Marahkah?
Melihat Huang Shaotian menggeram di channel sampai lupa menggunakan tanda baca, banyak penonton beranggapan demikian. Tapi tak sedikit yang tak terkecoh. Pertarungan Huang Shaotian selalu berada di "channel" berbeda dengan omong kosongnya. Gila melihat kata-katanya yang sama sekali tak mencerminkan gaya opportunisme dingin dan kejamnya.
Jadi ketika channelnya dipenuhi teriakan "Tak tahan lagi dengan Baozi", setidaknya separuh penonton tetap tak percaya.
Baozi juga tak tampak mempercayainya. Ia sama sekali tak menghiraukan Huang Shaotian, fokus mengoperasikan Baozi Invasion bertarung melawan Liu Yun milik Lu Hanwen.
Tindakan ini sangat wajar. Di tengah tekanan lawan kuat, mana mungkin meninggalkan pertarungan hanya karena teriakan seseorang?
Tapi, semua yang melihat kejadian ini tak bisa menghilangkan pikiran: Baozi meremehkan Huang Shaotian, sudah tak sudi bertarung dengannya.
Ini masalah apa sih?
Orang-orang yang memiliki pikiran ini kemudian merasa tak tahu harus tertawa atau menangis. Playoff yang begitu penting, ritme cepat dengan berbagai perubahan, keindahan yang tak henti-hentinya. Tapi begitu "pemandangan khas" sampai di sisi ini, mengapa tiba-tiba diselimuti atmosfer tidak serius?
Apakah kedua orang ini benar-benar menganggap ini sebagai pertandingan yang harus dihadapi dengan serius?
Bahkan fans Blue Rain pun tak bisa menahan diri untuk mulai meragukan Sang Sword Saint mereka.
Lalu apa gerakan nyata Sang Sword Saint?
Setelah menantang Baozi, akun Troubling Rain milik Huang Shaotian benar-benar meninggalkan lawannya saat ini dan bergegas menyerang Baozi Invasion.
"Kehilangan kendali?"
Melihat ini, tak terhitung orang spontan berteriak. Terkejut, kecewa, bergembira atas kesulitan orang lain - segala macam emosi terpicu hanya oleh satu gerakan Huang Shaotian.
Menarik diri secara paksa seperti ini jelas sangat tidak bijaksana. Bahkan Baozi yang berantakan pun tak meninggalkan Lu Hanwen yang sedang dihadapinya. Tapi Huang Shaotian yang seharusnya lebih matang malah melakukan tindakan kekanak-kanakan, dan yang ditinggalkannya adalah Ye Xiu - lawan yang jauh lebih menakutkan dibanding Lu Hanwen.
Ye Xiu ternyata tidak menyia-nyiakan kesempatan. Jun Moxiao segera mengejar celah yang terlihat saat Troubling Rain mundur secara paksa.
Kilatan pedang tiba-tiba menyambar dengan dahsyat.
Pedang Siluman Tanpa Wujud!
Skill level 70 Blade Master, Pedang Siluman Tanpa Wujud yang masih menjadi skill output terkuat, sudah digunakan bahkan sebelum Troubling Rain yang mundur paksa mencapai posisi Baozi Invasion.
Kemudian, satu langkah, satu putaran.
Semua celah yang ditinggalkan Troubling Rain saat mundur paksa tiba-tiba tertutupi kilatan pedang.
Wooooow!!!!
Di Stadion Xiaochuan klub Blue Rain, sorak histeris fans Blue Rain langsung menggema.
Mereka sangat bersemangat karena sang anggota inti, bintang andalan, idolanya, Sang Sword Saint, akhirnya tidak mengecewakan mereka.
Dia tetap tenang. Ini adalah perangkap, jebakan "Menjebak Musuh".
Tapi Ye Xiu juga sudah bersiap.
Menghadapi kilatan pedang yang tiba-tiba berbalik arah, Jun Moxiao mundur cepat sementara pedang terus mengejar.
Swish-swish-swish... Ding... Swish-swish...
Kilatan pedang yang saling bertautan bergerak cepat, diselingi suara benturan tak terduga. Pedang Siluman Tanpa Wujud yang dikendalikan Huang Shaotian begitu cepat sampai semua orang tak bisa melihat pola serangannya. Seolah dalam sepersekian detik, pedang menyambar dengan menyilaukan, lalu tiba-tiba mereda...
