Sikap keras, kekerasan yang tak mungkin lagi dikalahkan.
Tak bergeming, mulut meriam menghadap lurus, dengan sikap seperti inilah Su Mucheng menyambut dash majunya Hundred Blossoms Spectacle.
Syuuu!
Hurricane Cannon bergulung keluar mengeluarkan suara angin melengking, gelombang kedua peluru ledak yang ditembakkan Hundred Blossoms Spectacle setelah mengganti magazin terpelanting dalam pusaran Hurricane Cannon, langsung berubah arah.
Zhang Jiale juga terkejut, sama sekali tidak menyangka Su Mucheng bisa bertarung sekeras ini.
Di babak sebelumnya, tipu muslihat dipakai maksimal, di babak ini justru serangan frontal yang paling frontal. Su Mucheng telah menjadi pemain yang bisa melihat momen emas dan membuat pilihan yang tegas. Sikapnya di masa lalu yang terlalu mengikuti Ye Xiu saat bersama, dan terlihat bingung saat sendirian, telah sepenuhnya hilang darinya.
Shan!
Hundred Blossoms Spectacle yang sedang dash lurus langsung miringkan badan untuk menghindar, tapi apakah kekuatan Hurricane Cannon bisa dihindari semudah itu? Meski berhasil menghindar dari tembakan langsung, aliran angin puyuh seperti peluru yang berputar tetap menyambar tubuhnya, membuatnya terhuyung-huyung.
Doron!
Tembakan meriam terus menggema, Su Mucheng jelas tak berniat memberi Zhang Jiale jeda. Serangan bombardir datang sambung menyambung. Tapi Zhang Jiale bukan tipe yang mudah dikendalikan. Meski langkah Hundred Blossoms Spectacle kacau oleh Hurricane Cannon, di tengah goyangan itu operasionalnya tetap akurat.
Flashbang!
Sebuah flashbang meluncur, langsung disambut tembakan senjata. Zhang Jiale tak menunggu granat itu mendarat, langsung menembakkannya di udara hingga meledak.
Cahaya menyilaukan tiba-tiba meletus, seketika penonton merasa seluruh area dipenuhi kilau terang. Siaran televisi buru-buru memotong ke kamera utama Su Mucheng, penonton di lokasi juga segera melihat layar besar, semua ingin tahu apakah Su Mucheng terkena efek flashbang ini.
Ada sedikit, tapi tidak sepenuhnya.
Su Mucheng terlihat melakukan operasional menghindari kamera secara terburu-buru, namun gerakan Zhang Jiale memerintahkan Hundred Blossoms Spectacle menembak dan membakar terlalu cepat, sehingga kamera Muyu Chengfeng tidak sepenuhnya terhindar. Meski kamera tidak sepenuhnya buta, terlihat seperti mata berkaca-kaca, adegan dalam kamera menjadi tidak jelas, sementara Hundred Blossoms Spectacle yang bergerak tampak seperti gumpalan kabur.
Sebuah granat lagi dilempar dalam kondisi seperti ini.
Granat jenis apa?
Dalam visi Su Mucheng, yang terbang mendekat hanya berupa piksel buram, sama sekali tidak bisa dibedakan jenis granatnya.
Akhirnya memilih mengabaikan, terus melanjutkan serangan.
Dalam status Stable Artillery Mount, karakter memang tidak bisa bergerak, lawan juga tidak bisa menggoyahkan postur Muyu Chengfeng dengan serangan. Jadi Su Mucheng memutuskan tidak peduli jenis serangan ini, membalas Zhang Jiale dengan serangan balik.
Serangan timbal balik.
Serangan timbal balik yang sangat kasar.
Di sisi Su Mucheng, dia benar-benar mengabaikan penghindaran dari serangan. Bagaimana dengan Zhang Jiale? Meskipun Hundred Blossoms Spectacle tidak memiliki batasan seperti stabilnya meriam, namun setelah berhasil mendekat ke jarak ini sementara Muyu Chengfeng tetap memasang stabilizer dan sama sekali mengabaikan serangannya, memilih mundur hanya akan menguras HP-nya sia-sia sekaligus kehilangan jarak yang susah payah direbutnya.
Serang balas serangan, korbankan darah dengan darah. Saat ini, tidak ada teknik lain selain ini. Su Mucheng dengan kasar memaksa Zhang Jiale melakukan perlawanan kekerasan semacam ini.
Artileri meriam yang terpaku di stabilizer memiliki daya tembak lebih besar, sementara Zhang Jiale tidak melepaskan kelebihan mobilitas Hundred Blossoms Spectacle. Diam di tempat dan saling tembak dengan meriam stabilizer sama saja dengan bunuh diri.
Terlihat seperti duel tembak-menembak dimana kedua belah pihak tidak mau mengalah, namun penentu kemenangan sebenarnya justru terletak pada kemampuan Zhang Jiale menghindari serangan. Muyu Chengfeng dalam mode stabilizer sama sekali tidak bisa melakukan penghindaran.
BRAK BRAK BRAK BRAK!
DORON DORON DORON DORON!
Dentuman senjata, ledakan meriam, dan kobaran api terus bergemuruh. Pertarungan senjata panas yang epik ini mengubah area kecil tersebut menjadi tanah hangus.
Pada akhirnya, Su Mucheng kalah.
