya!" Pan Lin tiba-tiba teringat ronde sebelumnya. Awalnya semua penasaran seberapa tangguh Ye Xiu dengan equipment level 80-nya, namun setelah tiga arena pertarungan, keunggulan peralatan tersebut tidak terlalu terlihat. Ada kesan bahwa bahkan tanpa peningkatan ini, konsekuensi pertarungan mungkin tidak akan jauh berbeda.
"Peningkatan damage Jun Moxiao memang jelas, namun perubahan halus di atribut lain masih belum terlihat. Belum diketahui juga apakah berbagai bentuk senjata Qianji San memiliki atribut tambahan - selain skill dasar, baru Laser Cannon dari bentuk senjata dan Doa Harapan kelas Paladin yang sempat ditampilkan." Kata Li Yibo.
“Ye Xiu... apakah dia sengaja menyimpan tenaga?” Pan Lin tiba-tiba memiliki perasaan ini, “Skill besar di Qianji San adalah kunci yang memengaruhi gaya bertarungnya. Aku yakin Tim Blue Rain sangat ingin melihat skill besar apa saja yang ada di Qianji San versi terbaru melalui arena pertandingan, tapi akhirnya Ye Xiu hanya menggunakan dua skill saja. Ini terlalu tersembunyi, Blue Rain harus waspada dengan ketidaktahuan mereka dalam pertandingan tim.” Pan Lin berkata.
“Poin ini benar.” Li Yibo mengangguk, “Di arena pertandingan, Ye Xiu menang dengan gemilang, tapi informasi yang diberikan sangat minim. Tidak tahu berapa banyak yang berhasil dilihat Blue Rain. Tapi mengenai skill senjata Qianji San, pastinya mereka pusing tujuh keliling.”
“Ah! Sekarang akun Troubling Rain milik Huang Shaotian dan Destroying Immortality milik Mo Fan sudah saling berpapasan, ternyata Mo Fan benar-benar tidak melakukan penyergapan.” Pan Lin kembali ke jalur komentarnya.
“Pergerakan Troubling Rain menjadi lebih hati-hati, sepertinya Huang Shao benar-benar paham bahwa area berikutnya akan menjadi titik-titik penyergapan yang memungkinkan. Eh, Li Zhidao, kalau begitu di awal pergerakan, sebagian jarak seharusnya mustahil untuk disergap, tapi dalam ingatanku Huang Shao juga sangat teliti mengawasi area sekitar segmen itu!” Pan Lin tiba-tiba terlihat bingung.
“Itu bukan waspada biasa, itu adalah cara menyampaikan informasi map ke rekan setim di bawah melalui sudut pandang kameranya selama bertanding!” Li Yibo menjelaskan.
“Oh, ternyata seperti ini, benar-benar tim yang terasa sangat solid dan penuh dedikasi!” Pan Lin mengungkapkan kekaguman.
“Benar.” Li Yibo menjawab.
Di arena, Troubling Rain telah melewati koordinat horizontal Destroying Immortality. Saat ini, dia terus bergerak maju. Sementara Destroying Immortality mulai bergerak diam-diam ke tepi jalan raya utama, sepertinya sedang mempersiapkan posisi untuk penyergapan.
“Apakah dia ingin menyerang ketika Huang Shao Tian tidak menemukan siapapun di sana dan sedang dalam perjalanan kembali?” Pan Lin berspekulasi.
Li Yibo menggelengkan kepala tanpa berkata-kata. Niat sebenarnya Mo Fan ini benar-benar membingungkannya.
“Apa sebenarnya yang direncanakan anak ini?” Bahkan rekan satu tim Mo Fan sendiri pun kebanyakan tidak memahami pola pikirnya, mereka juga sedang mencoba menganalisis di tengah pertarungan!
Namun kemudian, Mo Fan tidak memilih posisi untuk Destroying Immortality. Setelah mencapai batas map, dia langsung bergerak menuju arah pergerakan Troubling Rain.
“Menyergap dari belakang?” Pan Lin terus menebak.
Serangan belakang memberikan titik buta terbesar sekaligus bonus damage terbaik. Namun sebagai atlet profesional, mereka tidak akan pernah lengah terhadap pertahanan belakang, apalagi dalam kondisi 1v1 tanpa dukungan tim dan posisi lawan yang belum diketahui.
“Semoga dia tidak gegabah... Huang Shao Tian sudah waspada.” Ye Xiu berkomentar.
“Ya, cahaya sudut pandang kameranya sering menyapu kiri-kanan dan belakang saat berputar. Meski tidak detail, cukup untuk mengantisipasi flanking dari belakang.” kata Fang Rui.
Mendengar kekhawatiran keduanya, Chen Guo langsung gugup. Melihat Destroying Immortality mengejar langkah demi langkah, dia ingin lompat dan berteriak di telinganya "Hati-hati, jangan langsung maju begitu saja!"
“Kau ini, sebenarnya bersembunyi di mana sih? Masih bisa bersabar terus tanpa muncul?” ujar Huang Shaotian.
“Sudah berapa lama ini, mau makan kartu kuning? Wasit, kasih dia kartu kuning dong!” Huang Shaotian terus mencatat rekor.
Kartu kuning segera datang, diberikan ke Huang Shaotian.
“Ehh...” Huang Shaotian tidak membantah atau berdalih, jelas dia sudah tahu konsekuensinya.
Ini playoff, bukan All-Star Game. Sekalipun wasit tahu orang ini hanya asal ngomong tanpa niat, tapi ucapan yang memengaruhi keputusan wasit adalah zero tolerance mutlak. Berani ngomong, pasti kena kartu.
“Lihat, aku sampai kena kartu demi kamu. Masih belum mau cepat-cepat keluar?” Huang Shaotian tidak berani menyindir wasit lagi, langsung menunjuk Mo Fan sambil mencatat rekor.