Segalanya tampak telah berakhir, Troubling Rain dan Jun Moxiao berdiam di tempat.
Apa yang terjadi?
Saat kebingungan melanda banyak orang, Jun Moxiao tiba-tiba melakukan dash.
Bagaimana dengan Troubling Rain? Karakter itu tetap diam, Huang Shaotian malah membiarkan Jun Moxiao menghampirinya dan memberikan Combo Thrust ke tubuhnya.
Sementara itu, karakternya masih mempertahankan pose tertentu.
Pose recovery frame setelah serangan terakhir Pedang Siluman Tanpa Wujud...
Huang Shaotian telah melancarkan serangan terakhir Pedang Siluman Tanpa Wujud, tapi gagal mengenai target.
Celah besar! Jelas ini merupakan kelemahan fatal. Banyak Blade Master lebih memilih mengabaikan serangan terakhir paling mematikan ini ketimbang mengambil risiko tanpa kepastian.
Huang Shaotian tetap melancarkan serangan ini namun meleset - kesalahan yang bahkan pemain Glory pemula sekalipun bisa memberi kuliah padanya.
Tapi bagaimana mungkin Huang Shao tidak paham logika dasar ini? Apakah tekniknya tiba-tiba menjadi begitu tidak matang?
Inilah mengapa situasi ini terasa mustahil. Rasa penasaran yang begitu besar membuat siaran televisi mengabaikan adegan pertarungan lengkap, langsung beralih ke slow motion replay pertarungan antara Ye Xiu dan Huang Shaotian dalam menggunakan Pedang Siluman Tanpa Wujud.
Bagaimana bentuk pertarungan ini?
Bahkan dalam slow motion 4x, penonton masih bisa merasakan aura "kecepatan ekstrim".
Pedang Siluman Tanpa Wujud yang super cepat itu ternyata di-counter oleh respons Ye Xiu yang bahkan lebih cepat.
Jun Moxiao menghindari hujan serangan Skill besar dengan gerakan super minimal. Ujung pedang dan bilahnya terus mengitari tubuhnya, hampir mengenai namun tak pernah menyentuh. Saat satu serangan nyaris mengenai, penonton sampai menahan napas – padahal ini hanya rekaman ulang yang diperlambat!
Tiba-tiba, Qianji San di tangan Jun Moxiao memanjang secara tak terduga. Serangan pedang yang seharusnya tak mungkin dihindari itu berhasil diparringya.
Parry serangan terhadap Pedang Siluman Tanpa Wujud?!
Selain mulut menganga, ekspresi apa lagi yang pantas ditunjukkan saat ini?
Kejadian seperti ini biasanya hanya terlihat dalam pertunjukan terlatih. Dua Blade Master berlatih Pedang Siluman Tanpa Wujud, lalu bertabrakan dalam gemuruh serangan indah bak hujan bunga. Tapi itu hasil latihan intensif – kedua pihak sudah tahu sudut dan kecepatan serangan lawan. Namun kini, ini terjadi di playoff! Dan yang mengendalikan Pedang Siluman Tanpa Wujud adalah Sword Saint, Blade Master kelas wahid!
Tapi Pedang Siluman Tanpa Wujudnya... ternyata bisa diparry di tengah jalan...
Jun Moxiao terus mundur, terus menghindar.
Parry-nya jelas tak bisa menghentikan serangan Pedang Siluman Tanpa Wujud. Skill besar itu mencapai klimaksnya. Bertahan sampai tahap ini saja sudah luar biasa. Serangan terakhir ini – yang kebetulan merupakan final strike dari set Pedang Siluman Tanpa Wujud – mustahil dihindari atau diparry!
Pedang terangkat!
Dengan kilatan pedang yang luar biasa tajam. Bayangan pedang yang sebelumnya bertebaran, seakan terkumpul dalam satu serangan ini, kilatan terakhir yang mempesona, menyambar!
Apa itu?
Semua orang memandang ke ujung kilatan pedang, tak kuasa menahan diri untuk tidak mengedipkan mata atau menggosok-gosoknya.
Apakah ini hanya ilusi penglihatan?
Semua orang berpikir demikian, karena di pandangan mereka, Jun Moxiao seolah memiliki bayangan ganda sesaat, lalu menghilang seketika.
