Berguling, sekali lagi berguling.
Reaksi Lin Jingyan yang tak terduga lincah, bahkan bisa merespons serangan Anti-Tank Cannon Jun Moxiao yang tidak perlu chanting dari jarak dekat. Leng An Lei berguling dua kali, berhasil meninggalkan cahaya ledakan di belakangnya.
Bermain kecerdikan, kali ini Ye Xiu benar-benar menemukan lawan sepadan.
Gaya Lin Jingyan sendiri mungkin tidak termasuk aliran licik, tapi dia sangat ahli menghadapinya. Mau gimana lagi? Selama bertahun-tahun latihan harian sering berhadapan dengan si pemalas Fang Rui itu.
Melihat Leng An Lei berhasil menghindari Anti-Tank Cannon, pemain Dominant Hero di luar arena mengangguk kagum.
"Hanya dia yang bisa seperti ini," kata Zhang Jiale dengan ekspresi penuh pengakuan.
Memilih Lin Jingyan sebagai pemain kedua, sebagian besar alasannya sebenarnya untuk mengincar 1% HP Jun Moxiao.
Ya, satu persen, tapi karena ini Ye Xiu, cukup untuk membuat Dominant Hero memperhatikan ekstra.
Sebagai lawan lama Ye Xiu, tak satu pun dari mereka yang mengira 1% HP bisa membuat Ye Xiu menyerah. Si pemalas ini pasti akan memanfaatkan 1% itu untuk memuakkan mereka habis-habisan.
Benar saja, pertama mencatat rekor heal, lalu bermain licik, di mulut masih bilang "kamu menang".
Ya, semua jelas yakin ronde ini akan dimenangkan Dominant Hero, tapi berapa harga yang harus dibayar untuk kemenangan ini?
Makanya di ronde ini Lin Jingyan yang dikirim ke lapangan. Ye Xiu yang HP-nya tipis pasti main licik, dan Lin Jingyan punya solusi terbaik menghadapi aliran licik.
Lihat, trik kotor barusan ini. Kalau anggota Dominant Hero lain yang menghadapi, belum tentu bisa menghindar. Tapi Lin Jingyan beda, penghindarannya dari serangan Anti-Tank Cannon tadi tetap penuh kewibawaan.
Saat bangkit kembali, Knee Strike Kuat sudah diluncurkan, tubuhnya melesat menghantam Jun Moxiao.
Serangan balik ini datang cepat, tapi melihat jarak kedua karakter sekarang, timing Knee Strike Kuat ini sepertinya kurang tepat, tidak akan menimbulkan ancaman berarti.
Tapi ritme seperti ini justru efektif menekan aliran licik. Aliran licik biasanya butuh pengamatan, berpikir, menyusun strategi. Ritme cepat jelas bisa mengurangi ruang kalkulasi lawan. Tapi untuk si licik tulen seperti dia, bahkan refleks bertahan pun tetap licik. Menghadapi tipe seperti ini, ritme cepat saja belum cukup mengendalikan kelicikannya.
Tapi Lin Jingyan harus menghadapi taktik licik seperti ini setiap hari selama periode waktu yang cukup lama dalam latihan.
Knee Strike Kuat bukanlah satu-satunya cara menghadapi. Saat melayang, Leng An Lei tiba-tiba membuka tangan dan melemparkan Sand Toss.
Knee Strike Kuat ternyata hanya digunakan sebagai skill mobilitas, serangan Sand Toss-lah yang menjadi fokus. Area serangan tiba-tiba meluas dari satu titik ke area luas. Upaya menghindar yang awalnya hanya untuk Knee Strike Kuat kini menjadi tidak cukup, keinginan untuk menambah gerakan menghindar pun sudah terlambat.
Kresek!
Pasir bertebaran menghantam Jun Moxiao, dentingan berirama terus terdengar. Yang bisa dilakukan Ye Xiu hanyalah memiringkan kamera Jun Moxiao sedikit untuk menghindari efek blind.
Tapi Leng An Lei sudah mendarat dan langsung bergerak menyamping ke arah berlawanan dari putaran kamera Jun Moxiao. Teknik rumit seperti ini mungkin hanya mendapatkan sepersekian detik, tapi kadang momen sesingkat itu sudah cukup mematikan - Upper Hook dari Leng An Lei!
Empat cakar menyambar, tapi tangan Jun Moxiao tiba-tiba juga bergerak ke arah yang sama. Meski kamera tidak menghadap ke sini, serangannya justru tepat mengarah ke lokasi ini.
Nage Waza!
