""Hehe, Xiao Han, kau masih hijau.""
"Pesan terakhir Wei Chen di channel publik arena ini cukup membuat semua pemain Glory hampir muntah darah."
"Kalau Han Wenqing masih dianggap hijau, lalu siapa yang berani menyebut diri matang di Glory? Si pembual ini benar-benar tak pakai logika!"
"Tapi ini kandang Xingxin. Sebagai fans Xingxin, saat ini pantas untuk tertawa."
"Fans Dominant Hero jengkel. Kalah bukan hal baru, tapi kalah dari si pemalas ini benar-benar memuakkan. Apalagi yang kalah adalah Kapten mereka yang paling dihormati, Han Wenqing."
"Tak ada yang menyalahkan Han Wenqing. Mereka telah melihat keberanian dan nyali sang Kapten yang tetap konsisten. Hanya lawannya yang terlalu licik, penuh jebakan, dan tak punya batas bawah..."
“Dalam arti tertentu, orang seperti ini adalah penangkal bagi gaya bermain jujur Han Wenqing!”
Arena pertandingan telah berakhir, kedua pemain keluar dari kursi pertandingan. Wei Chen tampak penuh semangat, melambaikan tangan, dengan muka tebal berjalan mengelilingi arena sepenuhnya. Saat melewati tribun penonton tim tamu, suara hinaan gila-gilaan tak mampu meredakan senyumannya, malah membuatnya tersenyum lebih lebar sambal melambaikan tangan lebih antusias ke arah penonton tim tamu.
Petugas keamanan live langsung tegang--itu kan fans Dominant Hero, memprovokasi mereka sama saja bunuh diri! Mereka buru-buru menambah personel di area ini untuk berjaga-jaga sambil mengirim orang untuk membujuk Wei Chen merayakan dengan lebih rasional.
Wei Chen cukup menurut. Ia segera menyelesaikan tur kemenangannya dan kembali ke area pemain Xingxin. Seluruh anggota Xingxin telah berdiri menyambut pahlawan yang memenangkan Ronde Penentuan ini.
“Duduk saja, duduk saja.” Wei Chen penuh wibawa melambaikan tangan ke arah semua orang.
Semua tertawa. Saat ini tak ada yang mengkritik karena mereka semua paham betapa penting dan sulitnya kemenangan ini bagi Wei Chen.
“Selanjutnya serahkan pada kalian.” Lanjut Wei Chen. Selanjutnya adalah pertandingan tim besar, dan namanya tidak ada di daftar pemain.
“Tenang saja.” Ye Xiu mengangguk.
“Huu…” Wei Chen menarik napas panjang, menoleh ke arah layar besar elektronik.
Segala yang telah ia capai, kemenangan yang ia perjuangkan, semuanya tercatat dengan jelas di sini. Mungkin ini bukan kemenangan paling gemilang yang pernah ia raih, tapi justru yang paling memuaskan. Waktu tak mungkin menghentikannya di momen ini, namun semua yang terjadi sekarang, ia yakin takkan terlupakan sampai mati.
Arena pertandingan berakhir, Xingxin unggul satu poin individu. Peningkatan semangat pasukan pasca kemenangan jelas terlihat, namun dari sudut pandang pertempuran nyata, keunggulan satu poin individu terhadap pengaruh pertandingan tim biasanya dianggap sangat kecil.
Kedua tim tidak kembali ke ruang persiapan, langsung menyusun strategi untuk pertandingan tim di luar arena.
Pertandingan baru saja dimulai!
Nada mobilisasi kedua tim justru serupa. Bagi Xingxin, ini untuk mengingatkan semua agar tak lengah karena kemenangan di arena. Sementara bagi Dominant Hero, tentu untuk menyemangati agar tak terpengaruh kekalahan di arena. Inti pesan kedua tim sama: keunggulan satu poin individu bukanlah apa-apa.
