Mengenai topik utilitarian atau tidak ini, jika di musim reguler, cukup untuk diperdebatkan selama seminggu. Tapi ritme playoff sama sekali tidak memberikan celah seperti itu bagi semua orang.
Frekuensi tinggi satu pertandingan per hari, bahkan menonton saja sudah membuat mata lelah. Setiap pertandingan selesai memberikan kesan baru. Topik utilitarian atau tidak itu langsung kedaluwarsa. Saat ini sudah memasuki hari pertandingan babak pertama ronde kedua, di mana Lun Hui menjamu Tim Hundred Blossoms di kandang mereka.
Hundred Blossoms yang sudah kalah satu pertandingan tandang, kini tidak punya jalan mundur lagi. Tapi menghadapi Tim Lun Hui yang perkasa musim ini dengan target meraih tiga gelar juara berturut-turut, seluruh anggota Hundred Blossoms tidak menunjukkan sedikitpun ketakutan. Di bawah kepemimpinan Yu Feng, mereka secara aktif dan agresif melancarkan serangan ke Lun Hui di kandang lawan.
Di arena, kedua tim bertarung dengan sengit. Satu per satu pemain bergantian seperti kuda yang berlarian, tak ada yang bisa meraih keunggulan signifikan. Namun akhirnya Lun Hui berhasil memenangkan arena dengan skor 5-4.
Dengan demikian, Hundred Blossoms tertinggal satu poin individu memasuki pertandingan tim besar penentu hidup-mati.
Tanpa bermain defensif, hanya menerapkan kehati-hatian yang diperlukan sebagai tim tandang. Hundred Blossoms di tepi jurang terus mempertahankan sikap proaktif maksimal.
Di babak terakhir musim reguler, Hundred Blossoms juga menghadapi Lun Hui. Sebagai tim tandang, juga berada di tepi jurang, dengan performa pantang menyerah mereka merebut poin demi poin, akhirnya meraih posisi playoff dengan kelebihan satu poin.
Namun di pertandingan itu, meskipun Tim Hundred Blossoms berusaha keras untuk memenangkan pertandingan tim berikutnya, akhirnya tetap kalah. Di babak pertama playoff, Hundred Blossoms benar-benar merasakan aura berbeda Tim Lun Hui di playoff.
Tim yang sudah dua kali meraih juara ini telah membangun kepercayaan diri yang sangat besar. Hal ini membuat mereka tampil sangat tenang dan stabil selama playoff.
Dengan sikap datar tanpa gejolak, mereka mengalahkan Hundred Blossoms di kandang sendiri, membuat Tim Hundred Flowers merasakan jarak kekuatan yang jelas.
Jika terus bermain dengan gaya defensif seperti ini, Hundred Blossoms sulit menemukan kesempatan menang. Ketenangan Lun Hui bahkan membuat orang tak bisa membayangkan mereka akan melakukan kesalahan mematikan.
Malam itu, para pemain Hundred Blossoms terlihat murung. Lawan yang terlihat tak terkalahkan membuat semangat mereka merosot. Tapi setelah semalam, para anggota tim sudah berhasil mengembalikan kondisi psikologis mereka sendiri.
Kalau sudah merasa sulit menang, lalu apa lagi yang perlu ditakuti? Lebih baik bertarung habis-habisan dengan semangat!
Yu Feng merasakan atmosfer ini dalam tim. Maka dalam pertarungan tandang krusial ini, mereka memilih meninggalkan gaya bertahan dan membiarkan semua anggota berjuang habis-habisan.
Hasil pertarungan? Lupakan dulu untuk sementara!
Di panggung paling keras bernama playoff ini, dengan melawan Tim terkuat Lun Hui, kita akan menguji sampai level apa sebenarnya kemampuan kita!
“Pertandingan tim, adalah serangan balasan yang lebih spektakuler dibanding arena pertandingan. Setiap anggota Hundred Blossoms menampilkan kondisi terbaik mereka, masing-masing memiliki penampilan luar biasa. Namun yang akhirnya meraih kemenangan, tetap Tim Lun Hui.”