Melalui gerakan ini, Lin Jingyan langsung mengenali skill yang dipilih lawan.
Skill kedua belah pihak yang mengenai bersamaan atau berurutan sama sekali tidak mempengaruhi eksekusi Nage Waza ini. Arah lemparan sudah pasti menuju lahar merah menyala di depan.
Diterjang di lahar oleh Jun Moxiao yang HP-nya hanya tersisa 7%, ini sama sekali tidak bisa diterima oleh Lin Jingyan.
Backstep!
Lin Jingyan lebih memilih Upper Hook-nya meleset daripada memberi kesempatan seperti ini kepada Ye Xiu.
Leng An Lei mundur selangkah menghindari raihan tangan Jun Moxiao, segera setelah itu melangkah maju dan mengulurkan kedua tangannya.
Nage Waza, lagi-lagi Nage Waza.
Nage Waza vs Nage Waza: satu langkah mundur lalu maju, menghindari serangan lawan lalu mengunci recovery frame dengan skill sendiri. Lin Jingyan memang veteran yang telah mendalami kelas ini selama bertahun-tahun. Meski Nage Waza adalah skill Yudo, tiga kelas bertarung lain di Glory tak pernah berhenti menggunakan skill ini sejak hari pertama rilis game.
Sayangnya, Lin Jingyan kini berhadapan dengan Loner yang belum pernah muncul di arena profesional sejak Glory diluncurkan. Di tangan Loner ini, terdapat senjata legendaris Qianji San yang baru dikenal dunia setelah kemunculan Jun Moxiao.
Tangan Jun Moxiao menarik diri - gerakan akhir Nage Waza. Namun Qianji San yang tadinya terpisah menjadi dua bagian, kini menyatu kembali. Ujung tombaknya menusuk tubuh Leng An Lei sebelum tangan-tangan itu mencapainya.
Qianji San, Bentuk Tombak.
Skill: Tarian Tongkat Bundar.
Leng An Lei terlempar ke udara. Satu-satunya yang bisa disyukuri Lin Jingyan adalah skill Tarian Tongkat Bundar tak bisa langsung melempar karakter, setidaknya dirinya tak akan terjatuh ke lahar.
Tapi, skill itu mati, sedangkan manusia hidup. Lin Jingyan tiba-tiba menyadari bahwa Leng An Lei yang melayang di udara telah hidup kembali.
Skill grab akan mengunci semua gerakan lawan hingga skill berakhir. Jika karakter masih bisa bergerak saat ini, hanya ada satu kemungkinan: skill telah berakhir.
Mengakhiri Tarian Tongkat Bundar saat masih mengayunkan karakter di udara berarti mengorbankan sebagian besar damage yang seharusnya dihasilkan saat menyentuh tanah. Tapi bagi Lin Jingyan saat ini, Leng An Lei-nya mengikuti hukum gerak dan sedang terlempar ke arah lahar yang jauh lebih mengerikan daripada sekedar dihantam Tarian Tongkat Bundar ke tanah.
Meninju, menendang...
Tanpa efek penguncian skill, Leng An Lei justru leluasa bergerak di udara. Sayangnya, Rogue-nya sama sekali tidak memiliki skill pergeseran posisi udara. Gerakan tinju dan tendangannya hanya sedikit mengubah pola goyangan, tapi pertimbangan Lin Jingyan yang berpengalaman telah menyimpulkan: gerakan-gerakan ini sama sekali tidak cukup.
Tendangan Elang!
Lin Jingyan sangat merindukan skill ini di saat kritis. Tanpa perlu modifikasi senjata, hanya dengan 20 SP, dia bisa mengubah konsekuensi yang membuatnya tak berdaya ini.
Tapi sayangnya, dia tidak mengalokasikan 20 SP itu. Leng An Lei-nya sama sekali tidak memiliki skill Tendangan Elang.
Dengan perasaan menyebalkan, dia mengoperasikan Leng An Lei melempar botol bensin. Setidaknya jangan biarkan Ye Xiu menonton pertunjukan ini dengan nyaman di bawah!
Sayangnya serangan emosional ini juga tidak terlalu mengancam. Ye Xiu dengan santai mengoperasikan Jun Moxiao menghindar, mengangkat Qianji San dan menembakkan dua peluru BRAK BRAK.
Ya Qiang!
Si pemalas ini masih menggunakan teknik Ya Qiang, ingin membuat dirinya terlempar lebih jauh lagi.
