Akhirnya kalah juga!
Lin Jingyan menghela napas saat keluar dari kursi pertandingan.
Meski ada sedikit penyesalan, pertandingan ini sama sekali tidak membuatnya merasa kesal. Hasil ini bisa ia terima dengan lapang dada, kekalahan dari Fang Rui pun tidak meninggalkan rasa tidak puas.
Bagaimanapun ia sudah melewati masa keemasannya, sementara Fang Rui justru sedang di puncak karier.
Dalam hal melepas masa lalu, dua tahun sudah ia masih terpaut pada Tang San Da-nya, tapi Fang Rui? Bahkan dengan tegas mengganti kelas karakter, jelas lebih determinasi dalam hal ini.
Dirinya memang sudah tua, sementara Fang Rui masih memiliki masa depan panjang!
Memandang ke arah kursi pertandingan Xingxin di ujung arena, Lin Jingyan merasa menyesal ini adalah arena pertandingan. Fang Rui tidak bisa keluar dari kursi pertandingan sebelum pertarungan benar-benar selesai. Dia sangat ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memberikan doa kepada Fang Rui, tidak tahu apakah mereka masih punya kesempatan bertemu di lapangan seperti ini lagi.
Setelah memandang ke arah sana beberapa saat dalam diam, Lin Jingyan turun dari arena. Ucapan semangatnya akhirnya hanya tersimpan di dalam hati.
Semangat! Temanku!
Setelah pertarungan ini berakhir, arena pertandingan memasuki paruh kedua. Xingxin masih memiliki tiga orang (termasuk Fang Rui), sementara Dominant Hero hanya tersisa dua orang.
Lin Jingyan turun lapangan, pemain keempat Dominant Hero segera berdiri.
Song Qiying, Master Bela Diri muda Dominant Hero yang bergabung musim ini, rookie yang terus menunjukkan pertumbuhan stabil. Tampaknya akan menjadi penerus Desert Dust di masa depan. Kini, di panggung penting playoff ini, Dominant Hero menunjukkan kepercayaan dengan mengirimkannya bertanding. Dominant Hero bukanlah Xingxin yang hanya punya pilihan rookie, namun Song Qiying tetap muncul di posisi nomor empat yang dianggap sebagai jagoan bertahan di arena playoff, menunjukkan dukungan yang jelas.
Namun penempatan di posisi ini tidak serta merta menjadikannya benar-benar jagoan bertahan. Pengaturan urutan pemain juga mencerminkan sikap tim terhadap arena pertandingan ini dalam tingkat tertentu.
"Pemain keempat Dominant Hero adalah Song Qiying! Tampaknya sebelumnya mereka tidak berencana mengakhiri arena pertandingan di urutan keempat!" Melihat penempatan personil ini, Pan Lin segera memulai analisis. Dalam arena playoff, pemain keempat biasanya adalah core player. Kebanyakan tim berusaha merebut keuntungan dua poin individu dengan formasi 4 vs 5 sebelum memasuki pertandingan tim. Untuk strategi lebih ofensif, core player kadang ditempatkan di urutan ketiga dengan target tiga poin pembunuhan.
Namun di Dominant Hero, Song Qiying di urutan keempat berarti urutan kelima mungkin ditempati kapten tim Han Wenqing sebagai core player. Ini merupakan pengaturan paling tepat.
Li Yibo adalah mantan pemain Dominant Hero. Selama sepuluh tahun, kapten dan core player tim ini selalu Han Wenqing. Selama kepemimpinan tidak berubah, aura tim sulit diubah. Meski sudah lama keluar dari tim, analisis Li Yibo terhadap Dominant Hero tetap sangat mengalir lancar. Tapi hari ini, Han Wenqing menghindari duel dengan Ye Xiu, bahkan tidak menempati urutan keempat melainkan mengirim rookie Song Qiying.
Semakin familiar sebuah tim, semakin terasa asing ketika muncul penataan tak terduga. Pan Lin mengajak diskusi, Li Yibo terdiam sejenak sebelum menjawab: "Mungkin karena status sebagai tim tandang, mereka lebih memilih bermain aman!"
Jawaban klise ini menunjukkan Li Yibo sudah kehilangan keyakinan dalam menganalisis Dominant Hero sebagai "mantan anggota tim". Dominant Hero hari ini terasa sangat berbeda baginya.
