Kekalahan ini terasa sangat tak berdaya.
Meski gaya bermain Qin Muyun bukan tipe heroik berdarah panas yang paling disukai fans Dominant Hero, kemenangan yang membuat lawan tak berdaya tetap disambut gemuruh sorakan live. Mo Fan yang turun dari panggung disambut riuh tepuk tangan.
“Ini bukan pertama kalinya dia bertarung satu lawan satu dengan Qin Muyun. Meski terakhir kali dia menang, karena formatnya juga arena pertandingan, saat itu karakter Minus Nine Degrees milik Qin Muyun hanya tersisa 11% HP. Akhirnya, Destroying Immortality milik Mo Fan kehilangan setengah HP baru bisa mengalahkannya. Secara kalkulasi, kerugiannya lebih besar.”
“Kali ini, kedua belah pihak bertempur dalam kondisi setara. Hasilnya, Mo Fan menderita kekalahan telak.”
“Tiga puluh satu persen.”
“Ini adalah persentase HP Minus Nine Degrees yang berhasil dihabisi Destroying Immortality sebelum tumbang. Bisa dibilang ini baru mencapai sekitar sepertiga.”
“Inilah hasil pertemuannya kali ini dengan Qin Muyun. Saat kembali ke area pemain, ekspresi wajahnya yang biasanya datar mulai menunjukkan ketidakrelaan.”
“Su Mucheng – orang yang hubungannya paling dekat dengannya di antara semua orang – menepuk bahunya untuk menghibur. Setelah perjuangan batin yang intens, Mo Fan menengadahkan kepala hendak berbicara, tapi Su Mucheng sudah menghilang dari sampingnya.”
“Aku maju.” Su Mucheng sedang berpamitan dengan semua orang sambil berjalan menuju kursi pertandingan. Dialah pemain Xingxin berikutnya yang akan tampil.
“Mo Fan terdiam. Dengan susah payah dia bersiap membuka topik, tapi hasilnya...”
“Ada yang ingin ditanyakan?” Tiba-tiba suara terdengar di sampingnya. Mo Fan menoleh dan melihat Ye Xiu sedang menanyainya.
“Mo Fan memalingkan wajah lagi, seolah sedang berjuang antara mau berbicara atau tidak. Ye Xiu hanya menunggu dengan sabar di sebelahnya.”
“Harus bagaimana?” Mo Fan tidak menengok, tapi akhirnya membuka topik.
“Belajar darinya.” Ye Xiu menjawab.
“Dengan begitu bisa mengalahkannya?”
“Jangan fokus hanya pada satu lawan ini. Masih banyak lawan lain. Tujuan belajar darinya bukan semata untuk mengalahkannya, tapi untuk terus meningkatkan diri dan meraih lebih banyak kemenangan.” Ye Xiu menjelaskan. Qin Muyun saat ini menjadi penghalang bagi Mo Fan. Kedisiplinan dari latihan profesional yang dimiliki mantan anggota kamp pelatihan ini merupakan hal yang kurang dari gaya bermain kacangan Mo Fan. Jika Mo Fan bisa mengadopsi banyak aset Qin Muyun, kekuatan individualnya akan meningkat signifikan. Ambil contoh teknik pemilihan posisi dan pergerakan terbaik Qin Muyun - jika Mo Fan bisa menguasai sebagian, Strategi Kembang Api-nya akan menjadi lebih rasional dan mengancam.
Ye Xiu berharap Mo Fan bisa menyadari hal ini, namun sisi Mo Fan justru kembali diam. Ye Xiu menunggu sejenak, melihatnya tak berniat bicara lagi, akhirnya juga tak melanjutkan.
“Coba saja!” Mengucapkan kata terakhir, Ye Xiu pergi. Sementara Mo Fan, memantau pertandingan baru yang akan segera dimulai di arena, tetap dalam ekspresi kontemplatif.
Ronde kelima arena pertandingan, Su Mucheng vs Qin Muyun - pertarungan internal antar kelas senjata jarak jauh.
Pertandingan dimulai dengan tembakan nyaring dan dentuman ledakan meriam. Begitu masuk map, dua penyerang jarak jauh yang tak perlu bergerak untuk menjangkau lawan ini langsung saling menyerang.
Jarak tembak Artillery God lebih jauh dibanding Sharpshooter, tapi tidak berguna di map Arena Pertarungan. Sementara kecepatan tembak dan burst damage tinggi Sharpshooter membuat serangan Minus Nine Degrees saat ini terkesan lebih kontinu dan padat. Seketika bunga api bermunculan di sekeliling Muyu Chengfeng. Bagaimana dengan area sekitar Minus Nine Degrees? Baru sekarang peluru pertama meledak. Meski satu peluru sudah bisa mencakup radius luas, Minus Nine Degrees berhasil menghindar bersih dengan satu gerakan berguling, sementara tembakannya sama sekali tak terhenti.