Lin Jingyan terus mengoperasikan Leng An Lei mengayunkan tinju dan tendangan. Ya Qiang membutuhkan ketepatan mengenai pusat gravitasi target di udara untuk mengontrol pergerakan. Sebenarnya hanya karakter Sharpshooter dengan kecepatan tembak tinggi yang bisa sesekali menangkap pusat gravitasi. Qianji San dalam bentuk senjata adalah senapan dengan kecepatan tembak dua peluru sebelum reload, sama sekali tidak bisa menghasilkan efek Ya Qiang yang spektakuler. Tiba-tiba Jun Moxiao menggoyangkan Qianji San, mengarahkannya ke atas sambil menembakkan rentetan peluru TAP TAP TAP TAP. Lin Jingyan hampir muntah darah - si kurang ajar ini menggunakan Green Machine Gun untuk melakukan Ya Qiang!
Kecepatan tembak Green Machine Gun memang terjamin, bahkan begitu cepat hingga menjadi ujian bagi operator. Tapi Lin Jingyan tidak meragukan teknik Ya Qiang Ye Xiu, teknik ini diciptakan oleh si pemalas ini sendiri!
Loner... Loner! Punya semua skill, benar-benar menyebalkan!
Percikan darah yang mekar di udara membentuk jejak terang mengikuti Leng An Lei yang terlempar. Lahar membuka pelukannya, menerima Leng An Lei dengan semangat, lalu dengan antusias membakar HP-nya. Lin Jingyan memutar kamera, menyapu pandangan ke tepian tempat Ye Xiu juga dengan semangat memposisikan Jun Moxiao untuk menyambut.
Lin Jingyan mengadukan dalam hati, memilih untuk tidak menantang batas maksimum. Ia mencari arah yang agak jauh namun setidaknya tak mungkin dihalangi Jun Moxiao Ye Xiu untuk mulai berenang.
Leng An Lei akhirnya merangkak keluar dari lahar, tubuhnya masih diselimuti api yang menimbulkan damage residual. Seluruh arena menatap HP Leng An Lei yang tersisa 48%, terdiam membisu. Tiba-tiba Jun Moxiao Ye Xiu berlari sambil membanjiri layar chat: "Lao Lin, kok ceroboh banget sih Lao Lin? Output lahar tadi keren kan?"
Output-nya memang luar biasa, nyaris setengah HP habis. Tapi bisakah Lin Jingyan membalas ejekan ini?
"Kau menang." Balasan Lin Jingyan persis seperti ucapan pembuka Ye Xiu tadi.
Tapi kali ini, itu fakta. Ronde ini yang berakhir seperti ini, bagi Ye Xiu sudah bisa dihitung sebagai kemenangan besar.
"Kau masih hidup, mana mungkin aku menang?" Ye Xiu membalas samba menampilkan emoji senyum sopan.
"Jangan harap kau bisa meminta lebih!" Lin Jingyan membalas. Leng An Lei sudah dash maju menyongsong arah Jun Moxiao yang mendekat.
"Menang, dari sudut pandang pertandingan, Lin Jingyan akhirnya menang."
Tapi kemenangan ini, bahkan bagi fans Dominant Hero yang paling dermawan dan berani, sungguh sulit untuk memberikan tepuk tangan.
Empat puluh satu persen.
Ini adalah sisa HP terakhir Leng An Lei.
Membunuh Jun Moxiao yang 7%... atau lebih tepatnya 1%, Dominant Hero harus membayar harga yang jauh lebih besar dari perkiraan mereka.
Ye Xiu keluar dari kursi pertandingan. Biasanya, suara hinaan pasti akan mengepungnya. Tapi kali ini, fans Dominant Hero justru bingung bagaimana bereaksi, hanya bisa diam membisu.
"Ah, pertandingan ini... bagaimana kita harus menyikapinya?" Pan Lin dan Li Yibo di siaran televisi juga kesulitan menemukan diksi yang tepat untuk merangkum pertandingan ini.
Performa Lin Jingyan, kalau dikatakan buruk, sebenarnya tidak terlalu parah. Hanya karena kondisi map ini, satu kali kegagalannya langsung menanggung konsekuensi sebesar ini.
"Atau mungkin, Ye Xiu lebih dulu menemukan poin kunci pertempuran di map ini..." Li Yibo berkomentar.
Omong kosong!
Mayoritas orang pasti berpikir begitu setelah mendengarnya.
Poin kunci seperti ini, pemain berpengalaman bermain Glory sekilas pun bisa menyadarinya. Lebih dulu menemukan? Ye Xiu lah yang lebih dulu berhasil memanfaatkannya!
