Dengan Pastor sebagai pendukung, hampir semua orang berpikir satu kata: serangan frontal!
Ye Xiu sekarang bisa mengandalkan heal Xiao Shou Bingliang untuk mempertahankan HP, mengabaikan serangan Liu Yun, fokus menghantam Suoke Sa'er.
Lalu Lu Hanwen? Untuk menghentikan Ye Xiu, harus menggunakan skill dengan efek serangan kuat yang bisa menginterupsi gempuran Jun Moxiao.
Pertandingan level tinggi tiba-tiba menjadi sederhana sampai pemain biasa pun paham, fans Blue Rain mengepal tinju memberi semangat pada Lu Hanwen.
Tapi satu skill Jun Moxiek tiba-tiba membuat hati semua fans Blue Rain mendidih.
Baja Tulang Punggung!
Di kelas bertarung, skill Master Bela Diri: Baja Tulang Punggung. Sebagai skill low-tier, peningkatan pertahanannya tidak signifikan menghadapi skill besar berdamage tinggi. Namun efek lain Baja Tulang Punggung: status Super Armor, justru menjadi senjata mematikan yang sesungguhnya.
Status Super Armor tidak membantu pertahanan karakter, tetapi membuatnya kebal terhadap semua efek serangan. Satu-satunya yang bisa menginterupsi manuver Jun Moxiao saat ini adalah skill dengan mekanisme grab.
Blade Master? Secara alami tidak memiliki skill grab. Satu-satunya yang biasa mereka miliki adalah skill low-tier dari kelas Magic Sword: Wave Slash.
Artinya, Lu Hanwen saat ini hanya punya satu opsi untuk menginterupsi serangan Jun Moxiao...
Cahaya putih telah menyelimuti seluruh tubuh Suoke Sa'er.
Sacred Light yang meningkatkan damage serangan, sangatlah boros jika digunakan tanpa koordinasi serangan terkonsentrasi. Bagi Blue Rain saat ini, pemborosan ini bagai menambah bensin ke api. HP Suoke Sa'er yang sudah tipis, dengan peningkatan 30% ini, berapa lama bisa bertahan?
Jun Moxiao melancarkan gempuran.
Liu Yun juga memulai serangannya.
Pedang Siluman Tanpa Wujud!
Lu Hanwen secara mengejutkan memerintahkan Liu Yun menggunakan skill besar ini.
Jun Moxiao tidak menghindar. Terus maju melanjutkan serangan ke Suoke Sa'er. Pedang-pedang ilusi Liu Yun menghujam tubuhnya, percikan darah beterbangan, tapi sama sekali tidak dihiraukannya.
HP-nya terus merosot drastis, tapi bahkan damage terkuat sekalipun tak bisa membuat langkahnya goyah atau terinterupsi. Inilah nilai dari Status Super Armor. Meski pertukaran ini mungkin tidak setara, Ye Xiu tidak mempedulikannya. Jun Moxiao hanya kehilangan banyak HP, sementara Suoke Sa'er akan kehilangan nyawa.
Sudah tidak ada jalan keluar lagi...
Semua orang berpikir demikian. Meski ada skill Wave Slash, tapi begitu sederhana tanpa ruang pemanfaatan, mustahil menciptakan ancaman efektif. Lu Hanwen memaksa Liu Yun menggunakan Pedang Siluman Tanpa Wujud, mungkin hanya upaya putus asa untuk mengurangi HP Jun Moxiao di momen genting ini.
Seberat Flame Shadow, kecepatan eksekusi Pedang Siluman Tanpa Wujud tetap luar biasa. Dalam kondisi lawan yang sama sekali tidak bertahan, setiap tebasan Liu Yun mengenai sasaran. Tak terasa, animasi skill sudah memasuki fase recovery frame.
Tebasan terakhir - hitungan damage tertinggi dari Pedang Siluman Tanpa Wujud.
Tepat saat kilatan pedang mematikan itu hendak melesat, Ye Xiu tiba-tiba menghentikan sikap mengabaikan terhadap Lu Hanwen.
Kilau pedang menyambar, Jun Moxiao berguling menghindar.
Berhasil dihindari!
Untuk menghindari serangan ini, Jun Moxiao bahkan rela menghentikan sejenak gempuran ke Suoke Sa'er.
"Serangan pamungkas kok malah dihindari? Gaya bertarung ofensif tapi plin-plan!"
Fans Blue Rain geram melihat Jun Moxiao lolos dari serangan mematikan itu. Semua serentak merendahkan taktik ini.
Terlihat cahaya pedang Liu Yun yang menyapu udara, seolah membelah udara, sesuatu yang jelas bukan Jianqi, pecah dan menghilang.