Buruk!
Masih buruk bagi Xingxin. Pergerakan konstan Minus Nine Degrees dan tembakan beruntun membuatnya tetap bisa menyerang dan bertahan sekaligus, jelas jauh lebih mengancam dibanding Muyu Chengfeng. Bahkan Qin Muyun sengaja mendekatkan Minus Nine Degrees. Artillery God memang harus bertarung jarak jauh, tapi Sharpshooter? Di jarak dekat masih ada teknik Gun Fu, mendekat juga menjadi tekanan bagi Su Mucheng. Tapi di map ini, dia tak bisa menjauh untuk meredakan tekanan itu. Teknik Gun Fu Sharpshooter mungkin kurang efektif dibanding kelas jarak dekat biasa dalam hal crowd control, tapi radius pengaruhnya justru lebih luas.
Apa yang harus dilakukan?
Mo Fan baru saja bertanya ini untuk dirinya sendiri, tapi sekarang dia mulai mengkhawatirkan Su Mucheng.
Situasi lapangan berubah cepat, tak ada waktu untuk bersabar seperti dialog Ye Xiu dan Mo Fan. Keputusan harus dibuat dalam sekejap. Dan jawaban yang diberikan Su Mucheng adalah: Drop!
Serangan Muyu Chengfeng tiba-tiba meningkat beberapa level. Rentetan tembakan gila-gilaan langsung menyelimuti Minus Nine Degrees dalam radius luas. Qin Muyun buru-buru menggerakkan Minus Nine Degrees untuk menghindar, tapi serangan Muyu Chengfeng seperti memiliki sistem panduan presisi, terus memburu tanpa ampun.
Garis tembakan?!
Beberapa orang menyadari ini adalah ledakan tembakan khas Artillery God. Tapi bagaimana mungkin terjadi dalam jarak sedekat ini? Batas jarak garis tembakan bukan karena keterbatasan teknik pemain, tapi karena ritme reload skill Artillery God yang lambat. Dalam jarak dekat, rentetan tembakan justru sulit terhubung. Namun ledakan Muyu Chengfeng kali ini seakan memecahkan batasan sistem.
"Bagaimana bisa seperti ini?" Pan Lin di siaran langsung tertegun. Li Yibo juga pusing, ia baru menangkap petunjuk samar. Butuh waktu untuk menganalisis, tapi dengan ritme cepat arena pertandingan Xingxin vs Dominant Hero hari ini, mungkin pertarungan berikutnya sudah dimulai saat ia selesai berpikir.
"Jaraknya tidak statis..." Para atlet profesional di pinggir arena memang lebih tajam. Di area pemain Dominant Hero, Zhang Xinjie sudah menemukan jawabannya. Perubahan halus mungkin lolos dari pengamatan orang biasa, tapi tak pernah luput dari perhatiannya.
“Su Mucheng menggunakan skill yang dapat meledak cepat pada gelombang pertama, sambil memanfaatkan momentum untuk mundur. Dalam proses terus menjarak, dia memilih skill yang tepat untuk mempertahankan serangan beruntun.” Zhang Jiale sebagai ahli Senjata Jarak Jauh memiliki presisi visi di bidang ini.
“Garis tembakan berbentuk salib yang bisa berubah di sumbu horizontal dan vertikal!” Lin Jingyan berkata.
“Sepertinya tidak hanya itu.” Zhang Jiale menyanggah.
“Benar...” Lin Jingyan juga mulai menyadari, “Jika bentuk salib, mustahil bisa memblokir pergerakan Mu Cheng...”
“Perubahan tiga garis yang bersilangan.” Zhang Jiale menjelaskan.
“Tiga garis silangan... Seperti kepingan salju?” Lin Jingyan mengembangkan imajinasinya. (Untuk yang kurang imajinasi lihat di sini: *)
Garis Tembakan Salju!
Saat komentator Pan Lin dan tamu Li Yibo masih pusing, sisi Dominant Hero bahkan sudah memberi nama teknik Su Mucheng ini.
“Perdebatan tentang Su Mucheng sebagai vas cantik harus dihentikan.” Zhang Xinjie menegaskan. Teknik ini adalah mahakarya akumulasi EXP dan kesadaran Artillery God di puncak, tidak bisa digunakan sembarang orang.
“Bukankah ini sudah kesimpulan final?” Zhang Jiale bingung, sepertinya tidak ada di lingkup profesional yang menganggap Su Mucheng vas cantik?
