Ronde ketiga arena segera dimulai. Xingxin mengerahkan Mo Fan yang baru masuk dengan Destroying Immortality. Di sisi Dominant Hero, Zhang Jiale yang baru saja melalui pertarungan sengit telah menguras banyak tenaga. Hundred Blossoms Spectacle hanya menyisakan HP dan MP sedikit, nyaris tak memiliki kekuatan tempur. Ronde ini sudah tidak memiliki suspense sama sekali.
Meski demikian, Mo Fan tetap mempertahankan sifat hati-hatinya. Setelah pertarungan dimulai, ia tidak terburu-buru mendekat.
Tapi di peta kecil Arena Pertarungan ini, apa yang bisa dilakukan meski tidak mendesak untuk maju?
Chen Guo yang telah mengikuti seluruh musim kompetisi dari jarak dekat, ditambah bimbingan harian dari banyak ahli di sekitarnya, pengetahuannya sudah jauh berbeda dari masa lalu. Melihat dua karakter ini belum bertarung namun sudah mulai berpose, tiba-tiba ia menyadari sesuatu.
Peta Arena Pertarungan dan Perlawanan Frontal Kuat dari Loner Ye Xiu memang kurang menguntungkan bagi Dominant Hero. Tapi ini adalah arena, peta dipilih untuk digunakan semua orang. Bagaimana dengan anggota Xingxin selain Ye Xiu?
Susunan anggota Xingxin tentu diketahui Chen Guo. Setelah Mo Fan akan bergiliran Su Mucheng, lalu Fang Rui, terakhir Tang Rou.
Gaya bertarung ala kembang api Mo Fan membutuhkan pergerakan maju-mundur dalam radius luas. Kelebihan karakter Artillery God Su Mucheng terletak pada jarak tembak ultra jauh, sementara aliran licik Fang Rui justru semakin efektif di medan tempur yang kompleks.
Tapi sekarang, di Arena Pertarungan...
Tanpa penghalang apapun, dengan ruang terbatas, gaya bertarung dan kelebihan ketiga anggota Xingxin ini terkekang secara signifikan di map kecil ini!
Inilah alasan sebenarnya Dominant Hero memilih Arena Pertarungan - memaksa Ye Xiu menguras stamina dengan serangan frontal, lalu menjadikan arena ini sebagai keunggulan mereka setelah Ye Xiu turun.
Zhang Jiale tidak terlalu memaksakan diri dan segera turun. Pemain ketiga Dominant Hero yang maju adalah Qin Muyun.
Karakter Qin Muyun, Minus Nine Degrees, adalah Sharpshooter. Meski map Arena kurang ideal untuk kelas ini, Qin Muyun adalah ahli penempatan posisi. Di ruang terbuka tanpa penghalang, positioning menjadi senjata vital. Meski kelasnya terbatas di map ini, bakat spesialnya justru bersinar di sini.
Ekspresi anggota Xingxin di luar arena serius, telah menyadari hal ini lebih dulu dari Chen Guo. Akhirnya Chen Guo paham mengapa strateginya gagal. Karena anggota Xingxin berikutnya akan menghadapi pembatasan map parah, Ye Xiu harus menguras seluruh kemampuannya untuk merebut keunggulan dan meringankan tekanan untuk rekan berikutnya.
Ye Xiu sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Menghadapi Lin Jingyan dan Zhang Jiale - dua lawan kuat sekaligus, bisa dikatakan dia berhasil dalam pertarungan 1 vs 2. Xingxin sekarang memiliki keuntungan satu kill penuh. Bisakah trio ini menyamakan kedudukan di map yang kurang menguntungkan ini?
Pertandingan Mo Fan melawan Qin Muyun dimulai. Mo Fan masih tidak terburu-buru menyerbu, namun bagaimana dengan sisi Qin Muyun? Minus Nine Degrees langsung mengangkat tangan dan mulai menembak sejak awal. Jarak posisi awal kedua karakter ini sudah berada dalam jangkauan tembak Sharpshooter.
Dentuman senjata yang nyaring langsung bergema di seluruh arena. Destroying Immortality milik Mo Fan berkelit dan menghindar dengan berbagai gerakan, mencoba masuk ke titik buta pandangan Qin Muyun melalui perubahan arah cepat.
Namun adegan berikutnya membuat semua orang menyadari dengan jelas betapa tinggi tingkat pemilihan posisi dan teknik pergerakan Qin Muyun.
