Su Mucheng, Zheng Xuan.
Sebagai pemain seangkatan, meski satu anggota Generasi Emas dan satunya lagi karakter yang agak terlupakan di bawah sinar Generasi Emas, interaksi mereka tetap tidak asing.
Jadi sejak pertandingan dimulai, Su Mucheng sudah tahu kalimat pertama yang akan Zheng Xuan ucapkan di channel.
"Tekanan besar nih!" Dia malah mengucapkannya lebih dulu.
"Ngapain kamu!" Zheng Xuan kesal, masa rebutan kalimat klise begini!
"Bantu kamu ngomong!" balas Su Mucheng.
"Aduh, bahkan dialog saja direbut, tekanan besar ini!" Zheng Xuan akhirnya tetap mengucapkannya.
"Yang lebih besar masih di belakang!" seru Su Mucheng sementara Muyu Chengfeng dash maju.
Tanpa manuver, tanpa bersembunyi, langsung menyerang dari depan.
"Ternyata!" Pan Lin dan Li Yibo berteriak serempak.
Saat pertukaran pemain sedang berlangsung, kedua orang ini sudah mengobrol. Blue Rain hanya tersisa satu orang terakhir, sementara Xingxin saat ini tidak perlu lagi terlalu berhati-hati. Mengambil ronde ini dengan gagah berani dan memasuki pertandingan tim dengan semangat pasukan yang membara jelas merupakan pilihan terbaik. Sekarang terlihat, ternyata Su Mucheng benar-benar akan melakukan hal itu.
"Jangan-jangan seperti Mo Fan lagi?" Pan Lin yang baru saja mengucapkan "ternyata" tiba-tiba merasa khawatir. Di ronde sebelumnya, Mo Fan juga pernah membuat Destroying Immortality dash dengan gagah, tapi hasilnya malah kabur begitu bertemu muka dengan lawan.
"Eh, seharusnya... tidak mungkin kan?" Mendengar ini, Li Yibo pun ragu-ragu. Secara logika, Su Mucheng bukanlah orang asing bagi mereka. Mereka cukup memahami gaya bermainnya. Tapi sejak bergabung dengan Xingxin, seolah ada aura misterius yang menyelimutinya. Ye Xiu, Fang Rui - wajah-wajah lama ini memang beralih kelas, sehingga kejutan mereka masih masuk akal. Tapi Su Mucheng yang tidak berubah kelas maupun gaya bermain, bahkan banyak strateginya warisan langsung dari Jia Shi, kok tiba-tiba juga terasa berbeda?
"Hmm, mari kita lihat kelanjutannya," kata Li Yibo dengan tenang, tidak berani sembarangan mengambil kesimpulan.
Hasilnya kali ini, karakter Expert Amunisi Zheng Xuan yang bernama Gunfire Rain malah bersembunyi segera setelah muncul di arena.
“Apakah Zheng Xuan akan menggunakan taktik licik?” kata Pan Lin. Kecerdikan adalah suatu gaya, sebuah aliran permainan, dan pilihan yang ada dalam gaya bertarung. Sebagai atlet profesional, ini hanya masalah suka atau tidak suka, mau pakai atau tidak. Kalau bilang tidak bisa, berarti tidak profesional. Zheng Xuan yang sudah menjadi veteran selama tujuh tahun, tentu mustahil tidak menguasai taktik ini.
“Sebagai juara bertahan, sudah pasti harus menghadapi dengan hati-hati,” ujar Li Yibo.
Sebagai juara bertahan, Zheng Xuan masih harus menghadapi tiga lawan.
Su Mucheng adalah yang pertama. Siapa berikutnya? Apakah Fang Rui si ahli aliran licik? Tang Rou si gadis garang? Pemain Rogue yang tak terduga? Atau senior legendaris dari Blue Rain mereka sendiri, Wei Chen?
Zheng Xuan tidak mengenal Wei Chen. Ia masuk kamp pelatihan Blue Rain di Musim ke-3, saat itu Wei Chen sudah pensiun. Tentang senior ini, Zheng Xuan pernah dengar beberapa kisah: Huang Shaotian ditemukan di game online dan dibawa ke tim, Suoke Sa'er yang diwariskan ke Yu Wenzhou awalnya adalah karakternya... Setiap peristiwa penting seputar berdirinya Blue Rain selalu terkait namanya. Di kolom pendiri guild Blue River Pavilion di game online, namanya tetap tercantum: Suoke Sa'er.
Ya, Suoke Sa'er.
Suoke Sa'er milik Wei Chen, bukan Suoke Sa'er milik Yu Wenzhou.
