Keterampilan Guardian: Angel's Radiance.
Memaksa mundur karakter, Super Armor tidak berlaku, hambatan perisai juga tak berpengaruh.
Tepat setelah pertandingan kandang Blue Rain melawan Xingxin, banyak komentar yang menyebutkan bahwa jika pemain Healer Blue Rain Xu Jingxi bisa menggunakan Angel's Radiance saat dijepit oleh Hai Wu Liang dan Baozi Invasion, mungkin hasil pertandingan akan berbeda.
Setiap pertandingan selalu muncul "jika" semacam ini. Setelah konfrontasi antara Xingxin dan Dominant Hero, berbagai "jika" pun bermunculan kembali, dengan Angel's Radiance sekali lagi menjadi topik utama.
Xingxin kalah.
Angel's Radiance yang digunakan Zhang Xinjie melalui Shi Buzhuan mungkin bukan satu-satunya titik balik, tapi tetap menjadi match point penting dalam pertandingan tim kali ini. Angel's Radiance memaksa Jun Moxiao terpental, memanfaatkan momentum ini Zhang Xinjie mengarahkan Shi Buzhuan masuk ke area penggantian pemain. Ketika Jun Moxiao kembali, yang menyambutnya adalah Leng An Lei milik Lin Jingyan.
Analisis pasca pertandingan menunjukkan bahwa secara teori, Loner Jun Moxiao sebenarnya masih bisa mencegat Shi Buzhuan sebelum masuk area penggantian pemain. Namun kenyataannya, Jun Moxiao terlambat selangkah.
Kecepatan reaksi dan kecepatan tangan Zhang Xinjie yang tinggi menjadi salah satu faktor. Selain itu, mungkin karena Ye Xiu sudah mulai menua, atau strategi pengurasan Dominant Hero di arena pertandingan berhasil berdampak.
Perbedaan tipis ini tidak bisa dijelaskan dengan pasti, bahkan Ye Xiu sendiri pun tidak mampu.
Yang harus dihadapi Xingxin sekarang adalah hasil akhir pertandingan kedua melawan Dominant Hero: Kekalahan Xingxin.
Pertandingan tiba-tiba kembali ke titik awal, kedua tim akan menentukan hasil akhir di pertandingan ketiga. Karena peringkat Tim Dominant Hero di pertandingan reguler lebih tinggi dari Xingxin, babak penentuan ini akan digelar di kandang Dominant Hero. Namun keuntungan kandang utama hanya mencakup pendapatan tiket stadion dan dukungan serbuk fans lokal. Hak pemilihan peta kandang tidak berlaku di ronde penentuan ini. Peta penentuan akan benar-benar acak, menggunakan map pertempuran yang belum pernah dilihat pemain Glory manapun. Ini adalah kumpulan peta khusus playoff yang dibuat developer Glory, tanpa spoiler substansial sebelum digunakan. Peta baru akan di-generate secara acak dari database pada hari pertandingan.
Secara permukaan kedua tim tidak memiliki keunggulan peta. Tapi jelas, setiap anggota Dominant Hero adalah veteran berpengalaman. Kemampuan adaptasi mereka terhadap peta asing pasti lebih unggul dari para pemain baru Xingxin.
Meski keunggulan kandang kehilangan hak pemilihan peta utama, atmosfer "kandang setan" Dominant Hero tetap berpengaruh pada semangat pasukan dan emosi pemain. Mustahil menganggapnya tidak berdampak.
Selain itu, jeda istirahat antara babak kedua dan ketiga hanya dua hari penuh. Xingxin tak mungkin terbang pulang ke Kota H lalu kembali lagi. Dua hari ini, Dominant Hero bisa mempersiapkan diri di lingkungan familiar, sementara Xingxin harus mencerna kekalahan terakhir di tempat asing.
Malam setelah pertandingan berakhir, di kota asing dan hotel tak dikenal, hanya sedikit yang bisa tidur nyenyak.
Chen Guo yang biasanya tak bisa menyembunyikan isi hati, jelas tak bisa tidur semalaman. Berjalan mondar-mandir di kamar, sangat ingin mengobrol dengan seseorang, tapi mana berani mengganggu istirahat para pemain. Dengan perasaan tak karuan, ia sudah menghabiskan 3-4 jam duduk di depan komputer browsing ke sana kemari. Separuh waktunya dihabiskan dengan membuka sebuah halaman web lalu melamun.
Masih ada ronde penentuan, pertandingan baru saja dimulai. Ngapain gugup segini?
Chen Guo mencoba menenangkan diri dalam hati. Saat sadar, mata langsung menatap tajam halaman web yang terbuka. Kebetulan, itu adalah halaman voting rasio dukungan untuk laga ketiga Dominant Hero vs Xingxin.