“Tim Hundred Blossoms tereliminasi, namun dalam kekalahan kali ini, Yu Feng melihat ketidakrelaan dan penyesalan di wajah anggota-anggota Hundred Blossoms.”
“Seandainya penempatan Bunga Dunia Iblis-ku tidak terganggu!” Pemain Summoner Zhu Xiaoping memukul pahanya dengan penuh ketidakrelaan.
“Ini salahku, seandainya saat itu aku bisa memberimu perlindungan yang memadai...” Kata Zou Yuan.
“Seandainya serangan mendadakku saat itu berhasil...” Ujar Assassin Zhou Guangyi.
Satu pertandingan meninggalkan begitu banyak ‘seandainya’ bagi mereka.
Namun ‘seandainya’ ini justru menjadi simbol harapan bagi Hundred Blossoms saat ini. Karena mereka akan memiliki kesempatan dan syarat untuk mengubah ‘seandainya’ ini menjadi kenyataan.
“Tahun depan, kita akan kembali!” Kata Yu Feng.
“Lagi!” Zhu Xiaoping tidak lagi memukul paha, melainkan mengacungkan tinju.
“Lagi!” Semua pemain Hundred Blossoms mengangguk penuh tekad.
Hundred Blossoms yang berjuang mati-matian masuk playoff, harus mengakhiri perjalanan playoff mereka hanya dalam dua round babak pertama. Mereka menyesal, mereka tidak rela. Tapi Yu Feng merasa justru inilah hasil yang mereka dapatkan. Karena penyesalan dan ketidakrelaan inilah yang akan menjadi motivasi untuk menjadi lebih kuat. Seandainya kekuatan lawan hanya membuat mereka merasakan keputusasaan, darimanakah tim ini akan mendapatkan keberanian dan keyakinan untuk bertarung lagi?
"Bisa memiliki pertandingan seperti ini, bisa memiliki sekelompok rekan setim seperti ini, sungguh luar biasa!"
Yu Feng berpikir, dia merasa pasti akan memiliki masa depan yang sangat cerah, di hari esok yang tidak jauh.
Tim Lun Hui, maju ke semifinal, target tiga gelar juara berturut-turut telah menyelesaikan langkah pertama yang kokoh.
Laporan-laporan besar keesokan harinya tentu masih memuji pemenang sebagai fokus utama. Dua babak, dua arena pertandingan, dua pertandingan tim, Lun Hui meraih kemenangan penuh, tanpa kontroversi mengamankan kemenangan di babak pertama. Untuk mereka, selimat pujian berlebihan, tidak ada hal lain yang bisa dikatakan.
"Musuh terbesar Lun Hui mungkin hanyalah emosi yang disebut 'kebanggaan'." Sebuah laporan menyatakan demikian.
Di antara tim-tim, siapa yang bisa menghentikan tiga gelar juara berturut-turut Lun Hui, tiba-tiba menjadi topik hangat. Seperti siapakah yang bisa mengakhiri kemenangan beruntun mereka di pertandingan reguler, mulai menjadi bahan perbincangan publik.
Tim Hundred Blossoms yang mengakhiri rekor kemenangan beruntun Lun Hui di pertandingan reguler telah dieliminasi dari playoff oleh Lun Hui sendiri. Lalu, akankah ada tim lain yang mengucapkan selamat tinggal pada playoff?
Babak pertama playoff, ronde kedua pertandingan kedua, Tim Dominant Hero menjamu Tim 301 di kandang.
Tim 301 di babak sebelumnya yang bertanding di kandang sendiri, kalah dengan sangat telak. Semua orang sudah melihat bahwa strategi Tim 301 yang diimpor dari Eropa dan hanya melalui setengah musim penyempurnaan kerjasama, dalam playoff yang lebih hati-hati, peluang untuk menciptakan kesempatan menjadi jauh berkurang. Apalagi lawan mereka adalah Tim Dominant Hero, beberapa veteran dengan pengalaman luar biasa, ditambah seorang master strategi yang sangat metodis Zhang Xinjie, serta gaya Tim Dominant Hero yang sekarang tidak lagi hanya mengandalkan serangan membabi-buta, tetapi menekankan pertahanan. Semua faktor ini sangat membatasi performa Tim 301.
