Leng An Lei masih dalam proses serangan Backdrop. Tubuhnya yang tertekuk bersama Muyu Chengfeng yang diikatnya, bersama-sama jatuh ke lahar. Merah menyala yang kontras berkilau di tengah debu kapur yang pekat.
Hati Lin Jingyan ikut tenggelam bersama Leng An Lei.
Kebetulan? Nasib?
Tentu saja tidak mungkin. Serbuk kapur di area ini bisa menutupi warna lahar, jelas konsentrasinya berbeda dengan area lain. Ini adalah trik pengalihan yang sengaja difokuskan oleh Su Mucheng selama operasionalnya.
Jebakan.
Semuanya adalah jebakan.
Gempuran meriam yang beruntun sebagai pancingan dan kamuflase, hentian yang terkesan refleks, lalu rentetan tembakan tergesa-gesa. Semua ini adalah tata letak strategi untuk menjebak Lin Jingyan ke dalam perangkap.
Lahar, lagi-lagi lahar.
Meski tahu damage tinggi ini tak boleh disentuh, tapi dalam dua duel arena pertandingan yang sama malah terperosok, Lin Jingyan merasa malu tak karuan.
Namun Muyu Chengfeng milik Su Mucheng terjatuh bersama Leng An Lei-nya, dan masih dalam kontrol serangan Backdrop-nya. Dengan demikian, di dalam lahar pun masih bisa meluncurkan serangan.
Berjuang mati-matian!
Lin Jingyan memantapkan hati. Daripada mengurusi kabur, lebih baik bertarung habis-habisan di lahar - menyerang dan output langsung di lahar seperti pertempuran sengit Ye Xiu melawan Han Wenqing. Kesempatan menimbulkan damage besar mungkin hanya di sini.
Sentuh dasar, putar tubuh.
Gerakan Leng An Lei di dalam lahar tetap mulus. Saat menjatuhkan Muyu Chengfeng dari belakang ke dasar, tubuhnya sudah berbalik.
Overpowering Combo Fist!
Leng An Lei langsung menghujam dengan skill besar.
Teknik ini diantisipasi dengan begitu mulus, Su Mucheng benar-benar tidak punya cara lain. Tujuan awalnya tentu lebih baik jika Leng An Lei sendiri yang terjatuh ke lahar sementara Muyu Chengfeng tetap di darat membombardir habis-habisan. Sayangnya keuntungan tak sepenuhnya berpihak padanya. Lagipula Lin Jingyan bukanlah lawan yang mudah dihadapi. Meski saat itu mungkin dia juga tidak menyadari rencana Su Mucheng, namun backdrop yang berhasil dilakukan di udara ini justru secara tak terduga menyeret Muyu Chengfeng ikut tercebur ke lahar.
Situasi seperti ini bukan tanpa persiapan dari Su Mucheng. Namun Lin Jingyan telah mengeluarkan sikap mengorbankan segalanya. Setelah backdrop, langsung disambung dengan skill besar Overpowering Combo Fist yang bisa melakukan sweeping attack. Sayangnya lokasinya berada di sudut sempit lahar, tidak bisa bergerak ke kiri-kanan, terpaksa menerima serangan berat.
Pukulan demi pukulan menghujam, lahar kembali berhamburan membentuk keramaian kembang api.
HP Leng An Lei terus menurun, sementara Muyu Chengfeng yang terus terbakar lahar sekaligus menerima serangan mengalami penurunan HP lebih cepat.
Mungkinkah menang?
Beberapa pemain yang melihat kecepatan penurunan HP Muyu Chengfeng langsung bersemangat. Tapi para ahli tidak akan membuat pertimbangan seperti ini. Efisiensi serangan saat ini hanya bisa dicapai oleh Overpowering Combo Fist. Selain skill kombo atau ultimate lainnya, Rogue tidak memiliki output damage setinggi ini. Penurunan HP Muyu Chengfeng yang menggembirakan ini hanya bersifat sementara, akan berhenti setelah Overpowering Combo Fist selesai.
Dengan bertarung seperti ini, kemenangan mutlak tidak mungkin. Tapi jika dilakukan dengan baik, tetap bisa memberikan damage yang sangat besar pada Muyu Chengfeng. Keputusan tegas Lin Jingyan dalam mengambil prioritas saat ini cukup layak dipuji.
Doron!
