Glory!
Dua kata besar bersinar di layar elektronik.
Apapun prosesnya, pertandingan hanya akan berakhir dengan satu hasil: kemenangan atau kekalahan.
Ronde ini, kemenangan milik Qiao Yifan dari Xingxin. Gemuruh tepuk tangan segera memenuhi Stadion Xiaoshan.
Song Qiying keluar dari kursi pertandingan dengan penyesalan. Tepuk tangan riuh itu bukan untuknya, tapi dia tidak menundukkan kepala. Performa lawan memang luar biasa, tapi dirinya juga tidak mempermalukan diri.
Mungkin, pemikiran awalnya kurang mendetail.
Song Qiying mulai mengintrospeksi diri sambil turun dari arena. Di benaknya terbayang adegan Long He Luo Ri kehilangan inisiatif karena terkena langit-langit yang runtuh.
"Pasti Wakil Kapten tidak akan melewatkan hal ini." Song Qiying melirik ke arah seseorang di area pemain Dominant Hero.
Sebagai Master Bela Diri, dialah penerus Desert Dust pasca pensiun Han Wenqing. Tim Dominant Hero tidak menyembunyikan fakta ini - memang begitulah gaya mereka yang transparan dan tegas, dari level atas hingga bawah.
Song Qiying bangga dengan penunjukan ini, namun tak menutupi preferensinya. Meski menyukai kelas Master Bela Diri, gaya bermainnya justru lebih terinspirasi dari Wakil Kapten Zhang Xinjie.
Hati-hati, teliti, tanpa celah.
Gaya sistematis ini mungkin dianggap kurang semangat oleh banyak orang, tapi menurut Song Qiying justru keren - mungkin karena sifat alaminya yang memang demikian.
Dominant Hero tidak memaksakan gaya tertentu padanya, dan dia pun tidak meniru Zhang Xinjie secara buta. Namun perkembangan alaminya membuat semua anggota menjulukinya "Zhang Xinjie mini".
Song Qiying tidak keberatan. Selama itu berasal dari gayanya sendiri, bukan sekadar tiruan.
Tapi... masih belum cukup!
Sambil mengintrospeksi pertandingan, Song Qiying mencari kekurangan dalam dirinya. Saat itu, pemain penekan formasi yang bertahan untuk Dominant Hero telah berdiri.
Han Wenqing, hanya Han Wenqing, harus Han Wenqing.
Dia bisa melakukan sedikit pengunduran diri yang wajar. Tapi jika di playoff krusial bahkan tidak tampil di arena pertandingan sama sekali, fans Dominant Hero pasti akan sangat kecewa, dan para pemain Dominant Hero mungkin juga akan merasa cemas.
Kapten selama sepuluh tahun, pilar selama sepuluh tahun.
Jika bicara pengaruh terhadap tim, Han Wenqing jelas yang terdepan. Bahkan musuh bebuyutannya Ye Xiu, di akhir masa di Jia Shi pun punya akhir yang tidak menyenangkan. Di antara pemain generasi baru, Wang Jiexi mungkin yang paling mendekatinya. Pengaruhnya di Tim Micrograss juga sedang di puncak ketenaran. Tapi dibanding Han Wenqing, dia masih kalah sedikit.
Han Wenqing menggunakan semangat dan karisma pribadinya untuk mempengaruhi seluruh tim. Gaya Dominant Hero yang seperti sekarang ini, tidak bisa dipungkiri terbentuk karena sejak awal inti dan kapten mereka adalah pemain bergaya seperti ini, lalu terus dipertahankan hingga kini.
Tapi Wang Jiexi di Micrograss? Dia mengubah gayanya sendiri, berintegrasi dengan tim, dan akhirnya meraih dua gelar juara bersama tim. Dari segi prestasi, dua gelarnya memang lebih baik dibanding satu gelar Han Wenqing. Tapi dari segi pengaruh terhadap tim, jelas dia masih kalah dari Han Wenqing.
Kini, sang kapten sepuluh tahun ini berdiri dari kursinya, untuk kesekian kalinya bersiap menjaga gerbang paling krusial bagi Dominant Hero.
Fans berat Dominant Hero yang datang dari jauh tiba-tiba seperti tersulut, bersorak histeris. Han Wenqing juga tidak mengecewakan ekspektasi fans, mengulurkan lengan dan mengepalkan tinju ke arah tribun tim tamu.