Kuda hitam yang sebelumnya sangat diandalkan banyak orang ini, akhirnya menjadi tim dengan kinerja paling mengecewakan di playoff sejauh ini. Di babak pertama seperti ini, di babak ini pun tetap sama.
6 vs 11...
Dibandingkan dengan babak pertama, kemajuan Tim 301 hanyalah meraih satu poin individu tambahan.
"Strateginya bagus, terus berlatih lebih giat!" kata Zhang Xinjie kepada Bai Shu, pemain asing Tim 301 musim ini, saat para pemain saling memberikan penghormatan setelah pertandingan.
Ejekan? Meremehkan?
Bai Shu yang belum cukup memahami karakter Zhang Xinjie jelas salah menafsirkan maksud ucapan ini. Sebenarnya untuk memahami perkataan Zhang Xinjie sangat sederhana - makna harfiah yang paling murni dan langsung. Namun pemikiran Bai Shu tidak sesederhana itu. Karena kekalahan dalam pertandingan, karena strategi yang dibawanya sama sekali tidak sempat dilakukan manuver, pujian Zhang Xinjie tentang strategi "bagus" ini setelah pertandingan terdengar sangat menyakitkan di telinganya.
Bai Shu agak kesal, bersiap membalas dengan kata-kata sarkas. Omong kosong semacam ini adalah bahasa universal di dunia esports.
"Terima kasih atas bimbingannya." Sebelum sempat membuka mulut, Yang Cong sang Kapten Tim 301 yang berjalan di depannya menarik lengannya dan menjawab Zhang Xinjie atas namanya.
Tampaknya Yang Cong sangat memahami sifat Zhang Xinjie. Dia juga telah mengantisipasi reaksi Bai Shu yang belum sepenuhnya memahami karakter lawannya, sehingga mencegah situasi tegang secara proaktif.
Bai Shu tertekan sejenak, tapi tidak banyak berkata. Dia menunjukkan kepatuhan pada sikap kaptennya dan menyelesaikan ritual pasca-pertandingan dengan diam. Baru setelah kembali ke ruang persiapan, Yang Cong menjelaskan bahwa perkataan Zhang Xinjie sama sekali bukan ejekan, melainkan pernyataan fakta murni.
"Teruslah berusaha!" Yang Cong menepuk bahu Bai Shu.
Setelah merenung sejenak, Bai Shu menyadari bahwa strategi yang baru diujicobakan selama setengah tahun memang masih memiliki banyak kekurangan. Kebaruan taktik ini yang bertahan selama setengah musim telah pudar di mata tim-tim liga. Dalam kerasnya lingkungan playoff, kegagalan memang tak terhindarkan.
"Akan terus kuperjuangkan!" Bai Shu menatap Yang Cong dengan pandangan penuh keteguhan.
Senyum mengembang di wajah Yang Cong. Sebagai pemain Musim ke-3, karir esportsnya tak akan lama lagi. Status sebagai anggota inti dan pemain utama perlahan akan menjauh. Bertahan membandel justru akan menjadi beban bagi timnya.
Masa depan Tim 301 sudah tidak akan lagi diciptakan oleh Yang Cong. Orang di hadapannya, Bai Shu, dialah yang akan memikul tanggung jawab atas masa depan Tim 301. Di mata Yang Cong, Bai Shu adalah pemain berbakat yang layak dipercayakan. Ia merasa bersyukur timnya bisa melakukan langkah jenius dengan merekrut pemain hebat dari liga luar negeri seperti ini.
Selain Liga Glory, sebenarnya masih berapa banyak ahli Glory di dunia ini yang belum pernah mereka temui atau hadapi? Pikiran itu tak sengaja terlintas di benak Yang Cong.
Jika ada kesempatan, sungguh ingin melihat semuanya! Di satu sisi Yang Cong berpikir demikian, namun di sisi lain ia merasa sedih. Apakah ia masih punya kesempatan itu? Ia tidak tahu.