Di Arena Pertarungan - map kecil yang dianggap tidak cocok untuk kelas jarak jauh ini, Qin Muyun justru menggunakan taktik bertarung jarak jauh.
Minus Nine Degrees tidak hanya terus menembak. Dia juga terus bergerak. Setiap langkahnya merupakan respons terhadap pola pergerakan Destroying Immortality. Jarak antar dua karakter ini kadang dekat, kadang jauh, namun setelah beberapa kali manuver, selalu kembali ke interval awal.
Tanpa elemen scene map yang bisa dimanfaatkan, ini murni pertarungan teknik positioning. Hanya dalam sepersekian detik, perbedaan kualitas langsung terlihat.
Mo Fan yang bisa lolos dari kekacauan pertempuran massal game online ribuan tentara, tentu memiliki kemampuan pemilihan posisi dan pergerakan yang luar biasa. Namun, menghadapi situasi kacau seperti itu tetap sangat berbeda dengan duel satu lawan satu seperti saat ini. Jika Mo Fan adalah produk dari jalanan kacangan yang berguling-guling, maka Qin Muyun adalah hasil sistem profesional yang paling standar. Pemilihan posisi dan pergerakannya detail, presisi, setiap langkah memiliki alasan dan logika yang sangat jelas di dalamnya - ini adalah metode pertempuran yang terakumulasi dari perkembangan 10 tahun Glory, telah ditempa ribuan kali. Dan Qin Muyun sedang menjalankannya dengan penuh disiplin.
Produk Dominant Hero tidak lagi sekadar pejuang pemberani yang kasar. Qin Muyun, Song Qiying - pemain rookie berbakat yang muncul di Tim Dominant Hero selama dua musim berturut-turut - membawa cap Wakil Kapten Zhang Xinjie: metodis, presisi.
Dalam hal pergerakan taktis, Mo Fan kalah. Kekalahannya jelas, total. Dibandingkan dengan presisi pemilihan posisi Qin Muyun, pergerakan Mo Fan terlihat ambigu. Seringkali dia sendiri tidak mengerti mengapa mengambil langkah tertentu, operasionalnya hanya mengandalkan intuisi naluriah dan kebiasaan. Inilah kelemahan terbesar pemain berlatar belakang kacangan yang kini sepenuhnya terekspos dari diri Mo Fan.
Mo Fan juga segera menyadari bahwa hanya mengandalkan pergerakan tidak akan membuat Destroying Immortality benar-benar mendekati lawan. Ia harus mencoba memilih beberapa serangan. Ninja juga memiliki beberapa metode serangan jarak menengah. Ketika jarak antara dua karakter kembali sedikit menyempit, Destroying Immortality tiba-tiba bertindak.
Shuriken!
Sebuah shuriken meluncur. Skill Ninja tingkat rendah untuk senjata terbang, damage tidak tinggi, tapi efek kekakuan yang dihasilkan cukup efektif untuk menginterupsi serangan bertipe chanting. Namun skill Sharpshooter tidak pernah melibatkan chanting, ancaman shuriken terhadap Sharpshooter sangat terbatas. Tapi pilihan Mo Fan menggunakan skill ini sama sekali tidak asal-asalan.
Pada jarak seperti ini, bahkan jika shuriken mengenai, efek kekakuan yang dihasilkan tidak cukup bagi Mo Fan untuk meluncurkan gempuran. Jadi meski Qin Muyun tidak memerintahkan Minus Nine Degrees untuk menghindar, tidak akan ada masalah besar. Banyak orang dalam situasi ini mungkin mengabaikan shuriken tersebut setelah pertimbangan.
Tapi Glory adalah game dengan mekanika detil. Efek serangan akan bervariasi tergantung bagian tubuh yang terkena. Shuriken yang diluncurkan Destroying Immortality dibidikkan Mo Fan dengan presisi tinggi - targetnya adalah pergelangan tangan kanan Minus Nine Degrees!
Dalam pertempuran nyata, lengan jelas sering bergerak aktif. Menjadikan pergelangan tangan sebagai titik serang akan memiliki tingkat akurasi yang sangat rendah. Tapi gaya bertarung kelas Sharpshooter, setidaknya frekuensi gerakan lengannya jauh lebih sedikit dibandingkan Fighter yang melakukan serangan dengan tinju. Mo Fan memanfaatkan momen emas, Destroying Immortality melemparkan shuriken.