Adegan tiba-tiba diputar ulang, diperlambat delapan kali lipat.
Kini semua jelas terlihat.
Jutsu Bunshin!
Benar Jutsu Bunshin, tangan Jun Moxiao bergerak begitu cepat hingga tak terdeteksi. Ia menyelesaikan segel tangan tepat di tengah eksekusi Pedang Siluman Tanpa Wujud, skill berkecepatan luar biasa...
Seperti apa kecepatan tangan ini?
Semua mata mencari angka di layar, berharap ada parameter yang menjelaskan. Tapi tidak ada...
Tak ada metrik, hanya mengandalkan insting. Tapi bisakah manusia biasa merasakan hal yang melampaui kemanusiaan?
Klon bayangan tidak menjauhkan tubuh asli. Klon palsu dan tubuh asli nyaris menempel. Serangan terakhir Pedang Siluman Tanpa Wujud menghujam tepat saat klon terbentuk. Dalam kecepatan 8x, semua menyaksikan bagaimana klon langsung hancur terkena serangan pamungkas itu. Di kecepatan 4x, momen ini bahkan terasa seperti ilusi bayangan ganda yang muncul sekejap mata.
Dan kecepatan empat kali lebih lambat ini hanyalah kilatan sekejap, membuat semua orang menyadari hanya dengan cara inilah seseorang bisa menghindari pedang itu. Pergerakan biasa mustahil dipercepat hanya dengan kecepatan tangan (APM). Tapi untuk segel tangan ninja, kecepatan skill tergantung seberapa cepat tanganmu bergerak.
Akhirnya Ye Xiu berhasil.
Dengan cara yang sama sekali di luar dugaan semua orang.
Tapi jangan lupa, Ye Xiu adalah veteran sepuluh tahun. Kecepatan tangan (APM) yang begitu ekstrim hingga tak tertahankan, bukankah itu seharusnya jadi paten orang muda?
Serangan terakhir Pedang Siluman Tanpa Wujud Huang Shaotian tidak kena, tapi kini tak ada yang menganggapnya sebagai kesalahan.
Dia sudah berusaha maksimal, memaksa Ye Xiu yang bisa menghindar dan menahan serangan pedang satu per satu, hingga akhirnya terjepit dalam situasi tanpa ruang gerak. Kejadian setelah itu jelas bukan kesalahan Huang Shao. Hal-hal yang melampaui batas imajinasi manusia, mana mungkin dianggap sebagai kalkulasi yang salah?
Bukan salah Huang Shaotian, tapi bagaimanapun juga, Troubling Rain-nya kembali terpojok. Ye Xiu mengoperasikan Jun Moxiao menghujani dia dengan kombo. Tapi penonton yang baru saja melihat replay pesan pribadi, sementara sama sekali tak bisa fokus ke pertandingan. Saat itu, di detik itu, mereka bahkan belum yakin apakah yang dilihat nyata - pengen lihat ulang lagi dan lagi.
Dibandingkan mereka, penonton di lokasi jauh lebih baik.
Di langit-langit tengah tergantung cukup banyak layar besar. Saat itu dapat diputar berulang kali... Namun kenyataannya tidak berulang lama, ini kan kandang Blue Rain, momen gemilang itu bukan milik Blue Rain.
Tapi, satu kali saja sudah cukup membuat seluruh arena terdiam.
Stadion Xiaochuan sunyi senyap. Ini adalah momen gemilang Xingxin, tapi fans fanatik Xingxin di tribun barat pun terkejut sampai lupa bersorak.
Terlalu mustahil.
Yang bisa menyimpulkan adegan itu mungkin hanya empat kata ini. Pan Lin dan Li Yibo di siaran televisi terus-menerus mengulang empat kata tersebut.
Tapi di arena pertandingan, Hujan Kekacauan mulai turun diam-diam. Gempuran yang diperoleh Ye Xiu melalui operasional mustahilnya berhasil diatasi oleh hujan strategis ini.
"Sehebat apapun, itu cuma menghindar sekali serangan," kata Yu Wenzhou sang Kapten dengan tenang di channel Tim Blue Rain.
Ketenangan Huang Shaotian bertujuan menangkap kesempatan membunuh dengan akurat. Di Blue Rain, ketenangan abadi seperti gletser ribuan tahun yang takkan meleleh tetaplah milik sang Kapten.