Dominant Hero, 87,3%.
Xingxin, 12,7%.
"Sial!" Chen Guo tak tahan mengumpat. Selisih votingnya terlalu jauh! Di laga pertama saat Xingxin main di kandang melawan Dominant Hero, mayoritas sudah memprediksi Dominant Hero menang. Tapi akhirnya Xingxin yang menang. Di laga kedua tandang ke Dominant Hero, meski Dominant Hero masih unggul, tingkat dukungan Xingxin berhasil ditarik naik. Tapi di laga ketiga ini, kenapa tiba-tiba selisihnya jadi segini parah?
Chen Guo kesal menganggap ini tak masuk akal, tapi dalam hati ia sadar: kegelisahan dan kegugupannya ini mungkin karena di alam bawah sadar, ia juga mengakui rasio dukungan ini...
Meski separuh dari 3-4 jam tadi dihabiskan untuk melamun, tapi tetap saja ia sudah melihat banyak data analisis komentar netizen.
“Chen Guo sekarang sudah memiliki kemampuan membedakan yang cukup, tidak lagi berada di tahap awal di mana dia menganggap semua hal masuk akal. Berbagai komentar di internet, bahkan komentar dari ahli ternama, tidak akan langsung dia setujui secara membabi buta. Dia punya pemikiran dan persepsinya sendiri. Namun setelah melihat semuanya, dia justru merasa gelisah, karena persepsinya hanya bisa menyetujui banyak pandangan, tanpa bisa menjatuhkannya.”
Misalnya kelebihan Dominant Hero dalam map acak.
Misalnya penyesuaian status Xingxin dalam lingkungan asing.
Misalnya pengaruh terhadap semangat pasukan setelah kekalahan ini.
Semua ini secara objektif ada. Sekalipun Chen Guo tidak ingin melihatnya, mereka tetap ada di sana.
Terutama bagian semangat pasukan, Chen Guo sendiri merasakan hal ini. Dia bisa merasakan kebingungan dan kekecewaan para anggota Xingxin setelah kekalahan ini.
"Semua anggota Xingxin sangat kuat, tidur sebentar pasti akan membaik!" Chen Guo berkata demikian pada dirinya sendiri, tapi kemudian dia tidak bisa tidur.
Membuka halaman web selama tiga empat jam, tetap tak ada niat tidur. Sekarang melihat voting tingkat dukungan ketiga yang baru ditambahkan pasca pertandingan, dengan jarak yang langsung menganga antara dua tim, semakin tidak bisa tidur.
Chen Guo dengan kejam memilih Xingxin. Skala tak bergerak sama sekali. Terpaksa cemberut dan terus terdiam di sana.
Tiba-tiba, QQ berkedip. Chen Guo membukanya dan ternyata itu Ye Xiu.
"Kamu belum tidur." Ye Xiu bertanya.
“Kamu juga belum tidur.” Chen Guo melihat Ye Xiu yang sama terjaga seperti dirinya, tapi sama sekali tidak merasa senang. Malah dadanya berdebar-debar. Di matanya, Ye Xiu adalah pilar tak tergoyahkan Xingxin yang takkan pernah tumbang. Situasi apapun takkan membuatnya goyah. Tapi ternyata orang ini sampai begadang karenanya, berarti masalahnya lebih parah dari yang dia bayangkan.
“Oh, aku bangun buat mencuri sayur.” Ye Xiu berkata.
“……” Chen Guo terdiam. Sudah lebih dari dua tahun dia bersama orang ini, kapan pernah kamu nanam sayur?
“Kenapa sayurku tidak bisa kau curi?” Ye Xiu malah balik bertanya.
Chen Guo kesal. Farmville-nya sudah bertahun-tahun tidak dimainkan. Sayur yang ditanam tidak pernah dipanen, sudah dicuri orang tentu tidak bisa dicuri lagi. Aturan dasar saja tidak tahu, masih berpura-pura jadi pencuri sayur?
“Istirahatlah cepat, tidak apa-apa.” Ye Xiu tiba-tiba berkata lagi.
Chen Guo ingin bertanya, "tidak apa-apanya bagaimana?" Tapi jari-jarinya yang mengetik keyboard akhirnya hanya menghasilkan satu kata: “Oh.”
Matikan komputer, masuk ke kasur. Chen Guo bolak-balik tak bisa tidur. Terkantuk-kantuk, terbangun lagi. Sepanjang malam tak terhitung berapa kali terbangun. Esok pagi bercermin, dua lingkaran hitam jelas terlihat di matanya.
Ini sangat mempengaruhi semangat pasukan! Pikir Chen Guo. Kalau bertemu tim dengan kondisi seperti ini, kegugupan dan kecemasannya akan langsung ketahuan, mungkin malah menular ke orang lain.