Tapi tujuh tahun setelah pensiun, senior legendaris ini tiba-tiba kembali ke arena.
“Awalnya dia cukup menarik perhatian, tapi kembalinya tidak seperti Ye Xiu. Dia bukan pemeran utama di lapangan, kesempatan bertanding sangat sedikit, perlahan-lahan topik pembicaraan tentangnya pun hilang.”
“Hanya Tim Blue Rain yang masih memperhatikan mantan kapten dan senior mereka ini.”
“Apakah dia akan tampil?”
Zheng Xuan berpikir, lalu tiba-tiba tersadar.
“Sialan, kehilangan fokus lagi!”
Di pertandingan krusial ini, pikiran Zheng Xuan malah melayang. Karakternya Rain Bullet (Qiang Lin Dan Yu) tanpa sadar berjalan jauh, baru tersadar lalu buru-buru mengamati medan tempur sekitar.
“Si pemalas ini… pasti mikirin sesuatu lagi ya?” kata Huang Shaotian yang menyaksikan pertandingan Zheng Xuan dari luar arena. Dia terlalu familiar dengan kebiasaan orang ini.
“Kurangnya semangat juang tetap menjadi masalah terbesarnya,” ujar Yu Wenzhou dengan nada kagum.
“Ditempatkan di posisi bertahan pun tidak bisa membuatnya fokus sepenuhnya,” tambah Huang Shaotian.
“Andai dia punya kegigihan seperti Yu Feng,” kata Yu Wenzhou.
“Kalau begitu… dia pasti sudah pergi kan?” Huang Shaotian mengingat usaha Hundred Blossoms merekrut Zheng Xuan musim panas itu, sesuatu yang juga diketahui pihak Blue Rain.
“Benar… Jadi memang tidak ada solusi,” Yu Wenzhou menghela napas.
“Andai dia bisa menyeimbangi Yu Feng,” harap Huang Shaotian.
“Bagaimana jadinya? Apakah di tim kami akan muncul Pemandangan Darah dan Bunga?” kata Yu Wenzhou. Para pemain Generasi Emas juga memiliki kesan mendalam terhadap Pemandangan Darah dan Bunga. Musim ketiga dan keempat adalah masa kejayaan Pemandangan Darah dan Bunga. Generasi Emas semua pernah mengalami penyaringan melalui Pemandangan Darah dan Bunga.
“Siapa yang tahu!” ujar Huang Shaotian.
Jika yang tidak bermakna seperti ini adalah hal yang paling membuat orang frustasi.
Yu Feng pergi karena terlalu aktif, terlalu berambisi, dan terlalu bersemangat.
Zheng Xuan justru bertahan karena tidak aktif dan kurang semangat. Bertahan itu baik, tapi kurangnya semangat justru menjadi batasan kekuatannya. Zheng Xuan punya bakat dan talenta, namun karena kurang semangat juang dan ambisi, bakat dan kemampuannya tak bisa sepenuhnya tergali.
Pencapaiannya seharusnya tidak berhenti di sini.
Ini adalah komentar banyak orang tentang Zheng Xuan yang pernah didengarnya, tapi tetap saja dia tak bisa membangkitkan semangat. Bahkan di posisi bertahan arena playoff pun dia bisa kehilangan fokus. Hanya di Blue Rain-lah dia bisa bertahan, kalau di tim ketat seperti Micro Grass, mungkin Zheng Xuan sudah lama dieliminasi total.
Blue Rain adalah tim yang unik, mampu menampung berbagai pemain aneh. Huang Shaotian si oportunist cerewet, Yu Wenzhou si master strategi dengan kecepatan tangan di bawah standar, Song Xiao yang baru mengeluarkan tenaga penuh saat playoff, Lu Hanwen remaja 14 tahun penuh semangat, mantan anggota seperti Yu Feng si perfeksionis yang tak puas meski sudah juara hingga harus jadi inti tim, Lin Feng yang pindah ke Howling sebagai Thief non-mainstream. Belum lagi Zheng Xuan, pemain esports yang kurang semangat juang...
Blue Rain bagai kamp konsentrasi pemain-pemain unik, di mana setiap anggota menemukan posisi yang tepat.
Pernah ada yang membayangkan:
Jika Huang Shao tidak mengetik dan fokuskan seluruh APM-nya pada operasional karakter.
Jika kecepatan tangan Yu Wenzhou memenuhi standar bahkan mencapai level tinggi.
Jika Song Xiao bisa bermain prima di pertandingan reguler seperti di playoff.