Tim 301 menjadi tim kedua yang tersingkir dari playoff. Sementara Dominant Hero yang sempat diremehkan di pertandingan reguler, seolah mengalami transformasi di playoff. Tim yang membuat banyak tim menderita di paruh kedua musim reguler ini akhirnya justru menghadapi risiko besar saat berhadapan dengan Dominant Hero.
Inilah kekuatan sebenarnya Tim Dominant Hero! Begitu banyak laporan jurnalistik memberi label demikian.
Kata "kekuatan sebenarnya" selalu membangkitkan perasaan heroik. Tingkat dukungan untuk Tim Dominant Hero langsung melonjak drastis setelah menyelesaikan babak pertama. Banyak yang mulai memprediksi bahwa perebutan gelar juara liga kali ini akan kembali terjadi antara Dominant Hero dan Lun Hui.
Laporan hari ini selain berisi analisis pertandingan Dominant Hero vs Tim 301 tadi malam, juga memuat prediksi dan pandangan mengenai pertandingan yang akan berlangsung malam ini.
"Xingxin tandang menantang Blue Rain!"
Tiga hari setelah berakhirnya babak pertama, kedua tim kembali membara permusuhannya. Para anti-Xingxin berbondong-bondong keluar sarang, ingin menyaksikan bagaimana Xingxin yang di babak pertama harus berjuang mati-matian dan bermain sangat pragmatis untuk menang, bisa membuat keributan apa di pertandingan tandang kali ini.
"Di babak ini Blue Rain yang jadi tim tandang, percaya tak akan ada lagi pohon besar yang melindungi Xingxin kan?"
Insiden pohon menghantam Troubling Rain masih menjadi meme paling viral dari babak pertama. Para anti-Xingxin gemar menjadikan ini bahan olokan, untuk membuktikan kemenangan Xingxin murni karena nasib dan keberuntungan. Sayangnya, meski berkali-kali menggigit topik ini, Xingxin tak terpengaruh, malah Huang Shaotian yang geram mengutuk para anti-Xingxin ini sampai seribu kali.
"Si bocah itu, jangan sampai ketemu aku lagi!" Huang Shaotian sering bergumam selama tiga hari ini. "Bocah" tentu merujuk pada Mo Fan, tapi ucapan "jangan sampai ketemu" jelas sindiran, Huang Shaotian justru sangat berharap bisa berhadapan lagi dengan Mo Fan.
Chapter 1430: Starting Lineup Blue Rain
Di babak kedua yang menjadi jadwal tandang Xingxin, mereka sudah terbang ke kota G markas Tim Blue Rain sehari sebelumnya. Setelah beristirahat semalam untuk memulihkan kelelahan perjalanan. Keesokan paginya, mereka melakukan pemanasan di ruang latihan sementara yang disediakan khusus untuk tim tamu. Sore harinya, tidak ada jadwal resmi, semua anggota mencari cara masing-masing untuk relaksasi dan menyesuaikan status permainan. Menjelang waktu, mereka bersama-sama pergi ke arena pertandingan untuk membiasakan diri dengan lingkungan, lalu menyambut pertandingan malam itu.
Setelah makan siang, semua kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat sebentar. Wei Chen berdiri di dekat jendela kamar hotel dengan sebatang rokok di mulutnya, menatap kosong ke luar.
"Ini bukan kunjungan kedua, juga bukan menginap kedua kali. Ngapain kamu melankolis begitu?" kata Ye Xiu yang berada di sebelah. Sesuai pengaturan kamar di Shanglin Garden, mereka berdua sekamar.
"Waktu datang sebelumnya, sepertinya tidak sempat mampir ke markas tim," ujar Wei Chen.
"Mau berkunjung?" tanya Ye Xiu. Ia tahu yang dimaksud Wei Chen dengan "tim" saat ini adalah Tim Blue Rain.
"Awalnya tidak terpikir, tapi setelah pertandingan babak lalu, tiba-tiba ingin," jawab Wei Chen.
"Mengerti." Ye Xiu mengangguk.
"Kamu mengerti?" Wei Chen heran sambil menoleh.
