Dominant Hero adalah tim paling berani dan penuh semangat di Liga, sekaligus memiliki basis fans paling antusias dan garang. Namun di sisi lain, faktanya Dominant Hero juga tim paling "berbudaya" di Glory.
Berbudaya...
Istilah ini sekilas tak cocok dengan Dominant Hero. Tapi doktrin "kemenangan adalah segalanya" tak pernah mendapat tempat di sini. Bagi mereka, kemenangan bukan satu-satunya kemuliaan.
Dominant Hero memiliki romantisme kokoh yang mereka pegang teguh, meski "romantisme" yang mereka klaim sebenarnya sama sekali tidak berkaitan dengan dua kata tersebut.
Tindakan Lin Jingyan tidak sesuai dengan romantisme mereka.
Namun, mereka bisa merasakan hasrat kemenangan dari veteran ini. Mereka boleh tidak menyukai caranya, tapi tidak bisa mengabaikan usahanya. Seperti bagaimana mereka yang sangat membenci Ye Xiu, tetap mengakui kekuatan Ye Xiu.
Para pahlawan Dominant Hero, jelas dalam mencintai dan membenci.
Tapi ketika hal yang dicintai dan dibenci berkutat pada satu orang, mereka menjadi bingung menentukan sikap.
Atmosfer live tidak menghalangi jalannya pertandingan.
Di depan adalah medan tempur yang menguntungkan Lin Jingyan. Jika tidak masuk, sesuai aturan situasi akan condong menguntungkannya.
Dari segala sisi, sepertinya tidak ada pilihan yang menguntungkan Su Mucheng.
Namun Muyu Chengfeng terus bergerak mengejar Leng An Lei, dengan rute yang mulai menyimpang.
Ini...
Semua orang mengamati arah gerakan Muyu Chengfeng, mencari tujuan akhirnya.
Oh!!
Seorang ahli segera menyadari.
Su Mucheng memanfaatkan kelambanan Lin Jingyan saat lawan tidak inisiatif menyerang. Alih-alih mengejar ketat, dia mengambil rute memutar untuk menyusup dari sisi area yang diharapkan Lin Jingyan. Dengan ini, meski pertempuran tetap terjadi di medan itu, Lin Jingyan kehilangan kewibawaan dan inisiatif sebelumnya.
Tidak sepenuhnya mengubah kekurangan, tapi setidaknya, mempersempit kekurangan.
Dalam situasi seperti ini, Lin Jingyan seolah masih belum puas. Jika terus-menerus mengalihkan perhatian lawan tanpa tindakan nyata, akhirnya hanya akan dianggap bermain pasif oleh wasit. Lin Jingyan yang berani memanfaatkan celah aturan, tentu paham sikap wasit dalam menilai kondisi seperti ini. Akhirnya dia tidak melakukan penyesuaian lagi, karakter Leng An Lei melanjutkan jalur sebelumnya ke area batu kapur. Dengan cepat menggunakan batu kapur untuk menyamarkan posisi Leng An Lei.
Karakternya menghilang dari visi Su Mucheng, tapi Muyu Chengfeng yang sedang bermanuver juga akan menggunakan perlindungan batu kapur untuk menyembunyikan diri saat memasuki area ini.
Dari kondisi lawan terang-saya gelap, berubah menjadi lawan gelap-saya juga gelap. Inilah hasil akhir manuver Su Mucheng.
Hampir semua orang mengira demikian, tapi tak disangka, Muyu Chengheng Su Mucheng malah melepas tembakan sebelum benar-benar memasuki area tersebut, saat baru mendekati.
Dorong! Dorong! Dorong!
Suara tembakan bergema.
Bagaimana bisa begitu?
Semua bingung.
Dengan begini, bukankah kembali ke situasi lawan gelap-saya terang? Dengan pengalaman Lin Jingyan, meski tak melihat target, hanya dari suara saja sudah bisa memperkirakan 70-80%. Semua mengira Su Mucheng akan meniru gaya Lin Jingyan: karakter masuk area, berlindung di balik batu kapur, lalu mencari lawan ala penyerang jarak jauh. Tapi siapa sangka karakternya belum sampai lokasi, serangan sudah dilancarkan?
Serangan ini, bagaimanapun juga tidak mungkin mengenai target. Bukan masalah terlihat atau tidak, melainkan dalam waktu sesingkat ini, bahkan jika Lin Jingyan berniat menggerakkan Leng An Lei ke posisi itu untuk dihujani peluru, waktunya tidak cukup untuk sampai.
Ini mau ngapain sih?