Jika Yu Feng tidak perge karena mengejar kesempurnaan.
Jika Zheng Xuan adalah pemain bertekad baja yang selalu total.
Seberapa kuatkah Blue Rain versi ini?
Blue Rain tetap maju di arena profesional meski penuh keunikan. Kini Zheng Xuan yang kurang semangat justru menjadi kunci bertahan di arena. Di hadapannya, tiga lawan: dua berlevel All-Star dan Pemain Baru Terbaik musim ini.
"Jalan di depan penuh duri, seperti mantra andalan Zheng Xuan: 'Merasa tekanan besar!'"
Namun meski mulutnya mengeluh, dia justru maju menghadapi tekanan ini. Semangat juangnya kurang, tapi dia tetap memaksakan semangat.
Hujan Peluru (Zheng Xuan) bergerak memutar lewat sayap dengan manuver. Dua titik penyergapan di kedua ujung sudah sepenuhnya dipahami Blue Rain sejak dia turun. Zheng Xuan seperti sedang bermain di home court, dengan mahir menemukan posisi ideal untuk melancarkan serangan mendadak.
Perlahan dia mulai mendengar suara langkah kaki - Muyu Chengfeng mulai mendekat ke area ini.
Bayangan harus mengalahkan satu lawan, lalu ada lagi, setelah yang berikutnya, masih ada satu lagi...
Pusing kepala!
Zheng Xuan mengernyit.
"Benar-benar merasa tekanan besar!" Gumamnya lagi. Hujan Peluru, serangan dimulai!
"Tekanannya benar-benar luar biasa besar!"
Ketika Zheng Xuan terakhir kali mengucapkan mantra andalannya, Hujan Peluru-nya sudah tumbang. Kini lawannya bukan Su Mucheng dengan Muyu Chengfeng, melainkan Fang Rui dengan Hai Wu Liang.
Zheng Xuan memenangkan satu ronde.
Dengan usaha maksimal, dia berhasil mengalahkan Su Mucheng.
Tapi setelah itu, dia akhirnya gagal menaklukkan Fang Rui.
Arena pertandingan berakhir dengan skor 5-3 untuk Xingxin. Membawa keunggulan 2 poin individu, mereka memasuki babak tim besar berikutnya.
"1 vs 2 sudah batas kemampuanku, benar-benar tak sanggup lagi," kata Zheng Xuan sambil mengangkat tangan kepada rekan timnya setelah turun dari arena.
“1 vs 2……” Bibir Huang Shaotian berkedut dua kali, “Si pemalas ini benar-benar berani mengklaim Destroying Immortality sebagai kill-mu juga ya?”
“Bukan aku yang hitung, aturan yang menghitung.” Zheng Xuan bersikap sok jago.
“Sudah, hasil seperti ini sebenarnya masih bisa diterima.” Yu Wenzhou berkata dengan tenang.
Pertandingan tim yang berakhir hanya tersisa 1 orang yang hidup, atau situasi final dengan 2 orang yang bertahan pun tidak jauh lebih baik. Biasanya setelah kedua tim menggunakan orang keenam, pihak yang berhasil meraih keunggulan jumlah personel akan langsung menggempur habis-habisan untuk meraih kemenangan akhir. Di pertandingan tim, kemenangan dengan 3-4 orang yang tersisa adalah yang paling umum, bahkan situasi akhir dengan 5 orang yang hidup pun lebih sering terjadi daripada hanya 2 orang. Semua ini adalah statistik yang dikumpulkan berbagai tim setelah format pertandingan baru playoff diperkenalkan, dengan data sebagai dasarnya.
Tapi karena sekarang ini sudah menjadi sistem resmi, poin yang perlu diperhatikan adalah apakah lawan akan memanfaatkan keunggulan 2 poin individu mereka secara maksimal setelah memegang kelebihan tersebut.
Ide taktik semacam ini belum pernah ada sebelumnya. Hanya mengalami playoff musim lalu, saat ini belum ada contoh nyata yang bisa dijadikan acuan. Semua pihak hanya bisa berspekulasi berdasarkan pengalaman masing-masing.
Playoff sekarang memberi waktu istirahat lebih banyak antara arena pertandingan dan pertandingan tim, seolah sengaja memberikan kesempatan bagi tiap tim untuk menyusun strategi tim besar berdasarkan hasil poin individu di arena.
Lalu, apa yang akan dilakukan Xingxin?
Yu Wenzhou memandang ke arah Xingxin. Karena performa bagus di arena pertandingan, semangat pasukan Tim Xingxin terlihat sangat tinggi.