Suasana kedua tim cukup tegang. Wei Chen yang awalnya membual tentang kemenangannya, segera menutup mulut dan serius menganalisis strategi pertandingan tim bersama yang lain.
Waktu berlalu cepat. Wasit sudah berkeliaran di luar arena, terus melihat jam, bersiap mengingatkan kedua tim untuk naik ke panggung.
Tim Dominant Hero yang kalah satu poin di arena, bangun lebih dulu. Tanpa menunggu panggilan wasit, mereka berinisiatif berjalan menuju arena.
Han Wenqing, Lin Jingyan, Zhang Jiale, Qin Muyun, Zhang Xinjie, dan orang keenam Bai Yanfei.
Ini adalah formasi Tim Dominant Hero yang menantang juara sepanjang musim lalu, juga susunan utama yang diharapkan publik. Namun di musim ini, ketiga pemain Han Wenqing, Lin Jingyan, dan Zhang Jiale mulai menerapkan sistem shift, ditambah kemunculan rookie Song Qiying, membuat formasi ini jarang tampil. Bahkan di babak pertama playoff, mereka sama sekali tidak menggunakannya.
Tapi sekarang, menghadapi Xingxin di tandang babak pertama, Dominant Hero akhirnya memakai formasi penantang juara musim lalu ini.
Fans berat Dominant Hero langsung bertepuk tangan dan histeris, meneriakkan "Semangat!" untuk tim mereka.
Di sisi Xingxin? Kapten Ye Xiu hanya menyapu pandangan sekilas ke arah sana saat sorak-sorai terdengar, lalu berbalik melanjutkan instruksinya.
Waktu memang hampir habis. Setelah beberapa patah kata, Ye Xiu pun selesai berbicara.
"Ayo maju!" Dengan sambutannya, para pemain Xingxin pun berdiri.
Ye Xiu, Su Mucheng, Fang Rui, Tang Rou, An Wenyi - semuanya adalah pilihan yang tidak mengejutkan. Tapi orang terakhir yang berdiri ini...
"Siapa itu?" Pan Lin di siaran langsung bertanya dengan nada ragu-ragu.
"Luo Ji? Xingxin mengerahkan Luo Ji?" teriak Pan Lin.
Nama "Luo Ji" sendiri terasa asing di lidahnya, karena hampir tak pernah ia sebut dalam program siaran sebelumnya.
Pada pertandingan reguler, Xingxin sangat jarang mengirim Luo Ji untuk tampil, hingga menjelang akhir musim, Luo Ji baru mendapatkan lebih banyak kesempatan bermain.
Tapi Luo Ji berbeda dengan Wei Chen. Ketika Wei Chen tiba-tiba mulai tampil di akhir musim, semua orang mengira ini untuk menyesuaikan status permainan demi persiapan playoff. Tapi Luo Ji? Sebagai rookie dan pemain muda, keikutsertaannya secara alami dianggap sebagai upaya mengakumulasi EXP melalui lebih banyak pertandingan selama kondisi memungkinkan.
Dari kesempatan tampil yang terbatas, orang bisa melihat Luo Ji memiliki beberapa kualitas, tapi levelnya belum bisa dibilang istimewa.
Mungkin dia calon pemain berbakat, tapi saat ini masih perlu pertumbuhan.
Secara umum, orang-orang berpikir demikian.
Tapi kini, Luo Ji membelalak muncul dalam daftar formasi tim pertandingan kandang Xingxin melawan Dominant Hero di babak kedua playoff.
"Jangan-jangan salah masuk data?" Pan Lin masih meragukan kemungkinan ini, mungkin Luo Ji hanya kebetulan sedang berdiri?
Namun tidak.
Layar besar di lokasi pertandingan kini menampilkan daftar formasi kedua tim. Nama Luo Ji tidak hanya tercantum, tapi bahkan masuk dalam formasi starter lima orang, sementara Xingxin menempatkan Tang Rou sebagai orang keenam.
