Ba Yin Fu milik Li Yuan tumbang tanpa suspense.
“Seorang Summoner tanpa MP, bahkan jika mengucapkan 'GG' dengan HP penuh pun takkan ada yang menyalahkannya. Tapi Li Yuan tetap mengoperasikan Ba Yin Fu menghindar ke kiri dan kanan. Meski tak bisa melawan, ia menggunakan cara ini untuk memperpanjang pertempuran.”
“Menunda berarti menguras, arena pertandingan ini seolah terus berubah dalam ritme seperti ini. Namun penundaan Li Yuan adalah yang paling sulit, sekaligus efeknya paling buruk. Tapi ia tak pernah menyerah, hingga Hai Wu Liang membunuh tetes darah terakhir Ba Yin Fu.”
“Li Yuan turun ke bawah.”
“Seluruh arena bertepuk tangan. Untuk performa luar biasanya di pertandingan sebelumnya, juga untuk ketekunannya di babak ini.”
“Meski menunda tanpa MP terkesin picik dan kurang menunjukkan sikap klub elite, arena kali ini sudah mencapai tahap sengit di mana kedua belah pihak tak mau mengalah. Hampir tak ada yang memperhitungkan tindakan Li Yuan lagi.”
“Pertarungan yang bagus.” Li Yuan yang kembali ke tim sendiri juga mendapat pujian bulat dari rekan setim. Tapi dirinya sendiri murung. Terhadap formasi Fang Rui ini, ia sangat tak puas dengan performanya sendiri.
“Kemudian, pemain keempat Tim Blue Rain maju ke arena: Lu Hanwen, Liu Yun.”
Seluruh arena langsung menjadi riuh. Lu Hanwen di urutan keempat, maka urutan kelima kemungkinan besar adalah algojo utama Blue Rain, Huang Shaotian. Menempatkan bintang andalan inti di urutan kelima dalam format playoff yang menggunakan sistem poin individu, ini merupakan pengaturan yang sangat defensif. Saat ini pemahaman umum menyebutkan bahwa poin individu di arena playoff harus merebut setidaknya 2 poin agar bermakna, sehingga guild-guild biasanya menempatkan core player di urutan keempat untuk mengakhiri pertandingan dengan 4 vs 5.
Namun Blue Rain sebagai tuan rumah di babak ini tidak melakukan hal tersebut. Penempatan personil yang begitu defensif, apakah ini menandakan kurangnya kepercayaan diri mereka?
Bisikan-bisikan bermunculan di lokasi. Pengaturan defensif tidak biasa dari Blue Rain ini menimbulkan kecemasan dalam hati para penonton.
Dalam siaran televisi, Pan Lin dan Li Yibo juga banyak membahas masalah ini. Akhirnya Li Yibo menyimpulkan dengan situasi aktual: "Setidaknya saat ini, Blue Rain memang sedang tertinggal."
Blue Rain sudah mengerahkan pemain keempat, sementara Xingxin masih di pemain ketiga. Putaran sebelumnya, Fang Rui berhasil mengalahkan Li Yuan dengan Hai Wu Liang yang kehilangan 26% HP, masih tersisa 74% HP, sedangkan MP-nya masih cukup untuk menghadapi satu ronde. Pertarungan melawan pemain keempat Blue Rain ini benar-benar sulit diprediksi. Jika Fang Rui menang, situasi akan sepenuhnya condong ke pihak Xingxin.
Apa yang akan terjadi?
Dengan beragam perasaan, seluruh penonton menyaksikan Lu Hanwen yang berjalan menuju arena pertandingan.
Ia masih remaja yang posturnya belum sepenuhnya tumbuh, namun langkahnya kini begitu teguh, selangkah demi selangkah menapaki kursi pertandingan.
Ronde keenam arena pertandingan, dimulai.
"Hantu kecil, ketemu di mana nih?" Begitu mulai, channel langsung dihujani kata-kata. Fang Rui dengan nada tak sopan layaknya antagonis langsung menyambut pertempuran.
"Di tengah saja!" balas Lu Hanwen.
"Baik. Janji harus ditepati ya!" kata Fang Rui.
Suara hinaan memekakkan telinga. Banyak penonton Blue Rain melontarkan hujatan tak sedap. Fang Rui yang baru saja ingkar janji di pertandingan sebelumnya, dengan sikap apa ia mengingatkan lawan untuk menepati janji? Ini menjadi teka-teki.
