"Harusnya dari awal main seperti itu!" Setelah turun lapangan, Tang Rou juga menerima tepuk tangan dari rekan setim. Ye Xiu berkata demikian padanya.
"Baik, lain kali." Tang Rou menjawab santai sambil tersenyum ringan. Ia tahu perkataan Ye Xiu tidak perlu ditanggapi serius, ini mungkin hanya bentuk semangat untuk performa luar biasa di paruh kedua tadi.
Tang Rou sekarang bukan lagi pemula baru yang pernah dikalahkan Ye Xiu belasan ronde berturut-turut tanpa paham di mana letak jarak kekuatan mereka. Kini ia tak lagi overconfiden, ia sepenuhnya paham level ritme seperti apa yang masih bisa dikontrol dengan mudah. Jika dipaksakan lebih tinggi, yang muncul hanya tingkat kesalahan yang semakin besar. Ini seperti hukum akurasi tembakan bola basket yang menurun seiring jarak dari ring. Tembakan tiga angka dari tengah lapangan memang kadang masuk, tapi mana ada yang menganggap ini sebagai metode serangan normal?
Ledakan performa Tang Rou di akhir tadi ibarat tembakan tiga angka dari tengah lapangan. Kecuali terpaksa, pilihan serangan seperti ini tidak masuk akal.
Ye Xiu juga tersenyum, sangat puas dengan pemahaman mental yang ditunjukkan Tang Rou.
“Playoff, saatnya melepaskan semua usaha dan jangan mundur.” Ye Xiu berkata.
“Tentu tidak.” Tang Rou menjawab.
“Perhatikan pemilihan momen emas.” Ye Xiu mengingatkan.
“Oh…” Tang Rou mengangguk dengan penuh perhatian. Di ronde sebelumnya, Han Yanrou mulai melakukan drop saat HP-nya tersisa 20%, akhirnya berhasil menghabiskan 60% HP lawan sebelum tumbang. Bagaimana jika dimulai lebih awal? Jika melakukan drop saat HP 30% dan bisa mempertahankan momentum sampai akhir, mungkin Xingxin lah pemenangnya sekarang.
Kemampuan meninjau situasi pertempuran memang masih kurang! Tang Rou merenung.
“Kalau begitu, kill yang hilang di arena pertandingan, kita rebut kembali di pertandingan tim!” Ye Xiu memompa semangat seluruh tim.
Meskipun Xingxin kehilangan satu poin di arena, sebagai tim yang sudah memenangkan satu babak sebelumnya, mereka tidak gugup. Semangat juang seluruh tim tetap membara.
Sebaliknya di sisi Dominant Hero, sebagai pemenang justru atmosfernya lebih suram. Seluruh tim berkumpul dengan serius merancang strategi untuk pertandingan tim berikutnya. Sebagai tuan rumah, persiapan mereka lebih spesifik karena sudah mengetahui map yang akan digunakan.
Waktu jeda istirahat cepat berlalu. Wasit memanggil kedua tim untuk maju sementara layar elektronik mulai menampilkan formasi pemain yang akan tampil. Di sisi Xingxin, ada seorang pemain yang sebenarnya bukan anggota utama namun menarik perhatian khusus: Luo Ji. Pahlawan di babak sebelumnya yang menghancurkan map hingga menyebabkan Dominant Hero kalah, dikabarkan memiliki bakat alami di bidang ini—apakah dia akan tampil lagi dalam formasi kali ini?
Nama-nama mulai bermunculan satu per satu di layar besar.
Xingxin: Ye Xiu; Dominant Hero: Han Wenqing.
Xingxin: Su Mucheng; Dominant Hero: Zhang Jiale.
Xingxin: Fang Rui; Dominant Hero: Bai Yanfei.
Xingxin: Tang Rou; Dominant Hero: Qin Muyun.
Xingxin: An Wenyi; Dominant Hero: Zhang Xinjie.
Xingxin: Bao Rongxing; Dominant Hero: Lin Jingyan.
Tidak ada Luo Ji!
Tribun penonton bergempar sesaat. Melihat ketidakhadiran Luo Ji, semua beranggapan bahwa kabar tentang kemampuannya menghancurkan map ternyata cuma bualan. Xingxin benar-benar tidak berani menurunkan Luo Ji di map tandang.
Dalam siaran televisi, Pan Lin dan Li Yibo tidak langsung menganalisis formasi kedua tim. Mereka lebih dulu berdiskusi tentang ketidakhadiran Luo Ji, baru kemudian membandingkan penyesuaian formasi kedua tim dengan babak sebelumnya.