Mengenai pergelangan tangan, efek kekakuan tidak bisa menyebar ke seluruh tubuh, tapi dampak pada lengan ini akan lebih signifikan. Sharpshooter adalah kelas yang menggunakan kedua tangan untuk menembak. Kekakuan sesaat pada satu lengan saja sudah bisa menciptakan celah serangan sebesar 50%.
Logika yang jelas, tapi saat shuriken dilepas belum ada yang menyadari. Arah lemparan ke badan dan pergelangan tangan awalnya terlihat identik. Perbedaan sudut yang tipis hampir tidak terlihat saat awal gerakan. Saat arah shuriken bisa dibedakan, mungkin sudah terlambat untuk menghindar.
Orang biasa mana paham strategi tersembunyi ini? Melihat Destroying Immortality tiba-tiba menyerang, komentator Pan Lin hampir berteriak kencang. Tapi setelah mengidentifikasi skill-nya, teriakan "shuriken!" itu meredup drastis. Kata "ken" terakhir sudah mengekspresikan kekecewaannya yang mendalam. Menurutnya skill ini tidak berguna, Qin Muyun tidak perlu menghiraukan, biarkan Minus Nine Degrees terus membanjiri Destroying Immortality dengan tembakan rapat.
Tapi yang tak disangkanya, Qin Muyun justru merespon.
Minus Nine Degrees tetap menyerang, tapi bergeser satu langkah, menghindari shuriken.
“Ada perlukah ini?” Pan Lin terkejut. Meski terlihat tidak sulit menghindar, namun dalam persaingan antar ahli, pemborosan yang diciptakan oleh operasional yang sebenarnya tidak perlu, benar-benar bisa menyebabkan kehilangan detail.
“Qin Muyun cukup hati-hati.” Kata Li Yibo. Sebenarnya dia juga tidak melihat bahwa shuriken Destroying Immortality ini jika benar-benar diabaikan akan menimbulkan masalah besar, namun ucapannya tepat. Shuriken Destroying Immortality yang membidik pergelangan tangan dengan presisi seperti ini, Qin Muyun sejujurnya juga tidak melihatnya, namun dia memilih untuk menghindar, ini memang murni karena kehati-hatian. Tanpa merusak ritme, dia tidak keberatan melakukan sedikit operasional tambahan untuk menghindari serangan ini.
Kehilangan detail?
Jika kena shuriken itu, itu juga termasuk kehilangan detail! Setelah membandingkan keduanya, dia lebih memilih untuk aktif melakukan respons.
Shuriken meleset, sementara posisi menghindar yang dilakukan Qin Muyun juga tepat, tidak meninggalkan celah sedikitpun bagi Mo Fan untuk melakukan Serangan Mendadak.
Gagal seperti ini, hanya bisa maju paksa!
Destroying Immaternity memiringkan badan untuk dash maju, namun gerakan memiringkan badan ini saja, ternyata memicu operasional pergerakan lagi dari Qin Muyun.
Minus Nine Degrees melangkah lebar, menyesuaikan kamera hingga bisa melihat tangan Destroying Immortality.
Hand seals!
Destroying Immortality sedang melakukan hand seals, memanfaatkan gerakan memiringkan badan untuk menciptakan kejutan. Teknik kecil khas ninja ini tidak diabaikan oleh Qin Muyun. Saat Destroying Immortality memiringkan badan, Minus Nine Degrees-nya langsung merespons. Dia melihat gerakan hand seals, namun kecepatan ekstrim membuatnya tak bisa mengenali ninjutsu apa ini. Bagaimanapun, meninggalkan posisi awal tetaplah keputusan tepat.
Minus Nine Degrees terus melakukan pergerakan, bertujuan untuk bertukar posisi ke titik baru yang bisa mempertahankan efek serangan sama seperti sebelumnya.
Begitu Minus Nine Degrees melangkah pergi, Destroying Immortality langsung tiba di tempatnya.
Jutsu Bunshin!
Mo Fan ingin menggunakan skill ini untuk menempel pada lawan, namun Qin Muyun sudah mengantisipasi lebih dulu. Ini pertama kalinya Mo Fan sedekat ini dengan target - tinggal satu langkah! Tapi jarak sehelai rambut ini tercipta berkat kewaspadaan dan teknik pergerakan luar biasa Qin Muyun, menjadi jurang pemisah dalam duel ini.
Pertarungan keempat di arena pertandingan, Dominant Hero menang.