Playoff bukan tempat untuk akumulasi EXP bagi rookie. Di medan perang ini, setiap tim ingin mengeluarkan semua senjata mereka.
Lalu, apakah Luo Ji adalah senjata rahasia yang dipersiapkan Xingxin di kandang untuk melawan Dominant Hero?
Di lokasi live, pembicaraan berlangsung ramai, di internet juga penuh dengan diskusi. Pan Lin meminta Li Yibo untuk membagikan pandangannya. Li Yibo bergumam lama-lama, intinya menjelaskan gaya permainan Luo Ji. Mengenai maksud mengirimnya bertanding, Li Yibo sama sekali tidak memberi penjelasan jelas.
Kedua tim berbaris, bertemu di arena.
Yang pertama berjabat tangan tentu saja kapten kedua tim.
Sebagai rival selama sepuluh tahun, kedua tim telah bertemu empat kali di medan perang playoff. Di medan yang sama, terjalin perseteruan yang tak terselesaikan.
Pada Musim ke-5, 6, dan 7 berikutnya, kedua tim tak pernah bertemu lagi. Performa Jia Shi mulai merosot, Han Wenqing juga mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan. Segalanya seolah memberitahu: era kedua orang ini telah berakhir, Liga Glory sekarang adalah milik generasi muda.
Kemudian di Musim ke-8, Ye Xiu pensiun dan benar-benar meninggalkan panggung ini. Han Wenqing menjadi satu-satunya pemain generasi pertama yang masih bertahan.
Musim itu, Tim Dominant Hero tereliminasi cepat di playoff. Orang-orang menghela nafas, seolah menyaksikan sebuah era yang benar-benar berakhir.
Tapi di Musim ke-9, Tim Dominant Hero menggaet beberapa veteran dan akhirnya kembali ke panggung tertinggi Glory.
Lalu di Musim ke-10, Ye Xiu memimpin tim baru hasil rekruitmennya sendiri, kembali ke liga melalui Kompetisi Rookie.
Hingga kini, kedua orang ini kembali berjabat tangan di medan perang tempat perseteruan mereka bermula...
Apakah era itu telah kembali?
Melihat adegan ini, beberapa fans lama Glory merasa agak bingung. Duel antara dua orang ini pernah menjadi kenangan di suatu era! Semua orang mengira era itu sudah berakhir, tapi bagaimana bisa mereka bertemu lagi di sini?
"Ada kemajuan ya!" kata Ye Xiu sambil menjabat tangan Han Wenqing. Meski merupakan lawan, dialah yang mungkin paling memahami pria di hadapannya. Untuk mengalahkannya, dia pernah mengerahkan seluruh kemampuan berpikir dan tenaganya. Dia familiar dengan kesadaran, operasional, dan teknik Han Wenqing. Sedikit perubahan saja bisa langsung terdeteksi.
"Loner-mu juga tidak buruk," ujar Han Wenqing. Memang ada perubahan pada dirinya, tapi dibandingkan transformasi radikal si pemalas ini, perubahan Han Wenqing tidak ada artinya. Di akhir karirnya, Ye Xiu malah meninggalkan Battle Mage yang menjadi spesialisasinya dan beralih ke profesi aneh bernama Loner. Tapi Han Wenqing lebih yakin daripada siapapun: Loner mungkin benar-benar cocok untuk Ye Xiu. Seperti pemahaman Ye Xiu terhadap dirinya, dia juga tahu betapa mengerikannya Ye Xiu.
Julukan "Ensiklopedia Hidup Glory" sama sekali tidak berlebihan. Kemampuannya justru lebih kuat dari yang dibayangkan.
"Masih ada waktu untuk takut sekarang," canda Ye Xiu.
"Kau berbicara padaku?" Han Wenqing bersuara dingin. Takut? Kapan kata itu pernah ada dalam kamusnya?
