Hasil pertarungan telah ditentukan. Tapi bagi arena playoff, Stadion Xiaoshan saat ini terasa sepi. Terlalu banyak orang yang masih belum sadar sepenuhnya. Ini kandang Xingxin, kemenangan besar dengan pembalikan situasi mendadak seharusnya membuat mereka histeris, tapi cara ini membuat mereka masih terus merenung hingga sekarang.
Hingga kedua tim menyelesaikan komunikasi pasca-pertandingan dan mulai berterima kasih pada penonton di lokasi, banyak orang seperti baru tersadar.
Menang!
Mereka benar-benar menang.
Oh oh oh oh!
Sorak-sorai tiba-tiba pecah, klimaks emosi penonton yang terlambat datang ini.
Yu Wenzhou yang duduk di depan televisi menerima telepon dari Huang Shaotian. Tapi setelah diangkat, yang terdengar hanyalah suara riuh ramai dari arena pertandingan. Huang Shaotian, bersama semua penonton, baru mencapai awakening di momen ini.
"Asyik banget!!!" Terdengar teriakan Huang Shaotian yang penuh semangat dari ujung sana.
"Hehe." Yu Wenzhou tersenyum.
"Gimana caranya bikin ini, hah?" Huang Shaotian terus membentak.
"Siapa yang tahu?" Kata Yu Wenzhou.
Benar! Masalah ini siapa yang bisa menjawabnya?
Setelah memberi salam ke penonton di lokasi, pemain dari kedua tim kembali ke ruang persiapan. Setelah istirahat sebentar, konferensi pers pasca pertandingan akan segera dimulai.
Tim Dominant Hero yang kalah tampil pertama. Kapten Han Wenqing, wakil kapten Zhang Xinjie, dan Zhang Jiale bertiga naik panggung. Begitu tiba, para wartawan di bawah sudah terlihat tak sabar. Benar saja, begitu sesi tanya jawab dibuka, wartawan pertama langsung mengajukan pertanyaan tentang pandangan mereka atas pertandingan hari ini, tanpa basa-basi penghibur seperti biasanya.
Pertanyaan yang sangat formal, tapi untuk pertandingan kali ini, semua merasa pertanyaan ini penuh makna dan tepat sasaran.
"Sangat mengejutkan." Jawab Han Wenqing.
Cuma empat kata? Para wartawan jelas tidak puas.
"Bisa ditambahkan penjelasannya?" Ada yang meminta.
"Formasi tim Xingxin di pertandingan tim benar-benar belum pernah ada sebelumnya, di luar dugaan. Kami benar-benar lengah." Yang memberi penjelasan lebih adalah wakil kapten Dominant Hero, Zhang Xinjie.
Meski terkenal dengan tingkat kesalahan yang tinggi, mustahil baginya untuk benar-benar zero error. Ia sendiri tidak menjadikan ini sebagai label, dan tak pernah malu mengakui kesalahannya. Insiden dalam pertandingan tim ini ia kategorikan sebagai "kelalaian". Namun meski ia mendefinisikan demikian, mungkin hanya sedikit pihak luar yang sepakat. Adegan itu mengejutkan bahkan membuat seluruh World Channel Glory terperangah. Tak pantas menyalahkan Tim Dominant Hero karena tak memprediksi ini sebelumnya.
Para wartawan jelas tak akan mengejar hal ini. Salah seorang langsung bertanya: "Kekalahan kali ini, apakah akan mempengaruhi performa Dominant Hero di pertandingan selanjutnya?"
"Saya rasa tidak," jawab Zhang Xinjie dengan nada tegas khasnya. "Rencana sebesar dan serumit ini pasti membutuhkan persiapan pra-pertandingan yang matang. Pertandingan berikutnya adalah kandang kami."
"Dua pertandingan." Han Wenqing menambahkan dari samping.
Zhang Xinjie tersenyum. Pernyataan "dua pertandingan" dari Han Wenqing sama saja mengumumkan kemenangan di pertandingan berikutnya - sesuatu yang juga diharapkannya. Tapi tentu ia takkan membuat pernyataan sepasti itu sebelum benar-benar terjadi. Selain itu, ia harus meluruskan celah dalam pernyataan sang kapten.
"Pertandingan berikutnya adalah kandang kami. Jika kami meraih kemenangan..."