“Perdebatannya selalu ada.” Zhang Xinjie bersikeras.
“Baiklah...” Zhang Jiale tidak membantah. Dia tahu ini penyakit metodis Zhang Xinjie yang kambuh. Dengan gaya bermainnya, mungkin tidak ada kontroversi yang benar-benar padam.
“Tapi… untuk pertandingan ini…” Lin Jingyan mengamati situasi di lapangan.
Pertandingan ini tidak akan berakhir hanya karena ini. Kinerja Su Mucheng sudah sangat gemilang, namun sayangnya di map ini, Muyu Chengfeng memiliki batas dalam mundur. Ritme serangannya akan terbatas pada momen ini.
“Bagaimana jika diulang secara terbalik?” Zhang Jiale berkata. Garis tembakan variabel Su Mucheng yang bisa mundur tentu juga bisa maju, hanya dengan membalik urutan dan ritme skill yang digunakan sebelumnya. Namun setelah mengamati situasi beberapa saat, Zhang Jiale sendiri menemukan jawabannya: “Mu Yun sudah menyadari hal ini.”
Benar, Qin Muyun telah memperhatikan kemungkinan ini. Minus Nine Degrees-nya bertahan di bawah gempuran serangan kuat sambil mencerna banyak damage melalui pergerakan ahli, terutama menghindari serangan yang bisa menginterupsi momentum ofensifnya. Dengan pantang menyerah, Qin Muyun terus melakukan serangan balasan di bawah tekanan Artillery God, mempertahankan tekanan sambil sabar menunggu momen emas. Seperti pemain Dominant Hero di luar arena, dia juga menyadari masalah yang mungkin dihadapi Su Mucheng.
Batas itu… adalah sudut gerak di Arena Pertarungan. Sejak awal Su Mucheng telah memilih posisi yang memungkinkan mundur ke jarak terjauh.
Hampir sampai!
Qin Muyun mengawasi setiap langkah Muyu Chengfeng. Akankah dia melakukan perubahan sebelum waktunya? Qin Muyun tidak mengabaikan kemungkinan ini. Dia sudah menyiapkan strategi pemblokiran, menyisakan hanya satu pilihan bagi Muyu Chengfeng: mundur ke sudut paling ujung.
Sampai!
"Langkah terakhir, Muyu Chengfeng telah melangkah. Gempuran akan berhenti di sini. Selanjutnya giliran Minus Nine Degrees melawan balik dengan keras, mengunci Muyu Chengfeng di sudut terakhir ini."
Doron... Doron... Doron...
Langkah terakhir, Muyu Chengfeng meluncurkan serangan pamungkas. Su Mucheng yang jelas-jelas paham hal ini, di detik terakhir tanpa menyisakan rencana cadangan, melemparkan semua skill yang tersedia sekaligus.
"Serangan terakhir." Zhang Jiale menghela napas. Meski sebagai lawan, ledakan pamungkas ini tak bisa disangkal juga terasa tragis.
"Tidak!" Kali ini Lin Jingyan juga menyadari masalah.
"Kenapa?" Zhang Jiale yang sudah mulai rileks tak fokus, belum menyadarinya!
"HP Minus Nine Degrees tak cukup." Han Wenqing yang jarang ikut diskusi tiba-tiba bicara tepat sasaran.
Semua orang terdiam membeku, termasuk Qin Muyun di lapangan.
Semua mati-matian memperhatikan Su Mucheng, mengawasi Muyu Chengfeng, memantau garis tembakannya, menghitung berapa serangan yang bisa dilancarkannya dalam proses sesingkat ini.
Kinerjanya luar biasa, tapi map terlalu kecil, jarak terlalu pendek. Mencapai level ini sudah merupakan puncak kemampuan.
Setiap orang berpikir demikian, hati mereka dipenuhi decak kagum. Tapi semua lupa: di pertandingan ini, puncak tersebut sudah lebih dari cukup.
Karena HP Minus Nine Degrees tidak 100%, karena dia telah kehilangan 31% HP-nya dalam pertarungan melawan Destroying Immortality.
Minus Nine Degrees dengan sisa HP 69%, akhirnya tumbang di bawah rentetan tembakan terakhir Muyu Chengfeng.
"Kita ditipu, garis tembakan sebelumnya tidak dia maksimalkan. Dia menyimpan tenaga untuk mengumpulkan kekuatan ledakan di gelombang terakhir ini," kata Lin Jingyan.
"Jangan meremehkan kelicikannya, dia ini partner terbaik Ye Xiu..." Han Wenqing berkata.