Ye Xiu tersenyum, tidak berkata apa-apa lagi, dan melanjutkan jabat tangan satu per satu dengan anggota tim Dominant Hero: Zhang Xinjie, Zhang Jiale, Lin Jingyan... Semuanya adalah lawan lama yang sangat ia kenal. Era yang disebut-sebut "masa keemasan" itu tak mungkin benar-benar hanya dibangun oleh dua orang. Banyak orang mungkin telah meninggalkan arena ini, tapi siapa tahu mereka masih mengawasi dari sudut tertentu di dunia ini, memperhatikan para pemalas yang masih bertarung di lapangan?
Berbalik, kedua tim berjalan menuju kursi pertandingan mereka. Karakter satu per satu mulai loading. Beberapa karakter ini sudah sangat familiar di telinga orang, sementara yang lain baru mulai mencuat di musim ini. Mungkin dibandingkan para pemain, karakter-karakter inilah yang lebih mampu membawa sejarah Glory. Ketika suatu hari nanti Ye Xiu, Han Wenqing, Zhang Jiale dan kawan-kawan sudah tak ada di lapangan, karakter yang pernah mereka gunakan akan selamanya mengabadikan segala jejak yang ditinggalkan.
Playoff babak kedua, kandang Xingxin melawan Dominant Hero, pertandingan tim, dimulai!
Babak 1.503: Transfer Gaya dan Aura
Peta yang dipilih untuk pertandingan tim: Hutan Wangyue.
Begitu nama peta diumumkan, komentator Pan Lin dan Li Yibo langsung memulai penjelasan.
Hutan Wangyue, meski bernama hutan, faktanya hutan hanya menjadi batas peta. Adegan sebenarnya adalah desa kecil yang dikelilingi hutan. Meski kaya konten, tata letak desa relatif sederhana, tidak serumit peta kota dengan jalan-jalan berliku. Seluruh desa hanya memiliki empat area bangunan utama.
Di sudut barat daya terdapat toko pandai besi, timur laut ada toko kelontong, tenggara gudang, dengan menara pengawas tinggi. Di barat laut terdapat area permukiman dengan banyak rumah yang dibangun di atas pohon, terkadang dihubungkan dengan jembatan gantung antar pohon.
Di luar area bangunan, terdapat kolam di selatan yang tidak terlalu luas. Utara adalah altar desa, area terluas di seluruh permukiman. Beberapa pohon besar berdaun rindang tersebar di desa, meski tidak membentuk hutan, tapi menjadi perlindungan dan penghalang.
Secara keseluruhan, ini bukan map untuk baku hantam frontal. Di playoff yang merupakan situasi besar, jarang tim memilih map sederhana. Semua berusaha memaksimalkan keunggulan map, memilih dengan matang map yang mengandung elemen cocok untuk tim mereka sendiri.
Setelah memperkenalkan map, Pan Lin dan Li Yibo tentu harus menganalisis keunggulan kandang Xingxin di map ini. Topik ini jelas lebih sulit daripada penjelasan map. Pan Lin lebih banyak bertanya, sementara wewenang analisis diserahkan ke Li Yibo. Dengan memaksakan diri, Li Yibo menganalisis sambil sesekali tertawa "haha" untuk menutupi ketidakpercayaan dirinya.
Pertandingan mulai dimuat selama penjelasan mereka, dan resmi dimulai.
Xingxin muncul di sudut barat daya, dikelilingi pohon di tiga sisi dengan arah timur laut terbuka. Di ujung pandangan terlihat toko pandai besi. Tim Dominant Hero muncul di diagonal Xingxin - timur laut, titik kemunculannya mirip dengan sudut barat daya: tiga sisi dikelilingi pohon, barat daya terbuka menampakkan toko kelontong.
Kedua tim berangkat menyusuri satu-satunya arah. Tak lama kemudian, di sisi timur Tim Xingxin muncul kolam danau yang beriak jernih, sementara di sisi barat Tim Dominant Hero, altar megah dengan celah kosong perlahan terungkap.