Semua orang bingung melihat peluru meriam menghantam batu kapur. Batu kapur yang cukup kokoh ini hanya terkikis sedikit oleh serangan berat Artillery God, namun tidak bisa dihancurkan dengan mudah. Rencana Su Mucheng menghilangkan ciri khas medan tempur di area ini jelas mustahil.
Tapi Muyu Chengfeng terus menyerang tanpa henti, menghujani lagi, sambil berjalan sambil menembak.
Dentuman meriam dan ledakan hampir menyambung menjadi garis kontinu, apakah ini upaya mengacaukan pertimbangan lawan dengan kebisingan yang begitu padat?
Memang ada efek pengaburan tertentu, tapi setelah mengaburkan, bukankah posisi asli kita juga ikut tersamarkan? Apa bedanya dengan penyusupan diam-diam?
Saat adegan beralih ke Leng An Lei milik Lin Jingyan, semua orang mulai tersadar.
Perbedaannya terletak pada orientasi!
Penyusupan diam-diam membuat kedua belah pihak tidak tahu posisi akurat lawan, hanya bisa saling mencari perlahan. Pertandingan dipenuhi unsur acak dan ketidaksengajaan. Bertemu lawan secara tiba-tiba dalam jarak dekat sangat merugikan bagi Artillery God.
Dan sekarang, dengan sengaja membuat suara berarti secara aktif membuka posisi mereka, tapi di sisi lain juga memancing Lin Jingyan untuk melakukan aksi yang lebih berani. Dalam kekacauan suara ini, pertimbangan Lin Jingyan menjadi sangat krusial. Kesalahan penilaian bisa membuatnya terbuka di depan mulut meriam lawan. Namun jika dia bisa secara jelas melacak sumber serangan, mungkin dia bisa menciptakan jarak tempel yang mematikan bagi Su Mucheng.
Ini adalah sebuah taruhan!
Bertaruh pada kemampuan analisis situasi Lin Jingyan.
Lalu seberapa baik kemampuan analisis Lin Jingyan?
Siaran langsung dengan cerdik memotret perspektif utama Lin Jingyan saat ini, artinya suara yang didengar penonton sama persis dengan yang didengar Lin Jingyan. Arah, jarak - semua orang langsung ikut menganalisis bersama Lin Jingyan. Pemain biasa langsung menyerah! Suara-suara ini berbaur jadi satu, mustahil membedakan sumber tembakan meriam. Tapi Lin Jingyan? Pergerakan Leng An Lei terlihat sangat tegas. Penonton yang punya layar kecil dengan perspektif penonton bisa melihat posisi Muyu Chengfeng saat ini. Dengan menggabungkan kedua sudut pandang, terlihat Leng An Lei sedang memanfaatkan perlindungan untuk mendekati Muyu Chengfeng.
Mungkin belum akurat sepenuhnya, tapi semakin dekat jaraknya, tingkat presisi analisisnya akan semakin meningkat.
Tapi tiba-tiba, terjadi perubahan tak terduga di arena yang tak disangka-sangka oleh semua orang.
"Doron tak henti-henti, ledakan terus-menerus. Meski batu kapur kokoh tak runtuh, serpihan dan debu terus beterbangan. Area penembakan perlahan dipenuhi kabut debu yang semakin pekat, semakin pekat.
"Smoke Bomb..." Pan Lin spontan berkomentar. Tanpa disadari, debu kapur yang terus beterbangan ini mengurangi visibilitas. Sementara Leng An Lei yang terus mendekat, perlahan-lahan telah terjebak dalam lingkaran kabut kapur ini.
"Apakah ini juga bagian dari rencana Su Mucheng?" tanya Pan Lin.
"Ini... mungkin bukan!" jawab Li Yibo. Karena terakumulasi sedikit demi sedikit, saat semua menyadari situasi ini, debu kapur telah membentuk lapisan tebal. Meski bisa menyembunyikan posisi, namun menyembunyikan diri berarti juga menyembunyikan musuh. Bagi Artillery God, kondisi ini justru merugikan - visi yang terbatas membuat target baru terdeteksi pada jarak menengah-dekat. Bagaimana mungkin memaksimalkan kelebihan jarak jauh Artillery God dalam keadaan seperti ini?
Ini pasti kecelakaan.
Untuk mempertahankan kontinuitas tembakan meriam, Su Mucheng terus menyerang batu kapur di jarak dekat. Tanpa disadari, terciptalah konsekuensi seperti ini. Berhentinya tembakan meriam adalah bukti terbaik - jelas Su Mucheng juga menyadari mustahil melanjutkan serangan seperti ini.
"Inilah konsekuensi map acak!" Li Yibo menghela napas. Rencana yang sudah disusun rapi, siapa sangka bisa muncul masalah seperti ini karena mekanisme random map.