"Kemarin main dengan penuh semangat, jadi pengin pamer habis-habisan di depan si pemalas itu." Ekspresi Ye Xiu menunjukkan "Aku paham betul".
"Gasss!" Wei Chen kesal.
"Kalau mau ya pergi saja. Masak ragu-ragu gitu, masalah sebesar apa?" Ye Xiu berkata sambil tak lagi mempedulikannya. Ia memeluk bantal dan bersiap tidur siang. Wei Chen tetap berdiri di depan jendela, setelah lama ragu-ragu akhirnya mengambil keputusan tegas. Ia menghisap puntung rokok terakhir dengan keras sebelum mematikannya, lalu pergi meninggalkan kamar.
Ye Xiu tidur siang sepanjang sore, saat bangun, Chen Guo sudah datang memanggil semua orang untuk pergi ke arena pertandingan guna mengenali lokasi. Wei Chen juga sudah kembali, bersikap biasa saja. Pergi atau tidak? Ye Xiu tidak bertanya, dia juga tidak menjelaskan. Setelah seluruh anggota Xingxin berkumpul, mereka bersama-sama meninggalkan hotel menuju arena pertandingan Blue Rain di Stadion Xiaochuan.
Kunjungan sebelumnya masih terasa asing, kali ini sudah kedua kalinya. Dipandu staf, rombongan Xingxin memasuki arena. Semua fasilitas pertandingan telah disiapkan. Seluruh tim Xingxin hanya perlu berkeliling, membayangkan atmosfer pertandingan. Kegiatan ini biasa dilakukan di pertandingan reguler, semua sudah familiar. Manfaatnya sulit diukur, namun karena semua tim melakukannya, pasti tidak ada kerugian.
"Datang ya!" Saat tim Xingxin berkeliling di arena, tiba-tiba terdengar sapaan. Mereka berbalik dan melihat Kapten Blue Rain Yu Wenzhou. Seorang diri berdiri tenang menyaksikan tim Xingxin. Sapaan itu terdengar lebih seperti tuan rumah menyambut tamu ketimbang lawan.
"Hmm, kami datang." Dari sisi Xingxin, Ye Xiu merespons.
"Semangat mempersiapkan diri." Yu Wenzhou mengangguk memberi semangat sebelum pergi tanpa mengganggu persiapan Xingxin.
"Dia sedang ngapain sih?" Chen Guo bertanya pada Ye Xiu. Biasanya pemain tim tuan rumah tidak akan sengaja membiasakan diri dengan arena. Tentu saja ada beberapa pemain yang punya kebiasaan khusus, tapi sepertinya Yu Wenzhou tidak pernah terbongkar memiliki kebiasaan aneh.
"Siapa yang tahu, mungkin cuma jalan-jalan!" Ye Xiu menatap kepergian Yu Wenzhou.
Pertemuan berikutnya dengan kapten Blue Rain saat ini baru terjadi malam hari sebelum pertandingan. Kedua tim berbaris di jalur eksklusif pemain, menunggu untuk masuk arena.
"Semangat."
"Ayo kita menang!"
Kedua kapten yang berada di barisan depan mewakili tim mereka saling menyemangati, atmosfer terlihat cukup harmonis. Kemudian kedua tim memasuki arena, prosedur biasa tanpa kejutan. Namun karena Blue Rain kalah di ronde sebelumnya, pertandingan hari ini harus dimenangkan bagaimanapun caranya. Sejak pemain masuk arena, serbuan sorakan fans kandang Blue Rain langsung meledak.
Untuk mendukung tim hari ini, pihak Blue Rain membuat persiapan khusus. Ketua guild Chun Yi Lao mengkoordinasi personil, membagi massa pendukung ke setiap area arena. Para loyalis ini berperan sebagai lokomotif kereta api yang akan memompa semangat seluruh penonton.
Sementara Chun Yi Lao sendiri bertugas di tribun timur, berseberangan langsung dengan tribun barat.