Sedang kesal, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
“Siapa?” tanya Chen Guo.
“Sudah bangun, Guoguo?” Suara Tang Rou.
Chen Guo membuka pintu kamar, Tang Rou yang sudah rapi berdiri di luar. Begitu melihatnya, dia langsung tersenyum.
"Tidurnya tidak nyenyak lagi?" kata Tang Rou.
"Ngapain bilang 'lagi-lagi'…" Chen Guo bergumam kesal. Sejujurnya sejak membentuk tim Xingxin, kualitas tidurnya memang turun drastis. Setiap hari pertandingan selalu cukup larut. Sebelum pertandingan gugup sampai tak bisa tidur, menang jadi terlalu gembira tak bisa tidur, kalahan pun jadi kesal tak bisa tidur. Dulu saat masih jadi fans Jia Shi, hanya di beberapa pertandingan tertentu saja dia seperti ini. Sekarang terjun ke Xingxin, mulai dari Tantangan Rookie sampai liga profesional, menciptakan banyak malam tanpa tidur untuk Chen Guo.
"Cepat bersih-bersih terus sarapan!" seru Tang Rou.
Chen Guo melanjutkan cuci muka sambil bertanya: "Yang lain mana?"
"Ye Xiu bilang kalau sudah bangun langsung ke ruang latihan," jawab Tang Rou.
"Kok aku tidak tahu?" Chen Guo bingung.
Tang Rou membungkuk, mengambil secarik kertas kecil dari bawah pintu kamar Chen Guo untuk diperlihatkan.
"Kertas kecil? Gaya kuno banget!" Chen Guo menghina.
"Mungkin takut mengganggu istirahat semua orang!" kata Tang Rou.
Chen Guo terkejut. Ini memang cara pemberitahuan yang sama sekali tidak mengganggu, tanpa batasan waktu. Rupanya dimaksudkan agar semua orang bisa istirahat sampai puas dulu.
Chen Guo lagi-lagi tidak punya keinginan untuk istirahat. Dengan cepat ia membersihkan diri, bahkan tidak sempat merias wajah. Tampil tanpa makeup dengan dua lingkaran hitam di bawah mata, langsung menarik Tang Rou keluar. Seandainya mengikuti kemauannya, sarapan pun ingin dilewatkan. Tapi masih ada Tang Rou, Chen Guo tak tega membiarkan pemainnya kelaparan.
Setelah sarapan, dua orang itu berjalan bersama menuju ruang latihan di sisi lain.
Sebagai tim tandang, fasilitas ruang latihan disediakan oleh tim tuan rumah. Setiap tim profesional memiliki ruang latihan khusus untuk tamu. Di masa awal, beberapa tim yang tidak memilih cara untuk menang pernah sengaja membuat kondisi ruang latihan tim tamu buruk, demi memengaruhi efek latihan dan suasana hati mereka. Belakangan pihak liga menerapkan sistem pengawasan. Sebelum pertandingan, perwakilan liga akan bersama tim tamu melakukan peninjauan terhadap ruang latangan tandang. Cara kotor seperti itu akhirnya bisa dihilangkan. Kini semua tim sudah tidak menggunakan taktik seperti itu lagi.
Ruang latihan tim tamu Dominant Hero sudah pernah dikunjungi Xingxin selama pertandingan reguler. Sebelum babak sebelumnya juga pernah digunakan. Syaratnya cukup memadai. Gaya tim Dominant Hero memang selalu tak sudi melakukan hal memuakkan seperti itu kepada lawan.
Saat mereka tiba di ruang latihan, Ye Xiu sudah ada di sana. Yang juga hadir adalah Su Mucheng, lalu tiga pemain muda: Qiao Yifan, Luo Ji, dan An Wenyi. Yang lain belum datang.
Chen Guo mengamati sekeliling. Dari ekspresi wajah semua orang, tak terlihat apakah kondisi baik atau buruk. Tapi setidaknya tidak ada yang memiliki lingkaran hitam di mata - jauh lebih baik daripada dirinya.
Dengan santai menyapa, Chen Guo dan Tang Rou juga masing-masing mencari posisi duduk. Tak ada yang berbicara, ruang latihan dipenuhi suara ketukan keyboard dan mouse. Ye Xiu bangun dan melambaikan tangan ke arah Tang Rou: "Ini ada berkas video, kamu lihat."
"Oh." Tang Rou mengangguk, menerima berkas yang dikirim Ye Xiu. Saat dibuka, terlihat klip pertarungan Han Yanrou dari pertandingan sebelumnya. Ye Xiu yang sudah meninggalkan kursinya, kini berjalan mendekat.