"Baik, mari kita lihat penampilan Song Qiying! Kebetulan sekali, penampilan pertama Song Qiying di musim ini langsung berhadapan dengan Fang Rui dari Xingxin yang sedang berada di lapangan saat ini," kata Pan Lin. "Tapi... Fang Rui sepertinya tidak bisa bertahan lama lagi?"
Fang Rui sebenarnya sudah mengalahkan dua lawan. Saat mengalahkan Zhang Jiale (Hundred Blossoms Spectacle), dia menggunakan metode yang banyak menguras MP. Kemudian pertarungan sengit melawan Lin Jingyan meski akhirnya menang, membuat HP Hai Wu Liang hanya tersisa 14% dan MP-nya 11%. Benar-benar sudah di ujung tanduk.
"Sulit untuk menang, tapi dengan trik Fang Rui, Song Qiying bisa mengalami kerugian besar jika terlalu ceroboh," kata Li Yibo.
"Kecerobohan? Tidak mungkin, kan?" Pan Lin tertawa.
Li Yibo pun ikut tersenyum.
Song Qiying sekarang bukan lagi rookie yang baru debut saat pertama kali menghadapi Fang Rui. Sepanjang musim ini, sebagai kandidat kuat Rookie Terbaik, dia sudah mendapat banyak perhatian. Pemuda Master Bela Diri yang diprediksi akan menjadi penerus Desert Dust ini justru memiliki sifat mirip wakil kapten Dominant Hero, Zhang Xinjie - serius dan metodis. Meski masih muda, mustahil dia melakukan kesalahan kecerobohan dengan karakter se-displin itu.
Pertandingan dimulai di tengah diskusi mereka. Seperti yang diduga, sejak fase awal pergerakan karakter saja, Song Qiying sudah menunjukkan sikap profesional yang luar biasa.
Sepanjang perjalanan ini, baik itu area yang akan terlibat dalam pertempuran atau tidak, dia mengamati dengan cermat. Pandangan kamera terus-menerus belok kiri dan kanan selama perjalanan.
Namun rute yang dipilihnya akhirnya juga menembus melalui jalur tengah. Penonton sudah menyerah berharap melihat pertempuran air atau hutan di map ini. Karena kastil tua di tengah map memiliki ruang interior yang menyediakan perlindungan, manuver mengelilingi dan kembali ke tengah tidak ada gunanya di map ini. Jadi pemain dari kedua tim tidak melakukan hal biasa seperti itu.
Di depan dan belakang kastil, karakter pemain kedua tim bertemu untuk ketujuh kalinya dengan kastil sebagai pemisah.
Untuk tipe metodis seperti Zhang Xinjie dan Song Qiying, mungkin mereka sudah merencanakan banyak langkah sebelum pertandingan dimulai. Setelah sampai di belakang kastil, Song Qiying tidak ragu-ragu: tidak menggunakan pintu belakang, tidak melompat ke atap, tapi dengan mahir menemukan jendela dan masuk ke dalam.
Kedua tim sudah beberapa kali bertempur di kastil ini. Dominant Hero sudah menguasai struktur kastil sekitar 70-80%.
Begitu masuk melalui jendela, kamera langsung berputar - atas, kiri, kanan. Semua posisi yang terlihat langsung discan. Song Qiying cepat memahami situasi di depannya.
Tidak menemukan Hai Wu Liang, sepertinya ini sudah direncanakan sebelumnya. Long He Luo Ri berjalan ke koridor kanan, memasuki pintu kedua di koridor, lalu langkah demi langkah, ruangan demi ruangan, seolah sedang menjalankan tutorial permainan.
Hai Wu Liang milik Fang Rui saat ini sudah tiba di kastil. Dengan HP dan MP yang hampir habis, mana mungkin dia berani menghadapi lawan secara langsung. Di babak sebelumnya, dia menggunakan taktik pintu belakang dan hasilnya sinkron dengan Lin Jingyan. Sebuah metode taktik takkan digunakan dua kali. Kali ini, Fang Rui memanjat sisi depan kastil dengan Hai Wu Liang, tidak sampai ke atap, tapi langsung masuk ke lantai dua melalui balkon.
Dekorasi lantai dua jauh lebih utuh dibanding lantai satu. Di sini hanya terjadi pertarungan antara Ye Xiu dan Qin Muyun, serta serangan mendadak Ye Xiu saat melawan Zhang Jiale. Gelombang serangan itu hanya membuat lubang di lantai.