Chen Guo di area pemain Xingxin bahkan merasa tak layak angkat kepala. Kemenangan tentu membuatnya senang, namun jaraknya masih sangat jauh dari level tanpa batas yang menghalalkan segala cara untuk menang. Lihat Wei Chen di sampingnya, yang tersenyum lebar melihat performa Fang Rui.
"Senior tidak punya kualifikasi untuk menasehatiku, kan?" Hasilnya, Lu Hanwen di lapangan justru mengutarakan suara hati semua orang.
"Haha, tebak aku akan datang atau tidak?" kata Fang Rui.
Tidak tahu malu! Semua orang mengumpat.
"Entah senior datang atau tidak, yang pasti aku akan sampai," jawab Lu Hanwen.
"Xiao Lu hebat!!" teriak seluruh penonton. Bagi mereka, meski hasil pertandingan belum jelas, setidaknya dalam hal moral, Lu Hanwen mereka sudah unggul seratus kali lipat.
Setelah itu, Liu Yun milik Lu Hanwen benar-benar bergerak lurus ke jalur tengah dengan jujur.
“Benar-benar anak yang jujur!” Wei Chen mengungkapkan kekaguman.
“Apa kau tidak suka?” kata Chen Guo.
“Bukan tidak suka, selama itu cara untuk meraih kemenangan, aku sudah terbiasa.” Wei Chen berkata dengan datar.
Bagaimana dengan sisi Xingxin? Ternyata memenuhi ekspektasi, setelah mengajak lawan bertemu di tengah, Fang Rui sekali lagi mengelabui lawannya dengan manuver ke sayap kanan.
Beberapa saat kemudian...
“Senior, aku sudah sampai.” Liu Yun mengangkat greatsword di pundak, berdiri di pusat map, mengirim pesan di channel.
“Baik, aku sedang menunggang kuda.” Fang Rui membalas tegas, Hai Wu Liang segera menyusur ke sayap kanan.
“Aku yakin senior pasti tidak akan muncul dari depanku!” kata Lu Hanwen.
“Pintar.”
“Lalu dari sisi mana?”
“Tebak lagi!” kata Fang Rui.
“Kiri, atau kanan mungkin!” kata Lu Hanwen.
“Bisa juga dari belakang lho!” kata Fang Rui.
“Oh iya!” Lu Hanwen seolah benar-benar diingatkan.
“Jadi harus tetap waspada.” Fang Rui berkata sementara Hai Wu Liang-nya sudah bersembunyi di sisi kanan. Taktik menyergap ini membutuhkan tempat persembunyian strategis, bukan sekadar mengandalkan kabut yang menyamarkan pandangan kedua belah pihak.
Layaknya Thief, Hai Wu Liang berguling gesit di antara pepohonan hutan.
“Aku penasaran apakah Zhao Yang sedang menonton pertandingan ini.” Pan Lin tiba-tiba berkomentar.
“Hehe.” Li Yibo tertawa, dia langsung memahami maksud perkataan Pan Lin. Tidak lain hanya ingin mengetahui perasaan Zhao Yang melihat karakter Hai Wu Liang-nya yang dulu kini berubah menjadi Ahli Tenaga Dalam aliran licik.
Pada saat ini, Fang Rui akhirnya menyelesaikan pemilihan posisi terakhir. Hai Wu Liang mengintip setengah wajahnya dari balik pohon, mengamati sekeliling sejenak sebelum segera menyembunyikan diri kembali.
Dia sudah bisa melihat Liu Yun, lawannya hanya berdiri di sana, seolah benar-benar menunggu kedatangannya. Di map ini, apakah lawannya juga berencana menggunakan strategi menunggu inisiatif? Karena masalah jarak pandang, jarak deteksi musuh di map ini jauh lebih dekat dibanding biasanya, strategi bertahan mungkin tidak memiliki ruang gerak yang cukup.
Tak disangka, saat Fang Rui masih merencanakan cara menyergap, tiba-tiba muncul kalimat di channel: "Senior, aku melihatmu."
"Oh?" Fang Rui tersenyum, sebagai veteran berpengalaman, dia takkan terkecoh oleh ucapan seperti itu. Dalam hati, dia menertawakan kekanakan lawannya.
"Benar, penglihatanku sangat tajam," kata Lu Hanwen.
"Begitu? Kalau gitu aku dalam masalah. Kau akan segera menyerangku, 'kan? Aku harus cepat pindah posisi!" Sambil mengetik candaan untuk Lu Hanwen, pikiran Fang Rui tetap serius menghitung timing serangan. Namun suasana live pertandingan saat itu sudah memanas.
