Flying Fire Meteor menghantam Minus Nine Degrees tepat sasaran. Untuk sejenak, kamera Qin Muyun dipenuhi kobaran api. Dia hanya bisa mengandalkan EXP dan kesadaran untuk beroperasi.
Tapi semua ini sudah dalam pertimbangan Ye Xiu. Dari tengah kobaran api tiba-tiba muncul siluet karakter seolah dilahirkan dari api - Jun Moxiao, tiba dengan gegap gempita!
Jarak tiga langkah!
Qin Muyun memilih untuk menarik diri dengan cepat. Saat ini Minus Nine Degrees berjarak tiga langkah dari Jun Moxiao.
Tiga langkah Gun Fu sebelumnya pernah ditunjukkan Qin Muyun. Jarak ini seolah menjadi zona ofensif idealnya. Namun tentu saja Qin Muyun menyadari realita sebenarnya.
Teknik Gun Fu tiga langkahnya tidak sempurna. Kemampuannya menguasai teknik ini di jarak tiga langkah masih terbatas. Tapi dengan kemampuan positioning-nya yang luar biasa, terkadang dia bisa menemukan posisi spesifik di jarak tiga langkah yang memungkinkannya mengontrol situasi. Pada momen seperti saat bertarung melawan Ye Xiu sebelumnya, dia memilih untuk maju dan menggunakan Tiga Langkah Gun Fu. Semakin dekat jarak Gun Fu, semakin besar daya hancurnya - ini fakta tak terbantahkan.
Begitu merasa kehilangan kendali, dia segera mengoperasikan karakternya untuk mundur.
Dengan kombinasi positioning dan movement yang brilian, Qin Muyun menciptakan gaya Gun Fu unik yang memungkinkannya mempertahankan daya serang maksimal di zona nyamannya.
Namun kali ini, di jarak tiga langkah ini, posisi dan timing untuk menggunakan Gun Fu sama sekali tidak ideal baginya.
Mungkin ada kesempatan, tapi posisi terakhir yang dipilih Jun Moxiao ini menghancurkan harapan terakhir di hati Qin Muyun.
Sudah ketahuan!
Qin Muyun menyadari dengan jelas: tekniknya sudah terbaca lawan, setiap niatnya sudah terendus. Setiap langkah menginjak posisi tak nyaman, setiap serangan pembuka langsung menyasar titik vitalnya.
Pantas orang yang selama sepuluh tahun melawan Kapten dan sebagian besar waktu mempertahankan keunggulan.
Qin Muyun menyimpan kekaguman dalam hati. Saat ia debut, Ye Xiu sudah pensiun, namun keberadaan pria ini adalah bagian dari sejarah Jia Shi sekaligus elemen antagonis yang selalu muncul dalam sejarah Dominant Hero.
Qin Muyun pernah mendengar dan melihat banyak hasil pertandingan Ye Xiu, bahkan pernah berhadapan dalam perlawanan tim reguler musim ini. Tapi baru dalam duel satu lawan satu ini, ia benar-benar merasakan kengerian lawan yang telah menjadi duri dalam daging Dominant Hero selama sepuluh tahun.
Masih adakah kesempatan baginya?
Minus Nine Degrees yang sudah ditempel total oleh Jun Moxiao berada dalam posisi pasif, bertarung sambil mundur mencari rute pelarian.
Jendela?
Pintu?
Tikungan itu?
Ruangan sempit membuat semua pintu keluar terlihat dekat namun tak terjangkau. Serangan Jun Moxiao memblokade semua sudut gerak. Akhirnya Minus Nine Degrees terpojok di sudut.
Tanpa ruang gerak, bahkan Gun Fu-nya tak bisa dioperasikan mulus. Sharpshooter ini hampir menyerah. Qin Muyun menyadari kesalahan fatalnya sejak awal: memilih masuk ke dalam gedung.
Tapi kalau tidak masuk, posisi atap yang strategis untuk penyergapan justru akan menjadi sasaran serangan mendadak Jun Moxiao yang melesat dari jendela!
Qin Muyun mulai mengintrospeksi pertandingan ini. Saat mengulang momen itu, tiba-tiba ia membeku.
“Sepanjang pertandingan, pergerakannya selalu didahului oleh Ye Xiu. Karena Ye Xiu tahu kemampuan pergerakannya sangat unggul, dia selalu bisa memprediksi pilihan pergerakannya lebih awal. Tapi justru di kesempatan ini, Jun Moxiao menyergap lewat jendela namun gagal. Mengapa? Bukankah karena saat itu Qin Muyun memilih mengarahkan Minus Nine Degrees masuk ke dalam ruangan?”