"Jangan pakai 'jika', pasti menang! Baik pertandingan berikutnya maupun setelahnya!" Zhang Jiale kali ini langsung memotong dengan tegas.
Zhang Xinjie merasa tidak berdaya, namun para wartawan semua menatapnya, jelas masih ingin mendengar kelanjutan perkataannya yang belum selesai. Zhang Xinjie pun tidak menekankan "jika" sebelumnya, melainkan melanjutkan "Jika ada pertandingan ketiga, map yang dihasilkan secara acak tidak akan memberi kesempatan Xingxin menyusun strategi seperti ini. Jadi kita tidak perlu khawatir dengan situasi seperti hari ini di pertandingan selanjutnya."
Zhang Jiale di sampingnya menyeringai, jelas tidak puas dengan penggunaan kata "jika" oleh Zhang Xinjie untuk pertandingan ketiga.
Analisis Zhang Xinjie rasional dan metodis. Berdasarkan analisis ini, semua orang menyadari meskipun penampilan Xingxin di pertandingan ini luar biasa mengejutkan, mereka hanya memenangkan satu babak turnamen ini saja. Tidak ada pengaruh strategis untuk pertandingan selanjutnya. Dominant Hero hanya perlu menyesuaikan mental, jangan sampai kekalahan ini mempengaruhi psikologis.
Dan hal ini sulit bagi Tim Dominant Hero? Setiap anggota adalah veteran berpengalaman. Dengan analisis Zhang Xinjie, kekalahan tandang ini hanyalah kekalahan biasa, mana mungkin menggoyahkan semangat pasukan mereka?
Emosi Dominant Hero cukup stabil. Sebagai latar belakang dalam kejadian mengejutkan ini, mereka sepertinya sudah menyesuaikan mental segera setelah pertandingan berakhir. Fokus mereka sudah beralih ke babak berikutnya, bahkan pertandingan setelahnya. Inovasi Xingxin kali ini sama sekali tidak menjadi beban pikiran mereka.
Konferensi pers dari pihak yang kalah sama sekali tidak terasa kecewa atau murung. Inilah Dominant Hero, tidak ada yang bisa menghalangi langkah mereka mengangkat dada maju ke depan.
Tiga orang yang menghadiri konferensi pers kemudian kembali ke ruang persiapan. Semua anggota sibuk membereskan barang-barang mereka, selanjutnya mereka sudah bisa meninggalkan arena pertandingan secara mandiri. Di televisi ruang persiapan, tampak cuplikan Xingxin yang sedang menjalani sesi jumpa pers berikutnya. Tak ada yang sengaja menghindar, sesekali mereka melirik layar sambil menyimak apa yang akan diungkapkan Xingxin.
Perwakilan Xingxin di konferensi pers adalah Ye Xiu, Fang Rui, dan Luo Ji. Bintang hari ini sudah pasti tak perlu dipertanyakan lagi. Begitu ketiganya muncul, lampu kamera langsung berkedip tak henti-henti. Delapan puluh persen fotografer berusaha mengambil close-up Luo Ji yang langsung silau dibuatnya. Ia sama sekali belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
"Selamat atas tiga kemenangan beruntun Xingxin di playoff." Wawancara dengan pihak pemenang biasanya lebih santai dan alami. Tim yang menang umumnya lebih bersedia berbagi cerita, sehingga para wartawan tak terlihat terlalu agresif.
"Setelah Huang Shaotian dari Blue Rain yang terluka parah akibat tertimpa pohon di pertempuran sebelumnya, kali ini Xingxin kembali memanfaatkan titik lemah yang sama!" Topik ini akhirnya muncul juga dalam diskusi.
"Haha, itu sama sekali berbeda. Huang Shaotian itu mendapat akibat perbuatannya sendiri," ujar Ye Xiu.
"Sialan!" Yu Wenzhou yang sedang menonton televisi menerima dua SMS beruntun dari Huang Shaotian: Pertama sebuah umpatan, disusul pesan: "Aku harus menghabisi si pemalas ini. Kau punya algojo rekomendasi?"
Yu Wenzhou hanya tersenyum, tak menggubris. Di lokasi, suasana sudah riuh oleh gelak tawa. Yu Wenzhou bisa membayangkan betapa canggungnya Huang Shaotian saat ini.