Di pihak Xingxin, Ye Xiu, Su Mucheng, Fang Rui, dan An Wenyi adalah formasi paling stabil dalam pertandingan tim. Dibandingkan babak lalu, Tang Rou tampil sebagai starter sementara Baozi menggantikan Luo Ji—meski sebagai orang keenam.
Penyesuaian dari Dominant Hero terutama pada penggantian posisi. Bai Yanfei, pemain Elementalist yang dijuluki "Menara Meriam", hari ini tampil sebagai starter. Sementara Lin Jingyan ditempatkan di posisi orang keenam.
"Kedua tim melakukan sedikit perubahan pada formasi! Namun sebagai tuan rumah, strategi biasanya lebih terarah. Dominant Hero sengaja menempatkan Bai Yanfei di posisi starter hari ini. Menurut Pelatih Li, apa makna di balik ini?" kata Pan Lin.
"Bai Yanfei, ditambah Zhang Jiale dan Qin Muyun - dengan ini ada tiga kelas jarak jauh di lineup starter Dominant Hero. Elementalist Bai Yanfei yang dijuluki 'Menara Meriam' sangat ahli dalam skill area. Koordinasinya dengan Hundred Blossoms Spectacle milik Zhang Jiale bisa mencakup area serangan yang luas. Kira-kira peta yang dipilih Dominant Hero hari ini adalah tipe yang memiliki ruang ekspansi besar."
"Oho, para pemain sudah memasuki kursi pertandingan. Pertandingan segera dimulai." Saat Pan Lin berbicara, sepuluh pemain starter telah melakukan konfirmasi.
Peta mulai dimuat, mengungkapkan jawaban yang selama ini dinantikan.
"Ah, Bukit Pasir Senja!" teriak Pan Lin, tak lupa memuji Li Yibo: "Tebakan Pelatih Li tepat! Dominant Hero benar-benar memilih peta terbuka. Pelatih Li memang pantas disebut mantan anggota Dominant Hero!"
“Hahaha.” Li Yibo tertawa, tapi setelah tertawa ia merasa ada yang tidak beres. “Memang pantas mantan pemain Dominant Hero” sebagai alasan, bukankah itu berarti analisisnya tidak akan akurat untuk tim selain Dominant Hero? Kepercayaan diri Li Yibo yang terus goyah membuatnya curiga. Pan Lin yang sama sekali tidak punya pikiran seperti itu tidak menyadarinya, saat ini sedang memperkenalkan map Bukit Pasir Senja kepada semua orang.
Bukit Pasir Senja adalah map pemandangan gurun di bawah senja, adegan utamanya terdiri dari bukit pasir bergelombang dan oasis kecil di tengah map. Ruang pemanfaatannya memang cukup luas.
“Hari ini Xingxin tidak mengirim Luo Ji ke lapangan, ternyata tepat.” Pan Lin bercanda setengah. Tak disangka begitu pertandingan resmi dimulai, di channel publik terlihat Ye Xiu mencatat rekor: “Ternyata! Keputusan tidak memainkan Luo Ji hari ini sangat bijaksana.”
Di Bukit Pasir Senja, tidak ada bangunan sama sekali, bukit pasir yang berkelok-kelok menciptakan variasi ketinggian tanah. Oasis kecil di tengah sebenarnya hanya genangan air. Pohon poplar sepi di tepi air, dan beberapa kaktus yang tersebar di bukit pasir mungkin merupakan sedikit benda yang lebih tinggi dari permukaan tanah di map ini.
“Aliran pembongkaran” Luo Ji benar-benar tidak berguna di map ini.
Kedua tim muncul di ujung utara-selatan map. Sisi Dominant Hero lebih aktif, langsung mulai bergerak begitu masuk map. Bagaimana dengan sisi Xingxin? Perjalanan mereka hanya sedikit lebih lambat dari Dominant Hero, tapi segera juga mulai berangkat.
Kedua tim tidak bertele-tele, langsung menuju tengah. Setelah Tim Dominant Hero menaiki bukit pasir, langkah mereka tak berhenti. Di sisi Xingxin, saat menaiki bukit pasir justru sedikit berhenti. Kelima karakter melihat-lihat ke sekeliling, sepertinya sedang mengamati medan tempur.
Bukit pasir bukanlah gunung yang menjulang tinggi. Posisi Xingxin di puncak lereng sudah memberikan visi yang cukup baik. Mereka tak hanya menguasai topografi dasar empat penjuru, bahkan bisa melihat bayangan bergerak dan debu kuning yang berhamburan di sisi utara jauh.
"Map ini... tidak banyak tempat bagus untuk penyergapan..." Diskusi mulai ramai di channel Xingxin. Fang Rui si ahli aliran licik pertama kali memberikan pertimbangan dari sudut preferensi pribadi.