Sebagai tim tuan rumah, aksi Tim Xingxin tentu sudah direncanakan sebelumnya. Sejak kemunculan kolam danau, arah selanjutnya pun telah ditentukan. Seluruh tim Xingxin akhirnya bergerak ke arah barat laut, menuju area permukiman tersebut.
Sementara Tim Dominant Hero, setelah memiliki arah pilihan, justru memperlambat gerakan terkoordinasi mereka secara menyeluruh.
Sebagai tim tamu yang kurang familiar dengan map dibanding tim tuan rumah, memperlambat ritme memang hal biasa. Tapi bagi Tim Dominant Hero, sikap hati-hati yang berlebihan dalam situasi seperti ini sangatlah langka.
Di satu sisi, ini menunjukkan Tim Dominant Hero benar-benar sangat menghormati Xingxin. Di sisi lain, juga terlihat bahwa perubahan tidak hanya dilakukan Han Wenqing, melainkan seluruh tim mereka di bawah bimbingan Kapten inti mereka yang sedang mengubah ritme permainan khas mereka.
Li Yibo yang merupakan mantan anggota Dominant Hero langsung menyadari penyesuaian ini dengan cepat, lalu membahasnya dengan penuh percaya diri. Adapun Keunggulan Kandang Xingxin dalam memanfaatkan map ini, serta maksud memilih Luo Ji dalam formasi kali ini, untuk sementara tidak dibahas lebih lanjut...
Kedua tim bergerak terpisah, tidak saling melihat, menciptakan suasana seperti pertanda badai. Tim Xingxin bergerak dengan tekad bulat, segera tiba di area permukiman. Mereka menyamar tanpa ragu-ragu, namun akhirnya hanya menyisakan Jun Moxiao milik Ye Xiu yang tidak menyusup ke permukiman, melainkan menyusuri jalan di sisi ini menuju podium.
Semua orang sontak terkejut.
Dominant Hero yang biasanya sangat hati-hati, setelah mempertimbangkan, akhirnya memilih menuju podium. Di siaran televisi, Li Yibo sedang menjelaskan bahwa podium dengan medan terbuka ini bisa mengurangi tekanan taktis peta bagi Dominant Hero untuk sementara.
Namun sementara mereka membahas Dominant Hero, Ye Xiu justru lebih dahulu dan lebih tegas bergerak ke arah podium.
Maka ketika seluruh tim Dominant Hero mulai bergerak ke arah sini, sosok Jun Moxiao segera muncul dalam visi mereka.
Kreek! Kreek! Kreek!
Sisi Dominant Hero langsung riuh dengan suara senjata bertalu-talu. Zhang Jiale yang paling aktif, bahkan sudah mulai menyuruh Hundred Blossoms Spectacle memuat magazin.
Han Wenqing yang selalu jadi pertama menerobos ke depan, justru tetap tenang menghadapi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun. Alih-alih langsung menyerbu, malah menghentikan langkah.
Saling berhadapan, lima lawan satu, bahkan dalam status saling berhadapan. Dominant Hero tak kunjung serentak menyerbu.
"Dominant Hero menunjukkan kinerja yang cukup waspada dan tenang." Pan Lin sengaja menekankan kata "cukup" dengan sangat kuat.
"Kenapa, tidak ada yang datang?" Melihat Dominant Hero tidak bergerak, mereka yang sangat familiar dengan Tim Dominant Hero langsung memulai provokasi.
"Tapi dengan formasi veteran Dominant Hero ini, ditambah pengenalan mendalam terhadap karakter Ye Xiu, provokasi kecil seperti ini sama sekali tidak digubris. Kelima anggota Dominant Hero masing-masing sibuk dengan tugasnya. Zhang Jiale dan Qin Muyun yang merupakan spesialis Senjata Jarak Jauh telah menyebar ke sayap kiri-kanan, memperluas visi pengintaian sekaligus membentuk sudut serangan terhadap Jun Moxiao. Han Wenqing, Lin Jingyan, dan Zhang Xinjie membentuk formasi segitiga terbalik: Desert Dust dan Leng An Lei maju di depan, sementara Shi Buzhuan milik Zhang Xinjie berada di belakang, bergerak maju perlahan."