“Jadi hari ini adalah persiapan khusus Xingxin?” Seorang wartawan melanjutkan.
“Tentu saja.” Ye Xiu menjawab.
“Bisakah menjelaskan bagaimana hal ini dilakukan? Pasti banyak persiapan sebelum pertandingan ya?” Wartawan melemparkan pertanyaan paling krusial, semua sudut pandang kini terpusat ke Luo Ji.
Tapi tak disangka Ye Xiu menyambar jawaban: “Tidak perlu. Pemain kami punya intuisi khusus terhadap medan tempur. Cuma lihat sekilas langsung tahu cara mengaturnya.”
“Apa?” Semua wartawan mulut menganga, sesi tanya jawap mendadak hening.
Luo Ji berkeringat dingin, Luo Ji berkeringat air terjun, Luo Ji berkeringat Air Terjun Iguazu.
Benar-benar dijawab seperti ini?!
Luo Ji cemas mengintip Ye Xiu, yang justru terlihat sangat tenang dan meyakinkan.
Lihat sekilas langsung tahu? Mana mungkin punya kemampuan setan seperti itu? Untuk menciptakan kerusakan presisi ini, kertas coretannya saja sudah bertumpuk, ditambah data statis berbagai material game dari Guan Rongfei. Ini strategi yang dipersiapkan lama, terlalu sayang dipakai di pertandingan reguler. Baru di playoff seperti inilah efek penentunya bisa maksimal.
Sebelum datang ke konferensi pers, Ye Xiu sudah memperingatkannya untuk berbicara seperti ini. Awalnya dia mengira Ye Xiu sedang bercanda! Tapi sekarang, dia melihat sendiri bagaimana Ye Xiu dengan santainya berbohong di depan deretan lensa wartawan media.
"Bisa melakukannya dengan mudah? Kemampuan macam apa ini?!" Para wartawan yang sadar kembali langsung memfokuskan perhatian pada Luo Ji, bahkan menyapanya dengan sebutan "Anda". Luo Ji semakin gugup, terpaksa melanjutkan kebohongan dengan terbata-bata: "Eh, saya memang selalu tertarik pada aspek medan tempur di Glory. Mungkin ini kombinasi dari EXP, intuisi... ya, kurang lebih seperti itu."
Keahlian para wartawan dalam membaca ekspresi tak terbantahkan. Meski Ye Xiu tampil penuh kewibawaan, raut muda Luo Ji terlihat sedikit panik. Tapi mereka juga berpikir: wajar saja seorang rookie merasa gugup saat tiba-tiba dikepung seperti bintang. Jadi... benarkah klaim ini?
Keraguan masih menyelimuti para wartawan, namun Yu Wenzhou di depan layar siaran sudah tertawa geli. Mustahil! Jelas-jedar ini cuma bujukan kosong. Mana mungkin ada orang bodoh yang percaya?
Di ruang persiapan tim tamu, Tim Dominant Hero belum beranjak. Saat rekaman ini diputar, suasana mendadak hening. Song Qiying buru-buru mendekati Zhang Xinjie: "Wakil Kapten, Senior Ye Xiu bilang ini bukan persiapan matang cuma rencana dadakan. Kalau begitu, kemampuan mereka bertarung di tandang juga...?"
“Bodoh, mana bisa dipercaya, itu cuma si Ye Xiu yang sedang membuat keributan saja.” Zhang Jiale langsung menghampiri Song Qiying untuk menegur.
“Benarkah?” Song Qiying tampak bingung, tetap menyaksikan siaran dan mendengar penjelasan Luo Ji selanjutnya.
“EXP dan intuisi?” gumam Song Qiying sambil melirik diam-diam ke arah Zhang Jiale.
“Lihatlah ekspresinya, pasti diajari Ye Xiu untuk berkata begitu!” Zhang Jiale berkata pada Song Qiying.
Song Qiying diam seribu bahasa, memandang Zhang Xinjie.
“Apakah benar ada EXP dan intuisi semacam itu?” ujar Zhang Xinjie.
“Kamu juga ikut-ikutan bodoh ya?” Zhang Jiale nyaris tak bisa berkata-kata.
“Informasi di bidang ini sangat kurang, mungkin perlu dilakukan evaluasi ulang.” kata Zhang Xinjie.