“Ketidaksiapan Ye Xiu terhadap kemungkinan ini juga menunjukkan bahwa pilihan tersebut kurang bijaksana. Namun justru ketidakbijaksanaan ini seolah menciptakan sedikit kebingungan bagi lawan.”
“Qin Muyun merasa seperti menemukan sesuatu: melawan lawan setingkat Ye Xiu, melakukan segalanya dengan sempurna saja tidak cukup. Karena lawan... pasti akan lebih baik darimu...”
“Kalah.”
“Minus Nine Degrees milik Qin Muyun akhirnya tumbang, namun dalam pergulatan dengan Jun Moxiao ini berhasil mengurangi 43% HP lawan – hasil yang cukup baik. Li Yibo yang telah lama mengamati dan menganalisis akhirnya memahami taktik pertandingan ini, kini dengan lancar memaparkan duel pergerakan kedua belah pihak.”
“Pedang tua tetap yang paling tajam, Ye Xiu memang masih yang paling unggul!” gumam Li Yibo penuh kekaguman.
“Tapi di sini!” Pan Lin memberi sinyal ke sutradara siaran untuk menampilkan replay: Jun Moxiao menerobos atap benteng dan terjun ke bawah, membuka Qianji San untuk menahan tembakan, menutupnya saat lawan menghilang, kemudian dengan cepat menentukan posisi lawan, menyergap, tapi segera menyadari lokasi sebenarnya lawan.
“Di sini, pemilihan posisi Qin Muyun seharusnya bukan yang terbaik. Bagaimana Ye Xiu bisa menyadari hal ini, lalu melakukan serangan jebakan tersebut?” Pan Lin bertanya.
“Hehehe.” Li Yibo tertawa terlebih dahulu, dalam tawanya terdengar sedikit kesombongan, “Pemilihan posisi Qin Muyun memang bukan yang terbaik, tapi pemilihan posisi juga harus mempertimbangkan kondisi aktual. Saat itu, Qin Muyun tidak hanya memilih posisi, tapi juga memanfaatkan payung Qianji yang menghalangi pandangan Ye Xiu untuk melakukan pergerakan tanpa sepengetahuan lawan.”
“Oh...” Pan Lin langsung tersadar.
“Dengan kondisi tersebut, pemilihan posisi Qin Muyun tetap yang terbaik.” Kata Li Yibo.
“Tapi Ye Xiu juga membuat pertimbangan yang sama, mengapa dia tidak langsung menyerang setelah mendarat, malah melakukan serangan jebakan itu?” Tanya Pan Lin.
“Karena pemilihan posisi Qin Muyun memang sangat baik! Lihat, saat Jun Moxiao turun dan langsung menyerang ke arah sini, sudut ini tidak ideal untuk melancarkan serangan, malah memberi ruang lebih banyak bagi Minus Nine Degrees. Tapi dengan melakukan serangan jebakan ke sini untuk menyelesaikan sebagian pergerakan, lalu menyerang dari sini, situasinya akan sangat berbeda.” Jelas Li Yibo.
“Oh.” Pan Lin kembali tersadar, kali ini dia sangat mengagumi analisis Li Yibo yang membuatnya benar-benar yakin.
“Artinya, serangan jebakan Ye Xiu memiliki dua tujuan: pertama untuk memparalisasi lawan, tapi yang lebih penting adalah untuk menyelesaikan pergerakan ini.” Pan Lin menyimpulkan.
“Benar seperti itu.” Li Yibo mengangguk, dirinya sendiri juga merasa bangga bisa menganalisis masalah ini dengan begitu mendalam.
“Benar-benar pertarungan yang gemilang.” Pan Lin mengungkapkan kekagumannya.
“Qin Muyun dikalahkan Ye Xiu di bidang terkuatnya, semoga tidak menimbulkan gangguan emosional.” Meski Li Yibo berkata demikian, jelas ini adalah teknik penyampaian komentator. Sebenarnya dia ingin menekankan bahwa dalam pertarungan ini, Ye Xiu tidak hanya mengalahkan Qin Muyun tapi juga melakukan penghancuran di tingkat spirit (semangat).
“Meski lawan menguasai inisiatif, Qin Muyun berhasil menguras 43% HP lawan. Performanya sebenarnya cukup baik.” Kata Pan Lin.
“Ya, terutama di paruh kedua saat dia terjepit di sudut, situasi yang sangat sulit untuk Sharpshooter bertarung.” Tambah Li Yibo.