"Masih ada beberapa posisi bagus sebagai titik tembak," ujar Su Mucheng sang Artillery God.
"Pasir memberikan pengaruh tertentu pada pergerakan," kata An Wenyi yang mengarahkan kamera ke bawah. Kaki karakter masing-masing agak terbenam, membuat langkah mereka tidak rata.
"Mereka langsung menyerbu ke sini," Tang Rou yang suka bertarung lebih fokus mengamati gerakan lawan.
"Pertama kuasai posisi tinggi untuk melihat rencana konkret mereka!" Ye Xiu akhirnya memutuskan, memberikan format awal pertandingan tim kali ini. Maka kelimanya tidak turun dari lereng pasir itu, melainkan mulai bergerak di sepanjang puncak di bawah kepemimpinan Ye Xiu. Di sisi lain, lima anggota Dominant Hero yang telah melewati bukit pasir lain semakin jelas terlihat. Mereka juga menyadari posisi Xingxin, lalu dengan gamblang menyesuaikan arah dan menyerbu.
"Sepertinya akan menghadapi langsung," kata Fang Rui.
Xingxin tidak menyambut pertarungan frontal. Sebagai tim baru, berhadapan langsung dengan tim veteran seperti Dominant Hero di berbagai aspek jelas mereka masih kalah. Apalagi ini medan khusus. An Wenyi hanya menyebutkan pengaruh pasir terhadap kecepatan gerak, faktanya tidak hanya pergerakan, tapi juga lompatan, rolling, dan berbagai gerakan yang memanfaatkan momentum—semua terpengaruh. Hal ini juga berdampak pada beberapa skill serangan. Dominant Hero yang menggunakan ini sebagai home court tentu sudah sangat beradaptasi dengan pengaruh tersebut. Bagaimana dengan sisi Xingxin? Ye Xiu mungkin lebih baik, pengalamannya yang berpengalaman memungkinkannya menangani syarat medan tempur seperti ini. Su Mucheng dan Fang Rui juga punya pengalaman tertentu. Tapi tiga rookie seperti Tang Rou, performa mereka di map ini jelas tidak bisa dibandingkan dengan anggota Dominant Hero.
"Apakah angin berpengaruh?" tiba-tiba Ye Xiu mengajukan pertanyaan lagi.
"Ada pengaruh, tapi tenaga angin selalu berubah, sulit dikuasai," jawab Fang Rui. Qi Gong-nya, energi pikiran, akan terpengaruh saat kecepatan angin mencapai derajat tertentu.
Kondisi medan tempur yang sedikit demi sedikit ditemukan Xingxin, tentu sudah sangat jelas bagi Dominant Hero. Dan ini tepatnya yang ingin mereka manfaatkan dari map untuk menekan Xingxin.
Sinar matahari... juga tidak bisa dimanfaatkan.
Ye Xiu memutar kamera untuk melihat matahari di scene map. Itu adalah mentari yang hampir tenggelam, berada di fase paling datar dalam sehari. Bahkan menatap langsung pun, tidak terasa sedikitpun intensitas cahayanya. Bayangan depan/belakang di map ini tidak banyak bedanya.
"Kalian semua berdiri di sini." Ye Xiu menyapa anggota tim, ujung Qianji San di tangannya menunjuk posisi di bawah kaki.
Empat orang segera ikut serta.
“Berdiri sebaris.” Ye Xiu berkata.
“Foto bersama? Tidak baik, ini playoff, seriuslah.” Fang Rui menggerakkan karakter Hai Wu Liang-nya sambil membuat pose.
“Berdiri tegak semua.” Ye Xiu memberi instruksi, sementara Jun Moxiao-nya justru mundur ke belakang.
Keempat anggota Xingxin berbaris rapi. Ye Xiu menggerakkan Jun Moxiao menjauh cukup jauh, lalu berbalik memandang.
Tahap awal pertandingan yang belum terjadi kontak memang membosankan. Penonton hanya bisa mengamati gerakan kedua tim sambil mendengar analisis komentator dan tamu mengenai strategi kedua kubu.
Dominant Hero terus maju dengan strategi yang jelas: serangan kuat frontal.
Xingxin? Mereka terus bergerak di puncak bukit pasir. Diskusi di channel membuat momen ini terasa lebih hidup. Instruksi mendadak Ye Xiu memicu rasa penasaran penonton. Sutradara siaran dengan sigap mengalihkan kamera ke sudut pandang Jun Moxiao.
Dengan latar belakang matahari terbenam, keempat karakter Xingxin seolah berdiri di dalam sang surya, memancarkan aura penuh momentum.
Apa...benar-benar sedang berfoto? Banyak penonton bingung.