Semua orang terkejut.
Tebasan ini ternyata bukan akhir dari Pedang Siluman Tanpa Wujud, melainkan sebuah Wave Slash.
Lu Hanwen ternyata tidak menyerah. Ia menyembunyikan Wave Slash di antara serangan cepat Pedang Siluman Tanpa Wujud, berusaha memberikan kejutan.
Namun sayang, Ye Xiu menyadarinya.
Mengapa menghindar? Tentu bukan karena takut menerima damage yang besar, melainkan karena serangan ini benar-benar bisa menginterupsi gempuran Jun Moxiao.
Satu-satunya serangan yang berguna, meleset. Harapan pun hancur tanpa sisa.
Tapi semua orang masih berharap keajaiban, menanti plot twist dewa, misalnya Ye Xiu melakukan kesalahan?
Tidak, sama sekali tidak.
Suoke Sa'er tumbang. Di detik terakhir sebelum jatuh, Yu Wenzhou memberikan instruksi terakhirnya di pertandingan ini: selamatkan Healer.
Selamatkan Healer.
Huang Shaotian dan Zheng Xuan sedang bergegas menyelamatkan Healer. Xu Jingxi adalah target penyelamatan. Maka instruksi ini jelas untuk Lu Hanwen.
Liu Yun langsung beralih target. Sementara Ye Xiu yang sedang fokus menghabisi Suoke Sa'er belum sempat mencegat.
Instruksi terakhir Yu Wenzhou secara rumit memanfaatkan perbedaan waktu: Jun Moxiao tidak bisa bergerak sebelum Suoke Sa'er benar-benar tumbang.
Tapi hujan peluru tiba-tiba datang dari kejauhan.
Liu Yun beralih target serangan, lalu Muyu Chengfeng ikut beralih, disusul Jun Moxiao yang juga mengalihkan fokus.
Serangan Jun Moxiao mengunci Liu Yun, sementara Suoke Sa'er akhirnya tumbang oleh hujan peluru jarak jauh Muyu Chengfeng. Instruksi terakhir Yu Wenzhou yang memanfaatkan selisih waktu untuk menciptakan celah, akhirnya disambut oleh partner lamanya Huang Shaotian.
Sang pemangsa celah terhebat di Glory tak menyia-nyiakan kesempatan yang diperjuangkan dengan taruhan nyawa oleh mantan partner dan sahabat karibnya ini.
Dalam hempasan angin kencang, Troubling Rain menerjang keluar.
Kilatan pedangnya menggelegar, langsung menubruk Baozi Invasion.
Selamatkan Healer!
Perintah itu ditujukan untuk Lu Hanwen, tapi yang akhirnya menuntaskannya adalah Huang Shaotian!
Troubling Rain, tak terbendung.
Andai bisa dihadang, apa gunanya? Begitu serangan Baozi Invasion terputus, Soul Speaker milik Xu Jingxi akan terselamatkan.
Fang Rui segera meninggalkan Hujan Peluru Bercahaya, Hai Wu Liang berbalik arah dan berlari kembali.
Meski terbawa angin, akankah mereka sempat?
Tidak sempat!
Menghentikan Troubling Rain mustahil dilakukan, tapi Hai Wu Liang mengayunkan telapak tangan, mengirim gelombang energi yang melesat ke arah Soul Speaker.
Sementara Baozi Invasion sama sekali tak berniat menghadapi Troubling Rain.
Apakah ini... strategi membunuh paksa?
"Pasti akan diinterupsi!" Pikiran itu melintas di benak semua orang yang menyaksikan aura pedang dan momentum tak terbendung dari Troubling Rain.
Tapi, lihatlah Baozi Invasion dan Hai Wu Liang, kedua karakter tiba-tiba seluruh tubuh bergetar, seolah kerangka tubuh mereka tiba-tiba menjadi lebih kokoh.
Semua orang kembali ternganga.
Baozi Invasion dan Hai Wu Liang menggunakan skill yang sama, persis seperti yang baru saja digunakan Jun Moxiao.
Baja Tulang Punggung!
Baja Tulang Punggung kelas bertarung.
Baozi Invasion, Rogue; Hai Wu Liang, Ahli Tenaga Dalam.
Tentu saja mereka termasuk kelas bertarung, jadi wajar jika mereka bisa mempelajari skill low-tier Master Bela Diri, Baja Tulang Punggung, dengan mudah.
Yang dibutuhkan juga bukan pertahanan, melainkan status .
Sekalipun pedang Troubling Rain bergelora dahsyat, dia hanya punya satu Wave Slash untuk menginterupsi serangan.