Sorakan semakin keras. Saat itu Song Qiying sudah turun dari panggung dan sedang berjalan mendekati Han Wenqing.
Tinju Han Wenqing segera turun, diayunkan ke arahnya. Song Qiying segera paham, langsung mengulurkan lengannya juga.
Tinju bersamaan!
"Kapten semangat!" seru Song Qiying dengan lantang.
"Hmm." Han Wenqing mengangguk, lalu berjalan maju menuju lapangan.
Dominant Hero sedang dalam posisi kurang menguntungkan. Setelah akhirnya mengalahkan Song Qiying, Qiao Yifan hanya kehilangan 61% HP, masih tersisa 39%.
Keuntungan ini terbilang cukup signifikan. Tapi saat Han Wenqing berjalan ke lapangan, di mata fans berat Dominant Hero di tribun sama sekali tidak terlihat kekhawatiran, yang ada hanya keberanian luar biasa.
Semua tahu setiap pertandingan pasti ada yang menang dan kalah.
Yang terpancar dari mata fans Dominant Hero bukanlah keyakinan akan kemenangan mutlak. Yang Han Wenqing berikan pada mereka adalah keteguhan hati. Mereka yakin sepenuhnya: selama orang ini ada, meski kalah, semangat juang dan keyakinan mereka takkan pernah padam. Selama orang ini ada, mereka mungkin kalah dalam jumlah, tapi takkan pernah kalah dalam formasi!
"Dominant Hero, bukanlah tim yang takut dengan kegagalan. Di awal musim liga, mereka tiga kali tersingkir di playoff oleh Tim Jia Shi. Tim Jia Shi dan Ye Xiu dijuluki sebagai penangkal mereka. Tapi apa akibatnya? Di Musim ke-4, tepat di final kejuaraan panggung tertinggi Glory, mereka mengalahkan Jia Shi dengan telak, membuktikan diri. Fans lama Dominant Hero takkan pernah melupakan hari itu, hari yang menjadi penjelmaan sempurna jiwa Dominant Hero.
Tak gentar gagal, terus mendaki puncak. Dominant Hero telah melewati sepuluh tahun di bawah kepemimpinan pria ini. Kini, dia kembali memimpin Dominant Hero mendaki puncak itu, kembali berdiri di lapangan.
Di siaran televisi, Pan Lin sedang berorasi penuh emosi tentang semua ini. Mantan partner-nya Li Yibo yang berasal dari Dominant Hero pernah mengalami era itu. Meski kini tak lagi tajam membaca teknik dan strategi, semangat Dominant Hero takkan terlupa karena dia juga pernah menjadi bagian dari tim yang gila-gilaan di musim itu. Mendengar pidato emosional Pan Lin, darah Li Yibo pun mendidih, sampai ingin berlari ke arena, menggenggam mouse dan keyboard lagi, bertarung habis-habisan!
"Baik, pertandingan akan segera dimulai. Kapten Dominant Hero selama sepuluh tahun Han Wenqing, akan menjamu pemain baru Xingxin Qiao Yifan," ujar Pan Lin.
Qiao Yifan meski sudah terdaftar di Musim ke-8, tapi karena baru muncul di pertandingan resmi musim ini, dia masih disebut sebagai pemain baru.
Awal pertandingan tidak ada perubahan, tetap langsung menuju ke kastil tua di tengah. Keberanian dan ketegasan Han Wenqing hampir bisa dilihat dari pergerakan karakternya. Desert Dust bergerak begitu lurus, melesat langsung ke depan.
Di depan dan belakang kastil, ritme yang sama.
Qiao Yifan masih mengoperasikan Yicunhui masuk melalui pintu depan, kemudian dengan cepat sampai lagi di lokasi pertempuran sebelumnya.
"Apakah Qiao Yifan masih ingin menjadikan tempat ini sebagai medan tempur?" kata Pan Lin. Setelah menonton pertandingan sebelumnya, semua orang sudah paham betapa nyaman area ini untuk performa Ghostblade. Ukuran ruangan dan tata letak kamar sekeliling dimanfaatkan secara maksimal melalui pergerakan Yicunhui.
Apa itu Keunggulan Kandang?
Inilah contohnya.