Dan ini jelas merupakan kesempatan bagi Lin Jingyan. Setelah menemukan hal ini, dia hampir tidak ragu-ragu lama. Dia menggunakan bubuk kapur ini sebagai perlindungan, Leng An Lei segera dash ke arah posisi perkiraan Muyu Chengfeng yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
Tembakan meriam kembali terdengar.
"Bagaimana?" Melihat Muyu Chengfeng tiba-tiba kembali membombardir, dan sepertinya ritme semakin cepat dan terburu-buru, Pan Lin terlihat bingung.
Terlambat!
Lin Jingyan saat ini hampir mengunci posisi Muyu Chengfeng, berkat jeda yang dilakukan Su Mucheng saat menyadari sesuatu yang salah. Itu mungkin hanya jeda refleks, Su Mucheng jelas segera menyadarinya sehingga buru-buru memulai rentetan tembakan yang lebih padat.
Tapi, terlambat.
Jeda sesaat itu sudah memungkinkan Lin Jingyan membuat pertimbangan paling akurat tentang posisi Muyu Chengfeng.
Karena serangan Artillery God tidak memiliki mode tembak otomatis, setiap tembakan memerlukan reload, sehingga perlu mencampur ledakan terus-menerus untuk menyembunyikan ritme ini. Tapi penghentian mendadak justru membuat suara tembakan terakhir terbongkar dengan jelas, dan Lin Jingyang berhasil menangkapnya dengan akurat.
Su Mucheng menyadarinya, buru-buru melakukan serangan pengalih perhatian, Muyu Chengfeng juga segera mulai menyesuaikan posisi, tapi terlambat.
Leng An Lei, tiba-tiba muncul di hadapannya, hanya berjarak lima langkah darinya.
Gas!
Tanpa keraguan.
Kesempatan langka seperti ini tidak boleh disia-siakan lagi, harus langsung menancapkan jarak tempel hingga musuh tumbang.
Doron!
Muyu Chengfeng cepat-cepat berbalik dan menembakkan meriam, tubuhnya meluncur ke belakang.
Operasi Terbang Meriam, sudah diduga!
Baja Tulang Punggung!
Leng An Lei segera mengaktifkan skill Master Bela Diri ini, tubuh langsung menabrak dan meledakkan peluru meriam yang datang, gerakan kaki sama sekali tidak melambat, melangkah satu langkah lalu menendang tanah, Knee Strike Kuat!
Knee Strike yang meluncur ini jauh lebih cepat daripada Muyu Chengfeng yang terlempar mundur oleh meriam, jarak antara dua karakter langsung dihilangkan seketika, dan Leng An Lei yang telah mengaktifkan Baja Tulang Punggung juga tidak akan terganggu oleh serangan.
Namun, Knee Strike bukanlah efek yang diinginkan Lin Jingyan, tujuannya adalah untuk menempel ke Muyu Chengfeng, bukan membantu mempercepat pelariannya dengan Knee Strike.
Maka pada detik terdekat, Knee Strike Kuat dibatalkan, Leng An Lei mengulurkan kedua tangannya.
Skill grab!
Baik Master Bela Diri maupun ahli grab resmi Yudo, grab kali ini berpotensi meleset karena masih ada selisih jarak antara kedua pihak, lengan karakter tidak sepanjang itu.
Namun Rogue berbeda. Senjata Rogue adalah cakar. Jika bicara tentang senjata kelas bertarung yang memiliki jarak serang, tidak diragukan lagi itu adalah cakar. Saat kedua tangan gagal menjangkau Muyu Chengfeng, perpanjangan senjata Yīyè Bāhuāng yang terpasang di punggung tangan membantu Leng An Lei memperpanjang jarak. Jarak ini kebetulan cukup. Pisau cakar Yīyè Bāhuāng menyentuh bahu Muyu Chengfeng.
Backdrop!
Skill grab yang digunakan Lin Jingyan bukan Nage Waza, melainkan skill grab Yudo tingkat rendah di bawah level 20 - Backdrop. Memaksa karakter terlipat di belakang, jelas itu masih jarak tempel.
Gerakan Backdrop telah selesai di udara. Leng An Lei mengangkat Muyu Chengfeng dan melipatnya ke belakang. Tapi saat tubuh yang tertekuk itu berputar menyapu tanah, Lin Jingyan tiba-tiba tertegun.
Debu kapur ini benar-benar tebal, sampai tanah tidak kelihatan.
Tanah tidak kelihatan...
Tidak...
Lin Jingyan menyadari kesalahan, tapi terlambat. Dor! Kedua karakter yang jatuh langsung terbenam dalam lahar.