Sekalipun Hujan Peluru Bercahaya melepaskan semua jurusnya, ledakan daya tak mempan melawan . Flashbang? Peluru es? Efek skill ini memang tak terhalang , tapi tak bisa memberi pukulan penentu.
Baja Tulang Punggung.
Ternyata ada tiga karakter Tim Xingxin yang memiliki Baja Tulang Punggung. Apakah ada yang memperhatikan hal ini sejak awal? Tidak ada.
Apakah ada yang membayangkan sebelumnya bahwa saat pertempuran mencapai momen kritis ini, tiga skill low-tier ini meledak bersamaan dan memberikan efek brutal seperti ini? Juga tidak.
Soul Speaker tumbang.
Sebenarnya dia terus menerus menerima serangan, jika bukan kelas armor plat dan terus-menerus berusaha menyelamatkan diri dengan gigih, seharusnya dia tumbang lebih awal daripada Suoke Sa'er.
Hingga saat ini dua karakter Blue Rain tumbang, termasuk sang Healer...
Hasil pertarungan sudah jelas.
Hanya serbuk setia yang masih berdoa untuk keajaiban apa pun yang mungkin terjadi.
Pemain Blue Rain di lapangan pun tak menyerah, mereka terus berusaha. Ini bukan sekadar kekalahan satu pertandingan, tapi kekalahan seluruh musim mereka. Siapa yang mau menyerah sebelum bel terakhir berbunyi?
Namun ketika akhirnya tak ada perubahan, usaha mereka tiba-tiba terlihat seperti perjuangan sia-sia. Bertahun-tahun kemudian, mungkin fase usaha mereka ini bahkan hanya akan disimpulkan sebagai "waktu sampah".
Kalah.
Di kandang sendiri, arena pertandingan kalah, pertandingan tim kalah, hitungan kill dalam ronde ini sudah tak perlu dihitung lagi.
Stadion Xiaochuan, andai bukan karena tribun barat yang dijaga fans Xingxin, mungkin sudah tercekam dalam kesunyian.
Begitu saja kalah?
Kejadian yang baru saja berakhir masih terbayang jelas, tapi semua fans Blue Rain di stadion seperti tidak percaya pada fakta yang terjadi.
Seluruh usaha satu musim penuh, hanya dengan dua babak di playoff pertama, semuanya terbuang bersih dalam kekalahan.
Musim panas ini datang terlalu cepat? Terlalu cepat sampai membuat orang merasa canggung!
Pemain dari kedua tim keluar dari kursi pertandingan, sementara pemain cadangan yang belum tampil juga meninggalkan area pemain dan naik ke panggung. Wei Chen berjalan di tengah-tengah. Biasanya di kemenangan tandang, bertepuk tangan untuk penonton tandang adalah kebiasaannya yang paling disukai. Jika pemain lain mungkin sekadar basa-basi, bagi dia itu murni provokasi penuh. Tapi kali ini, dia diam saja, hanya naik ke panggung pertandingan bersama yang lain dengan hening.
Blue Rain memang berbeda baginya. Meski sekarang dia berada di pihak Xingxin, menghadapi Blue Rain, dia tak bisa lagi memprovokasi setelah menang.
Kemenangan ini sudah cukup. Selera humor gelapnya yang biasa, akhirnya dia tahan juga di hadapan panggung brutal playoff dan tim Blue Rain yang penuh kenangan baginya.
"Selamat." Kapten Blue Rain Yu Wenzhou datang menjabat tangan Ye Xiu.
"Terima kasih." Ye Xiu tersenyum mengangguk, tanpa berkata lebih.
"Jadi juara!" Huang Shaotian menyusul maju, berjabat tangan sambil berkata serius.
"Ngapain lagi saya di sini kalau bukan untuk itu?" kata Ye Xiu.
"Bagus! Kalau sudah kalahkan kami terus kalah dari tim lain, saya akan membenci Anda!" ancam Huang Shaotian.
Memberi selamat pada lawan, berterima kasih pada penonton. Tim Blue Rain kalah pertandingan, tapi tak kehilangan kesopanan. Hanya saja, di balik ekspresi setiap anggota tim, tersimpan kekecewaan yang tak terucapkan.
Pahitnya kekalahan ini harus mereka rasakan sepanjang musim panas. Namun semua belum berakhir, akan ada musim baru, awal baru, hari demi hari, tahun demi tahun, dalam proses ini setiap orang mengejar targetnya.
Hanya ada satu juara, itu kejam; tapi setiap tahun selalu ada satu, dan itu adalah harapan yang tak pernah pudar.