Pemanfaatan medan tempur mencapai tingkat yang tak tertandingi.
Sehebat ini, pasti para pemain Dominant Hero yang duduk di bawah panggung sudah melihatnya, termasuk Han Wenqing. Tapi sekarang Qiao Yifan masih ingin menjadikan tempat ini medan tempur? Bukankah ini terlalu memaksakan? Melihat efisiensi pemanfaatannya, apakah Han Wenqing akan mengikuti keinginannya bertarung di sini?
Hmm...
Han Wenqing?
Keraguan ini tiba-tiba terhenti ketika menyentuh nama itu.
Keputusan yang tampak tidak rasional ini, jika dibuat oleh Han Wenqing, tiba-tiba terasa bisa diterima.
Karena dia selalu seperti ini, tahu ada harimau di gunung tapi nekad mendaki. Bagi orang lain ini tindakan tidak rasional, tapi dia justru bisa membuka konsekuensi dengan digas habis-habisan.
Qiao Yifan kembali menyiapkan jebakan di area ini. Pemain kebanyakan mungkin tak akan datang, tapi Han Wenqing? Bisa saja dia nekat masuk. Mungkin Qiao Yifan sudah menghitung sifat keras kepala lawannya ini sehingga membuat rencana sepihak seperti ini?
Semua pun menengok ke arah Han Wenqing. Desert Dust memasuki pintu belakang kastil dan melakukan pencarian dengan presisi sempurna. Tak lama lagi dia akan tiba. Kali ini Qiao Yifan tak perlu membelah papan pintu lagi, jadi tak ada notifikasi suara untuk Han Wenqing. Yicunhui langsung bersembunyi di ruangan ini, siap tempur.
Karena satu tembok rubuh, dua ruangan menyatu menjadi lebih luas. Entah dari sisi mana Desert Dust akan masuk, Qiao Yifan tak tahu pasti. Yicunhui hanya mengendap di sudut, mencakup sebanyak mungkin arah untuk penyergapan.
Tak perlu menunggu lama, Qiao Yifan mendengar suara langkah kaki.
Langkah-langkah itu tanpa tedeng aling-aling, menginap apa pun mengeluarkan suara sesuai objeknya. Semakin dekat, semakin dekat.
Prak!
Suara keras tiba-tiba membuat Yicunhui yang sedang menempel di tembok merasakan getaran.
Suara ini sangat akrab bagi Qiao Yifan. Di round sebelumnya, Song Qiying mengoperasikan karakter hingga 160+ kali mengeluarkan suara seperti ini.
Karakter Desert Dust milik Han Wenqing juga sedang meninju tembok?
Baru saja Qiao Yifan berpikir, Pak! Suara pukulan kedua sudah bergema.
Qiao Yifan sudah memperkirakan arah suara, saat memutar kamera, Doron! Tembok yang dituju sudah berlubang.
Tiga pukulan langsung membuat lubang?
Tentu ini bukan karena damage serangan Desert Dust yang luar biasa, melainkan tembok yang ditinju sudah rapuh.
Setelah puluhan kali pertempuran di dalam benteng, terutama di lantai satu, perabotan kamar sudah compang-camping. Tembok juga sudah rusak di banyak tempat selama proses ini. Han Wenqing jelas mencari bagian yang paling parah kerusakannya, tiga pukulan langsung menghancurkannya.
Sedang meluapkan emosi?
Awalnya semua orang juga berpikir begitu!
Tapi tak lama, Desert Dust dan Yicunhui saling berpandangan melalui lubang.
Melihat formasi posisi Yicunhui, Han Wenqing langsung paham strateginya. Akankah dia nekat maju dan bertarung dengan Qiao Yifan di medan tempur yang dikuasainya?
Pedang Snow di tangan Yicunhui mulai berkilauan, tapi Desert Dust hanya meliriknya melalui lubang sebelum pergi.
Pak! Pak! Pak! Pak! Beberapa pukulan lagi, tembok rapuh kembali berlubang. Posisi diubah, tinju lagi...
Suara pukulan bergelombang membentuk lingkaran. Ekspresi Qiao Yifan berubah perlahan saat mendengarnya.
“Song Qiying, itu cuma mau merobohkan satu tembok, Han Wenqing, ini bersiap langsung menghancurkan kastil tua ini?”