Liu Yun milik Lu Hanwen bergerak perlahan-lahan, arah pergerakannya tepat menuju lokasi persembunyian Hai Wu Liang.
"Dia benar-benar melihat!" seru semua penonton dengan takjub.
"Tampilkan sudut pandang Lu Hanwen." Tim siaran langsung menampilkan rekaman kamera karakter Lu Hanwen. Liu Yun terus memutar kamera, belok kiri sebentar, belok kanan sebentar, jaraknya cukup cepat dan tidak pernah berhenti.
"Perlambat kecepatan." Penonton sama sekali tidak melihat apa-apa, segera meminta rekaman ulang.
Kecepatan setengah kali.
Kecepatan seperempat kali.
Hingga kecepatan seperdelapan kali...
Akhirnya semua orang menemukan, saat kamera menyapu, tepat saat Fang Rui menggunakan Hai Wu Liang mengintip setengah kepala.
Bahkan dalam kecepatan seperdelapan, tetap sulit menangkap momen beku. Operasional Fang Rui sangat cepat, intipannya hanyalah sepersekian detik yang sangat singkat.
Momen sekecil ini, bagi orang biasa mungkin mustahil terdeteksi. Tapi Lu Hanwen justru bertindak dengan akurasi luar biasa.
"Penglihatanku sangat tajam, ini bukan lelucon!"
Remaja ini jelas tidak semenipu seperti perkiraan Fang Rui. Sambil mengoceh omong kosong dengan Fang Rui, Liu Yun perlahan mendekat diam-diam.
"Bodoh!" Wei Chen di luar arena sudah mulai menghujat, tentu saja mengarah ke Fang Rui.
"Penglihatan bocah ini benar-benar luar biasa." Layar besar di lokasi memutar ulang rekaman TV berulang kali. Kilasan sekejap di balik pohon itu, tim siaran bahkan memberi tanda lingkaran merah agar penonton bisa melihat. Ye Xiu yang menyaksikan rekaman ini merasa heran Lu Hanwen bisa menangkap momen sesingkat itu.
Fang Rui masih belum sadar, namun kali ini dia akhirnya merancang strategi serangan dengan jelas. Tapi sebelum menyerang, tentu perlu memastikan posisi dan aktivitas lawan terlebih dahulu.
Hai Wu Liang sekali lagi mengulurkan setengah kepalanya dengan gesit.
Kilatan pedang!
Di sudut pandang Fang Rui, yang terlihat hanyalah kilatan pedang. Begitu setengah kepala Hai Wu Liang muncul, kilatan pedang sudah menyambar horizontal. Fang Rui buru-buru menarik mouse-nya, kepala Hai Wu Liang menyusut kembali, kilatan pedang nyaris menyentuh batang pohon.
"Cepat sekali!!" Pan Lin berteriak kaget. Entah maksudnya pedang Liu Yun yang cepat atau kepala Hai Wu Liang yang gesit, semua orang bingung. Pokoknya semuanya cepat dan tidak ada yang salah.
"Sayangnya itu greatsword." komentar Li Yibo.
Kecepatan serang greatsword jauh lebih rendah dibanding light blade atau tachi. Fungsi data statis adalah membatasi kecepatan yang dihasilkan dari APM. Greatsword yang dioperasikan atlet profesional tetap lebih cepat daripada pemain biasa dengan APM rendah, namun jika APM setara, serangan greatsword pasti lebih lambat dari light blade atau tachi.
Slashing Draw Liu Yun kali ini hanya selisih tipis. Jika menggunakan kecepatan serang tachi atau light blade, selisih tipis ini pasti bisa diperbaiki.
Hampir terkena serangan itu, Fang Rui langsung paham situasi. Rencana menyergap yang baru dirancang langsung terlupakan. Setelah kepala Hai Wu Liang menyusut dari sisi kanan, Fang Rui tidak berhenti atau ragu-ragu. Dengan tegas, Hai Wu Liang langsung menyembul dari kiri untuk menyerang.
Hasilnya, woo...
Angin yang sunyi sepi, pedang besar Flame Shadow di tangan Liu Yun, sekali lagi menyambar.
Hai Wu Liang terpaksa mundur lagi dengan berlindung di balik pohon, Fang Rui akhirnya menyadari: presisi visi dan kecepatan tersadar bocah ini benar-benar luar biasa. Dalam lingkungan pertempuran saat ini, performanya benar-benar mencapai puncaknya.
Makna di balik pilihan peta kandang Blue Rain semakin terasa mendalam.