"Tidak seperti dulu yang langsung menyerbu dengan momentum menggunting batu, kini mereka mengembangkan formasi perlahan-lahan menunjukkan ketahanan bak air menetes melubangi batu. Dominant Hero yang berubah ini benar-benar membuat orang hampir tak mengenali."
"Ye Xiu tidak melanjutkan omong kosongnya. Jun Moxiao mulai mundur."
"Dia harus mundur."
"Formasi Dominant Hero yang terpecah ini terlihat hanya beberapa pergerakan dan rotasi posisi sederhana. Namun dari pandangan Ye Xiu, formasi ini memiliki pengaruh besar di area serangan dan pertahanan, dengan fleksibilitas konsentrasi penuh di tengah yang bisa langsung melancarkan serangan frontal khas Dominant Hero dalam sekejap."
"Lumayan juga."
"Hanya beberapa pergerakan saja, tapi sudah membuat Ye Xiu mengeluarkan pujian. Karena dia tahu, formasi ini akhirnya memaksimalkan sepenuhnya bakat Zhang Xinjie. Gaya bermainnya yang dulu terasa tidak cocok dengan aura Dominant Hero, setelah serangkaian penyesuaian, mulai terintegrasi sempurna."
"Zhang Xinjie, salah satu dari Empat Master Strategi."
Zhang Xinjie yang sejak pertama kali masuk liga langsung meraih gelar juara liga sebagai anggota utama.
Kemampuannya masih jauh belum dikembangkan sepenuhnya!
Ye Xiu menarik diri.
Tanpa melakukan percobaan apapun, langsung memilih untuk membuat Jun Moxiao mundur.
Tegas, pasti, namun meninggalkan keraguan untuk Dominant Hero.
Jun Moxiao datang sendirian menghadapi musuh, tentu bukan untuk lawan lima sekaligus. Xingxin pasti punya strategi tertentu, semua orang pasti bisa menebak ini.
Dominant Hero kurang familiar dengan map, jadi tidak bisa sembarangan menilai bentuk penyergapan yang mungkin dirancang Xingxin. Karakter Zhang Jiale dan Qin Muyun mengintai kedua sayap, mengkonfirmasi tidak ada kemungkinan serangan dari dua sisi. Rute belakang baru saja dilewati Dominant Hero, berdasarkan perhitungan waktu sejak awal pertandingan, belum mungkin terjadi flanking dari belakang.
Dengan demikian, kemunculan solo Ye Xiu sebagai umpan, pasti ada penyergapan di belakangnya. Sekarang dia mundur tegas, Dominant Hero yang mengejar pasti akan masuk perangkap. Tapi jika tidak mengejar, terus menunda-nunda justru memberi waktu Xingxin menyelesaikan flanking.
Medan di kedua ujung sudah dikonfirmasi Zhang Jiale dan Qin Muyun. Podium sengaja dibuat dataran luas, tapi di sekeliling podium banyak spot potensial untuk penyergapan. Ukuran podium tidak terlalu besar, dengan memanfaatkan perlindungan di sekitarnya, membentuk penyergapan yang sangat mengancam.
Jika Dominant Hero diam, apakah Xingxin akan memanfaatkan momentum untuk menyelesaikan pengepungan ini?
Tak ada yang bisa benar-benar membaca niat sebenarnya kedua tim. Semua hanya bisa mengetahui apa yang terlihat di depan mata.
Dominant Hero tidak bergerak, di sisi Xingxin, juga tetap diam.