“Mari kita lihat siapa yang akan maju menerima tantangan berikutnya dari Dominant Hero.” Ujar Pan Lin.
Qin Muyun sudah meninggalkan area pemain. Siaran langsung menampilkan cuplikan close-up ekspresinya yang sulit digambarkan. Melihat ini, Li Yibo mengucapkan harapan "semoga tidak ada gangguan emosional". Setelah memberi pujian seadanya untuk menyeimbangkan komentar, kedua komentator mulai fokus ke pertarungan berikutnya.
Tapi di mata para ahli, analisis mereka belum selesai.
“43%? Itu terlalu banyak.” Huang Shaotian mengirim pesan ke Yu Wenzhou untuk berdiskusi. Menguras hampir setengah HP lawan dalam situasi menguntungkan dianggap sebagai pemborosan taktik.
"Ini juga karena dipengaruhi konsumsi pihak lawan ya! Kemampuan Qin Muyun dalam pemilihan posisi dan pergerakan sangat luar biasa." Yu Wenzhou membalas. Saat dua ahli berdiskusi, tidak seperti Li Yibo yang berusaha mengungkapkan semua strategi sampai ke akar-akarnya, mereka berdua hanya menyentuh poin utamanya tanpa perlu menjelaskan terlalu detail.
"Dengan menjual kosong secukupnya ditambah kontrol, bisa mengurangi konsumsi." Huang Shaotian menjawab.
"Tapi akan meningkatkan risiko, sekaligus menambah beban operasional." Kata Yu Wenzhou.
"Dia benar-benar mencari kemudahan ya!" Ujar Huang Shaotian.
"Inilah alasan kami mencoba mengurasnya." Yu Wenzhou menjelaskan.
"Bajingan ini." Huang Shaotian menggerutu kesal. Mereka sudah menemukan hal yang diwaspadai Ye Xiu dan menyusun strategi berdasarkan itu, tapi tetap saja berhasil diatasi dengan licik. Setiap kali teringat, rasa frustrasi itu muncul lagi. Sementara setting sederhana dan brutal yang dia terapkan ke Blue Rain, semuanya tepat sasaran.
Ambil contoh Song Xiao, Mr. Kunci Blue Rain yang frustrasi habis-habisan di playoff kali ini. Padahal playoff seharusnya menjadi momennya meraih reputasi, seperti berada di kandang sendiri. Tapi bagaimana dengan dua babak melawan Xingxin? Di pertandingan tim, sebagai orang keenam yang biasanya membantu membuka situasi setelah masuk, dua babak berturut-turut dia baru tiba di medan perang saat pertarungan sudah selesai.
Mr. Kunci yang justru absen di saat-saat kritis, bagaimana bisa disebut kunci? Song Xiao dalam pertandingan melawan Xingxin sengaja dikesampingkan dengan cara yang begitu sederhana dan brutal.
“Lihat siapa yang akan maju berikutnya dari Dominant Hero.” Yu Wenzhou entah sedang mengingat pengalaman tidak menyenangkan saat tim mereka melawan Xingxin atau tidak, lalu beralih ke anggota berikutnya.
Layar besar elektronik menampilkan pemain Dominant Hero yang akan maju berikutnya.
Zhang Jiale, karakter Expert Amunisi, Hundred Blossoms Spectacle.
Suara hinaan bergema di seluruh arena.
Zhang Jiale, kembali bermain setelah meninggalkan Hundred Blossoms dan bergabung dengan Dominant Hero. Fans Hundred Blossoms membencinya, bahkan beberapa anggota Dominant Hero yang ekstrim memandang rendah tindakannya yang dianggap "memeluk paha". Popularitasnya sejak comeback tak setinggi dulu. Di mana-mana selalu ada fans yang mengejek karakternya, termasuk di kandang Xingxin. Begitu namanya muncul, hujatan langsung meluncur.
Zhang Jiale tak ambil pusing. Sudah dua tahun—bahkan di hadapan mantan fans Hundred Blossoms pun ia sudah bisa tenang. Ini semua bukan apa-apa baginya.
Dua tahun.
Zhang Jiale menghitung hari. Ia sadar betul: bocah-bocah ini di arena esports hidupnya tinggal hitungan hari. Jika gagal kali ini, apa masih ada kesempatan berikutnya?
Tapi sekarang, penghalang di depan mereka justru si pemalas ini—sesuatu yang tak pernah terbayangkan saat mereka baru membentuk Dominant Hero. Saat berjalan ke arena, bayangan pertempuran sengit melawan karakter itu di masa lalu terus berkedip di pikirannya.