Tribun barat adalah area khusus fans tim tamu yang ditetapkan Blue Rain, sedangkan tribun timur dipenuhi fanatik tulang-belulang Blue Rain. Di sini, mereka bisa berhadap-hadapan langsung dengan fans lawan dalam konfrontasi sengit.
"Fans Blue Rain langsung meledak di pembukaan, tim besar Xingxin di tribun barat ternyata tidak mau kalah. Meskipun jumlah personel yang kurang membuat mustahil meraih keunggulan, mereka tetap ingin membuat kehadiran mereka diketahui. Fans yang mengikuti playoff Xingxin ini juga diorganisir langsung oleh Wu Chen dari pihak guild. Saat ini dia berada di tribun barat, dikelilingi oleh tulang punggung guild Xingxin seperti Qian Cheng, Ma Houpao, Tian Qi, dan Yue Zhongmian. Semua telah mempersiapkan diri dengan matang, peralatan lengkap. Berbagai alat penarik perhatian dan pembuat kebisingan tersedia, langsung bersaung dengan riuhnya fans tuan rumah.
"Wah, baru saja para pemain kedua tim masuk ke arena, dua basis fans sudah saling konfrontasi! Sepertinya pertandingan hari ini akan luar biasa seru dan intens!" ujar komentator Pan Lin yang merasakan atmosfer live.
"Blue Rain sekarang sudah tidak punya jalur mundur, pasti akan mengerahkan totalitas di pertandingan ini," kata Li Yibo.
"Tapi pertandingan sebelumnya Xingxin hanya menang tipis, sebenarnya Blue Rain tidak perlu terlalu terbebani tekanan?" tanya Pan Lin.
"Jika sekadar bicara 'jangan terbebani', itu harus diupayakan kapan pun. Tapi jika karena Xingxin hanya menang tipis lalu lengah dan tidak cukup waspada, mental seperti itu justru berbahaya. Saya yakin Blue Rain tidak akan begitu. Baik menang tipis atau telak, posisi Blue Rain saat ini persis sama," jelas Li Yibo.
"Anda benar. Sekarang kedua pemain sudah kembali ke kursi pertandingan masing-masing, pertandingan akan segera dimulai. Di arena pertandingan Xingxin, mungkin Ye Xiu akan maju pertama lagi? Lalu di kandang, siapa yang akan dikirim Blue Rain untuk melawan Ye Xiu? Keberhasilan meraih poin individu pertama ini sangat penting untuk pengaruh semangat pasukan!" kata Pan Lin.
"Tapi harus hati-hati, mungkin di ronde ini Xingxin justru tidak mengirim Ye Xiu pertama? Maka strategi pengepungan spesifik Blue Rain bisa meleset, malah berpotensi merusak ritme mereka sendiri," kata Li Yibo.
"Lalu apa yang harus dilakukan Blue Rain?" tanya Pan Lin.
"Tidak ada solusi sempurna, tergantung pilihan mereka. Inilah... tekanan yang dibawa pemain top!" jawab Li Yibo.
"Baik, mari kita tunggu bersama apakah Xingxin masih akan mengirim Ye Xiu pertama, dan apa respons yang akan diberikan Blue Rain. Sekarang tinggal lima menit lagi sebelum pertandingan resmi dimulai," kata Pan Lin.
Lima menit berlalu tak terasa. Wasit memanggil, kedua tim mulai mengirim pemain.
"Ye Xiu, ternyata tetap Ye Xiu!" teriak Pan Lin. Di sisi Xingxin, Ye Xiu telah berdiri.
"Blue Rain? Siapa yang akan mereka kirim untuk bertanding?" Pan Lin menatap sisi Blue Rain, tapi lama tak mendapat jawaban. Hingga nama akhirnya muncul di layar besar elektronik.
Xingxin: Ye Xiu, Jun Moxiao.
Blue Rain, Yu Wenzhou, Suoke Sa'er.
Siaran langsung tiba-tiba seperti terinterupsi, memasuki kondisi senyap selama lima detik.
Pan Lin membuka bibirnya, lama tak mengeluarkan kata-kata. Saat layar besar elektronik di lokasi menampilkan nama tersebut, seluruh arena langsung hening.