Serangan terakhir Overpowering Combo Fist menyapu lahar membentuk lubang kecil. Muyu Chengfeng akhirnya berhasil lolos dari tinju Leng An Lei, terhempas oleh daya ini hingga berguling-guling. Sementara Leng An Lei melakukan backstep untuk recovery frame - dalam momen singkat ini kedua karakter berada dalam status kaku, merupakan efek proteksi recovery frame dari skill Overpowering Combo Fist.
Sekarang lihat lanjutannya!
Ahli-ahli yang menonton pertandingan paham, skill besar seperti Overpowering Combo Fist secara teori tidak mungkin langsung dikombinasikan setelah recovery frame. Jadi saat ini pemain harus mengandalkan situasi dan metode mereka sendiri untuk melanjutkan serangan mendadak membentuk pseudo combo.
Lin Jingyan perlu menguasai dominasi absolut dalam gempuran untuk mencapai output tinggi yang diharapkannya. Keberhasilan pseudo combo ini akan menjadi match point penentu hasil pertandingan akhir.
Jarum bius!
Begitu status kaku recovery frame-nya hilang, Leng An Lei langsung melemparkan sebuah jarum.
Jarum bius, skill crowd control yang membuat target masuk status lumpuh. Terbang membelah lahar yang masih bergeliat, begitu kecil hingga mustahil terdeteksi. Karakter yang mengejar jarum ini setengah badannya tercelup lahar, menghadapi resistensi luar biasa, tapi Leng An Lei telah mengeluarkan skill besar lainnya.
Street Storm!
Ini adalah skill serangan, tetapi juga bisa dianggap sebagai skill status. Dalam durasi skill Street Storm, serangkaian skill low-tier hingga menengah Rogue akan mendapatkan penguatan, dan bisa digunakan sekaligus tanpa masuk ke cooldown skill normal.
Knee Strike Kuat!
Leng An Lei kembali menggunakan skill ini, lahar terbelah, Leng An Lei langsung menubruk Muyu Chengfeng. Sementara itu, kedua tangannya tak diam saja - bata di tangan kiri dan pasir di tangan kanan sudah dilempar bersamaan. Seketika, tak terhitung skill sudah meluncur ke Muyu Chengfeng bersama dengan tubuh Leng An Lei.
Kena!
Jarum bius kena, Brick Strike kena, Sand Toss juga kena!
Tubuh Leng An Lei sudah sampai, namun tiba-tiba cahaya terang muncul dari lahar - mulut meriam Muyu Chengfeng yang diangkat cepat, kemudian diarahkan tepat ke Leng An Lei yang sedang melompat mendekat.
Quantum Cannon! Tembak!
Cahaya langsung menyambar Leng An Lei. Di jarak sedekat ini, dengan gelora sekuat ini, Lin Jingyan sama sekali tak punya cara untuk menghindar.
Cahaya hampir membungkus seluruh tubuhnya, melemparnya jauh. Namun recoil dahsyat yang dihasilkan sama sekali tak menggoyang Muyu Chengfeng. Malah membuat lahar di sekitarnya retak seolah terbelah. Orang-orang langsung melihat Muyu Chengfeng kini berdiri kokoh di atas penyangga.
Jarum bius kena, Brick Strike kena, Sand Toss kena - mengapa Quantum Cannon yang sedang di-charge ini tidak terinterupsi?
Quantum Cannon memiliki recoil yang sangat kuat, namun setelah tembakan ini meluncur, langkah Muyu Chengfeng sama sekali tidak bergerak?
Alasannya semua orang sudah melihat.
Skill besar level 75 Artillery God: Stabilized Artillery Mount.
Setelah skill diaktifkan, posisi Artillery God akan terkunci: tidak bisa bergerak, tidak bisa lompat; sebagai gantinya, damage senjata meningkat signifikan dan serangan mendapatkan proteksi anti-interupsi.
Su Mucheng ternyata menyembunyikan Stabilized Artillery Mount di bawah lahar! Karya spektakuler ini membuat Lin Jingyan mengakui kekalahannya. Leng An Lei yang terhempas sedang menatap ke arah ini, ia melihat mulut meriam di atas Stabilized Artillery Mount mulai charge untuk kesekian kalinya.
Doron!
Peluru kembali melesat mengejar Leng An Lei.
Output damage dikombinasikan dengan DOT lahar? Taktik yang baru saja Lin Jingyan gunakan terhadap Muyu Chengfeng, kini telah dibalas balik oleh Su Mucheng. Namun HP Leng An Lei yang tersisa sudah tidak memberi kesempatan untuk melawan.
Glory!