"Dominant Hero tidak mengejar, sehingga Ye Xiu juga tidak lagi memerintahkan Jun Moxiao untuk mundur. Di sisi lain, empat karakter Xingxin yang bersembunyi di area permukiman warga juga tetap diam."
Pertemuan dua lawan selama sepuluh tahun ini, alih-alih langsung memercikkan api konflik sengit seperti yang dibayangkan semua orang, justru saling menguji dengan penuh kewaspadaan. Padahal, mengingat kedalaman pengenalan mereka, seharusnya tidak perlu lagi tahap pengujian seperti ini - mereka sudah saling memahami hingga ke akar-akarnya.
Hanya saja kini, Ye Xiu memiliki formasi tim yang sama sekali baru. Han Wenqing yang selama bertahun-tahun mempertahankan gaya keras kepala, justru mulai memimpin seluruh tim mencoba pendekatan yang lebih fleksibel.
Dua pemain di akhir karir mereka, dua rival yang telah bersaing selama satu dekade, di tahap final ini justru masih terus-menerus mencari terobosan baru dengan tekun.
Justru karena alasan inilah, saat ini mereka tampak begitu berhati-hati. Keduanya ingin lebih dulu memahami perubahan pada lawannya, daripada terburu-buru memamerkan kemampuan baru mereka.
Ye Xiu tidak mundur, Han Wenqing tidak maju. Setelah saling berhadapan selama sekitar setengah menit, tiba-tiba seluruh tim Dominant Hero menerobos miring ke arah jam 10 di depan mereka.
Gerakan ini begitu cepat bagai angin topan, gaya serangan frontal khas Dominant Hero langsung terpampang jelas dalam sekejap. Saat melakukan penyesuaian strategi, mereka sama sekali tidak meninggalkan senjata andalan yang selama ini menjadi tumpuan.
Namun senjata andalan ini sudah terlalu sering dilihat Ye Xiu. Bahkan alisnya pun tidak berkedip, malah tersenyum kecil melihat serangan ganas mereka.
"Buru-buru ngapain sih, kami bahkan belum mengepung kalian," tulis Ye Xiu di channel.
Niat Dominant Hero, mana mungkin dia tidak melihatnya. Konfrontasi ini sengaja memberi waktu bagi Xingxin untuk menyusun strategi, lalu tiba-tiba melancarkan serangan di tengah proses, memanfaatkan saat formasi pengepungan Xingxin hampir terbentuk namun belum sempurna untuk menghancurkan mereka satu per satu.
"Benar, kamu pasti bisa melihat ini." Zhang Xinjie membalas di channel.
"Lalu apa yang kamu pikirkan?" kata Ye Xiu.
"Pemilihan posisi." jawab Zhang Xinjie.
Ye Xiu tertekan sejenak, memperhatikan posisi seluruh tim Dominant Hero yang kini sudah berada di luar altar. Di belakang mereka terbentang jalan raya yang bisa digunakan untuk maju atau mundur, sementara sisi kiri-kanan dilindungi hutan pohon—jauh lebih baik dibanding posisi terbuka di tengah altar.
Analisis Li Yibo juga menyebutkan hal serupa, namun banyak penonton yang tak terlalu mempedulikannya setelah mendengar.
Hanya segini?
Pikiran itu melintas di benak banyak orang.
Cuma masalah pemilihan posisi, perlu dibuat suasana segawat ini? Sebelumnya Dominant Hero hanya bergerak sembarangan ke area ini, masa Jun Moxiao milik Ye Xiu sendirian bisa dash maju menghalangi?
Penonton mungkin berpikir begitu, tapi Ye Xiu tidak.
Ini memang pilihan sederhana, namun dalam kesederhanaan itu terpancar aura khas Dominant Hero.
Jika dulu gaya permainan Kapten Han Wenqing menjadi pusat yang menyebar ke seluruh tim Dominant Hero, maka di tahun kesepuluh mereka, aura tim ini mulai bergeser mengikuti arah Wakil Kapten Zhang Xinjie.