"Yu... Yu Wenzhou?" Pan Lin memastikan kembali tulisan di layar besar elektronik dengan seksama, kemudian melihat ke area pemain Tim Blue Rain di sisi ini. Yu Wenzhou sudah berjalan menuju arena pertandingan.
Benar, ini Yu Wenzhou.
Faktanya, saat Ye Xiu bangkit dari duduknya, Yu Wenzhou dari sisi Blue Rain juga telah berdiri. Saat Pan Lin melihat ke sini melalui cuplikan rekaman, sebenarnya sudah terlihat. Tapi... Dia sama sekali tak menyangka bahwa Yu Wenzhou yang berdiri ini adalah pemain yang akan maju bertanding dari Blue Rain. Secara reflek dia mengira ini hanya sekadar merebut posisi, atau mungkin sang Kapten ingin memberi pesan terakhir pada pemain yang akan maju. Siapa sangka ternyata Yu Wenzhou sendiri yang akan bertindak.
Yu Wenzhou... akan duel?
Kehilangan suara selama lima detik, lalu gagap menyebut nama Yu Wenzhou, kemudian diam lagi lima detik. Barulah Pan Lin yang sudah sepenuhnya sadar kembali ini berteriak dengan nada suara penuh ketidakpercayaan.
"Yu Wenzhou, ternyata Yu Wenzhou! Pemain pertama Tim Blue Rain di arena pertandingan yang akan menghadapi Ye Xiu dari Xingxin, ternyata Yu Wenzhou? Pelatih Li!" Di akhir kalimat, Pan Lin secara khusus memanggil Li Yibo dengan tekanan berat, maksudnya jelas: menghadapi peristiwa sebesar ini, cepatlah berikan komentar!
“Ini memang pengaturan yang sangat mengejutkan.” Li Yibo berusaha terlihat tenang, dia tidak ingin seperti Pan Lin yang selalu bersemangat berlebihan, dia ingin menunjukkan kedalaman analisisnya yang lebih tinggi!
“Yu Wenzhou, seingat saya… saya sudah lupa kapan terakhir kali melihatnya bertanding duel.” Kata Li Yibo.
“Penampilan mendadaknya hari ini pasti untuk menghadapi starter Ye Xiu dari Xingxin ya?” Kata Pan Lin.
“Sepertinya iya...”
“Apakah Yu Wenzhou sudah menemukan trik khusus untuk melawan Loner Jun Moxiao?” Tanya Pan Lin.
“Ini… seharusnya tidak ada trik khusus.” Kata Li Yibo.
“Lalu apa maksud sebenarnya?” Tanya Pan Lin.
Li Yibo tidak bisa menjawab, benar-benar tidak tahu. Yu Wenzhou yang sudah lama tidak terlihat di panggung resmi untuk duel 1v1, hari ini tiba-tiba menantang Ye Xiu, Raja Duel musim ini, dan Jun Moxiao sang Loner yang membuat banyak pemain kesakitan...
Semua orang belum sadar dari fakta ini, karakter kedua tim sudah selesai loading, pertandingan resmi telah dimulai.
“Pertandingan dimulai! Sekarang pertandingan antara Ye Xiu dari Xingxin melawan Yu Wenzhou dari Blue Rain di arena pertandingan. Saya rasa tidak perlu dijelaskan lagi betapa tidak biasa duel ini?” Teriak Pan Lin.
“Hoi!”
Saat itu, dua karakter yang masuk ke pertandingan juga mulai berbicara di channel, pesan pertama dikirim oleh Ye Xiu.
“Dasar kau, berani sekali ya!” kata Ye Xiu.
“Coba saja,” jawab Yu Wenzhou.
“Kalau sampai kau menang, mau ditaruh di mana muka para atlet profesional? Raja Duel musim ini akhirnya tumbang di tanganmu?” tanya Ye Xiu.
“Jangan remehkan kemungkinan itu,” ujar Yu Wenzhou.
“Sekarang kecepatan tanganmu berapa? Sudah capai 200?” tanya Ye Xiu.
“Biasa-biasa saja lah,” jawab Yu Wenzhou.