Saat ini, Fang Rui mengoperasikan Hai Wu Liang menuju lubang tersebut. Sampai di mulut gua, setelah memantau sekeliling dan memilih posisi serta sudut yang tepat, Hai Wu Liang membungkuk.
Menunggu di posisi...
Metode serangan pasif ala "menunggu kelinci" ini memiliki akurasi sangat rendah di map Glory yang biasanya luas. Biasanya perlu mengkonfirmasi rute gerak target terlebih dahulu agar bernilai. Tapi Fang Rui, tanpa melakukan pengintaian sama sekali, langsung menuju lubang ini dan kemudian tengkurap...
Penonton mulai memantau kapan Pesan Sistem akan muncul.
Karena jika benar-benar ada yang terus menunggu tanpa memperhatikan akurasi seperti ini, sampai kapan pertandingan ini akan berlangsung? Glory memiliki aturan: wasit akan menilai kelayakan taktik berdasarkan situasi, dan melakukan intervensi terhadap taktik yang tidak rasional.
Tentu saja, menentukan apakah suatu tindakan dianggap sebagai (menunggu di posisi) juga memerlukan aturan yang kaku. Tidak mungkin karakter yang sekadar (berjongkok) atau bersembunyi di sudut langsung dianggap dan diintervensi. Kriteria harus memenuhi syarat: tidak ada operasional bertujuan yang muncul selama 18 detik.
Pemain yang paham aturan Glory sudah mulai menghitung detik untuk Fang Rui.
Tapi Fang Rui, Sang Master Kecerdikan, lebih lihai dari mereka. Di detik ke-17, Hai Wu Liang mengganti pose.
Wasit Glory bukan robot. Kelicikan memanfaatkan celah aturan bisa mereka tolak berdasarkan pertimbangan subjektif. Namun di pertandingan ini, wasit seolah mengakui trik Fang Rui—tidak ada intervensi sama sekali setelah 18 detik.
Suara hinaan bergema di stadion, berasal dari fans Dominant Hero. Para penggemar setia yang paham aturan ini menganggap kelambanan wasit sebagai bentuk memihak tim tuan rumah. Hinaan itu ditujukan untuk wasit.
Wasit tidak tergoyahkan. Suara hinaan segera tertutup gemuruh tepuk tangan. Untuk mempengaruhi keputusan wasit, Dominant Hero bukan prioritas—ini adalah kandang Xingxin.
"Ini... Fang Rui hanya mengganti pose karakter tanpa mengubah tujuan. Bukankah seharusnya tetap dihitung sebagai tidak wajar yang melebihi 18 detik?" Pan Lin pun mulai mempertanyakan keputusan wasit.
"Ini, wasit juga akan menangani sesuai situasi spesifik. Pertama, kedua karakter berada di dalam kastil kuno yang mempersempit area map pertempuran. Tingkat akurasi taktik menunggu seperti ini akan meningkat signifikan, mengurangi sifat tidak rasional. Lalu lihat, Long He Luo Ri milik Song Qiying sekarang sangat dekat dengan area ini dan mungkin segera masuk. Saya yakin wasit telah mengakui probabilitas keberhasilan taktik menunggu ini sehingga menilai rasional dan tidak campur tangan. Jika Song Qiying memilih rute yang menghindari area ini, saya rasa wasit mungkin akan turun tangan." Li Yibo terlihat sangat memahami logika penanganan masalah oleh wasit.
"Kalau begitu... Bukankah sikap wasit yang seharusnya turun tangan tapi tidak, secara tidak langsung membocorkan informasi tertentu kepada pemain?" kata Pan Lin.
Li Yibo tertegun. Memandang adegan pertandingan, Hai Wu Liang yang sedang menunggu tidak lagi berbaring melainkan berjongkok, energi pikiran berdenyut di telapak tangan - tanda jelas sedang melakukan charge. Namun dari sudut kamera karakternya, sama sekali belum terlihat jejak Long He Luo Ri. Meski demikian, dia telah memulai persiapan penyergapan dengan penuh keyakinan.
Wasit yang bodoh! Mengira pertimbangannya yang mengkombinasikan situasi spesifik dengan analisis kontekstual itu sangat brilian, padahal sedang dimanfaatkan oleh Fang Rui.
Master Aliran Licik ini memanfaatkan aturan, mengamati sikap pasif wasit, lalu menyimpulkan bahwa Song Qiying sedang mengoperasikan karakternya mendekati area penyergapannya.