Di antara percikan lahar yang terhempas oleh ledakan, HP Leng An Lei dihantam hingga habis. Di ronde ketiga arena pertandingan, Su Mucheng dari Xingxin meraih kemenangan setelah Muyu Chengfeng kehilangan 29% HP. Adegan Quantum Cannon membelah lahar dan menyingkap stable yang tersembunyi di bawahnya menjadi cuplikan terbaik pertandingan ini. Siaran televisi memutar ulang adegan ini berulang kali, sementara di lokasi live (kandang Dominant Hero), cuplikan yang menghancurkan semangat sendiri ini tak akan diputar meski bersifat epik.
Lin Jingyan keluar dari kursi pertandingan. Dalam pertandingan krusial ini, kinerjanya jelas tidak memuaskan. 7% (atau sebenarnya 1%) dari Jun Moxiao, 29% dari Muyu Chengfeng - itulah total hasil yang ia raih di arena pertandingan hari ini. Jarak kekalahan yang cukup untuk menentukan hasil akhir sebuah arena pertandingan.
Hanya sampai di sini?
Berjuang mati-matian, bahkan rela mengeksploitasi celah aturan, tapi hasilnya tetap kekalahan telak. Lin Jingyan kecewa: kecewa dengan hasil, kecewa pada dirinya sendiri.
Tapi tepuk tangan tiba-tiba bergemuruh di lokasi live, membuatnya heran.
Fans Dominant Hero bukan tipe yang membuang pecundang seperti sampah. Mereka tak pernah menilai pahlawan berdasarkan kemenangan. Kekalahan bukan masalah selama ada sikap dan kinerja yang memuaskan - itulah standar kepahlawanan versi fans Dominant Hero.
Tapi bagaimana dengan ronde kali ini?
“Lin Jingyan sendiri juga cukup jelas, kinerjanya tidak begitu baik, terutama ada hal-hal yang mungkin membuat fans Dominant Hero jengkel. Tapi dengan kondisi seperti ini, tetap bisa mendapatkan tepuk tangan penonton?”
Tepuk tangan tidak bisa dibilang meriah, di hati fans Dominant Hero masih ada keraguan. Dalam pertandingan ini, performa Lin Jingyan memang tidak disukai mereka, dan hasilnya pun tidak memuaskan. Tapi mereka tetap memberikan tepuk tangan, karena pada akhirnya mereka mengakui usaha Lin Jingyan, terutama aksi nekatnya di lahar yang berusaha melawan Muyu Chengfeng membuat banyak orang melihat bahwa Lin Jingyan benar-benar berkomitmen pada Tim Dominant Hero. Dia mengabaikan kehormatan pribadi dan hasil pertarungan, hanya untuk memperjuangkan kesempatan kemenangan bagi tim. Sikap seperti ini layak dapat apresiasi.
Meskipun dia menggunakan beberapa metode yang tidak disukai banyak orang, tapi detail kecil seperti itu tidak perlu diperhatikan!
Satu per satu kekhawatiran penonton Dominant Hero terurai. Tepuk tangan menyebar perlahan, semakin menjadi meriah. Saat suara itu memenuhi seluruh arena, Lin Jingyan yang sedang berjalan kembali ke area pemain terpaku mulut menganga.
“Semangat Dominant Hero!” Terdengar teriakan lantang dari antara tepuk tangan.
Lin Jingyan bukan tipe orang yang mudah terbawa euforia. Tapi saat ini, dia hampir tidak bisa menahan diri. Dua pertandingan terakhir ini benar-benar membuatnya tertekan. Saat ini tidak ada yang lebih mendambakan kemenangan darinya - kemenangan untuk Dominant Hero.
“Semangat Dominant Hero!” Lin Jingyan tiba-tiba berteriak ke arah penonton di luar arena. Ini adalah ekspresi semangat yang belum pernah terlihat sepanjang karirnya. Di area pemain Xingxin, mantan partnernya Fang Rui terlihat heran menyaksikan antusiasme tak biasa ini.
“Ayo ayo!!” Sorak fans Dominant Hero semakin membahana merespons. Lin Jingyan terus melambai dan bersorak sepanjang jalan, secara tak langsung menjadi penggerak dan pemandu suasana seluruh arena.
Sementara itu, pemain berikutnya dari Tim Dominant Hero telah bangkit dari kursi pemain.
Zhang Jiale, veteran ketiga Dominant Hero.
“Semangat!” Saat menuju panggung pertandingan, dia berpapasan dengan Lin Jingyan dan menepukkan telapak tangan dengan keras. Mereka sedang menyampaikan dahaga akan kemenangan.