Hasil ini mungkin tidak bisa dianggap terlalu mengejutkan. HP Muyu Chengfeng memang sudah agak tertinggal. Namun selisih 29%, di mata banyak orang ini sama sekali bukan level yang mengharuskan mulai berjuang mati-matian. Selisih seperti ini mungkin bisa dikejar hanya dengan satu kombo sukses.
Tapi Su Mucheng tidak melakukannya. Setelah bertemu lawan, dia dengan tegas memulai serangan balasan yang sebenarnya kurang menguntungkan bagi pihak dengan HP lebih sedikit.
Dia kalah dalam ronde ini, tapi secara hasil akhir, dia tidak kalah.
Hundred Blossoms Spectacle milik Zhang Jiale akhirnya hanya tersisa 21% HP.
71% vs 79%. Su Mucheng sedikit unggul, tapi jika melihat seluruh arena pertandingan, Xingxin jauh lebih dominan. Asal terus bertukar seperti ini, mereka akan menjadi pemenang arena pertandingan.
Su Mucheng yang menjebak dan mengeliminasi Lin Jingyan berhasil memperlebar keunggulan Xingxin atas Dominant Hero di atas fondasi yang ditinggalkan Ye Xiu. Dalam situasi unggul, banyak orang tak bisa hindari keinginan untuk terus mengejar dan merampas lebih banyak kelebihan, mengumpulkan lebih banyak kill untuk memperkokoh dasar kemenangan. Tapi di arena pertandingan, setiap pergantian pemain bisa menjadi titik balik. Apalagi tim berpengalaman dan bertekad baja seperti Dominant Hero tidak mudah dihabisi dengan strategi "digas habis-habisan".
Maka ketika menghadapi Zhang Jiale yang baru masuk, Su Mucheng tidak serakah ingin memperlebar jarak. Dia memilih mengkonsolidasi keunggulan yang ada.
Sikap yang sangat rasional, pilihan yang sangat bijaksana.
Perbedaan darah terlihat tidak banyak melebar, namun faktanya dengan berkurangnya personil lawan yang bisa tampil, meskipun perbedaan HP tetap sama, kelebihan justru semakin melebar.
Xingxin masih memiliki tiga orang dengan HP hampir penuh; Dominant Hero tersisa dua orang full HP plus Hundred Blossoms Spectacle yang nyawanya tinggal seperlima.
Siapa yang akan tampil berikutnya untuk Xingxin?
Su Mucheng turun, namun pandangan semua justru berputar-putar di area pemain Xingxin. Penentuan daftar pemain di lokasi langsung benar-benar misterius.
Mo Fan!
Di area pemain Xingxin, Mo Fan berdiri.
Ternyata seperti yang mereka duga!
Semua mengeluarkan kekaguman. Mo Fan sekarang sudah menjadi pemain yang sangat stabil di arena pertandingan Xingxin, gayanya memang cocok dengan format arena.
"Semangat." Di tengah jalan, Su Mucheng tersenyum pada Mo Fan.
"Hmm." Mo Fan mengangguk, satu kata sederhana itu mengandung nada yang cukup tegas.
Tak lama, pertandingan kelima dimulai. Mo Fan yang memiliki karakter full HP justru memilih manuver menyusuri batas map alih-alih langsung menyerbu. Suara hinaan langsung bergemuruh di live. Lawannya Zhang Jiale hanya memiliki 21% HP, situasi seperti ini tidak berani hadapi frontal, wajar diejek fans Dominant Hero.
"Tapi Mo Fan tidak akan mempedulikan ini. Apapun situasinya, dia akan menggunakan strategi yang sudah menjadi kebiasaannya. Hanya saja di map ini, titik yang bisa digunakan untuk menyamarkan diri memang sangat sedikit. Setelah Hundred Blossoms Spectacle milik Zhang Jiale tiba di tengah map dan tidak menemukan lawan, dia bergerak lateral untuk mencari dan segera melihat Destroying Immortality yang sedang bergerak di seberang lahar."
"Manuver berputar-putar seperti ini sama sekali tidak bermakna!" komentator Pan Lin berseru.
"Hmm... Di map ini, karena terpotong oleh lahar, pilihan rute yang bisa dibuat sebenarnya sangat terbatas. Secara garis besar hanya ada beberapa rute ini, ditambah visi yang relatif terbuka, manuver memang sulit memberi hasil," kata Li Yibo.
"Tapi Mo Fan tetap nekad," kata Pan Lin.
"Benar, dia memang nekad," Li Yibo mengangguk.
Pan Lin terdiam. Maksudnya sebenarnya ingin Li Yibo menganalisis maksud gerakan Mo Fan, tapi si pemalas ini malah hanya mengkonfirmasi fakta "Mo Fan nekad". Lalu apa tujuan di balik kenekadannya? Itulah yang seharusnya dijelaskan!
Dalam hati Pan Lin mengkritik, tapi dia tahu pasti Li Yibo juga tidak yakin dengan analisisnya sendiri sehingga memilih diam.
Destroying Immortality sudah terlihat dalam visi Hundred Blossoms Spectacle, tapi bukannya mendekat malah terus nekad berputar-putar. Zhang Jiale juga tidak langsung mengejar, Hundred Blossoms Spectacle justru melakukan manuver untuk menyergap di jalan.
Li Yibo mendapat inspirasi setelah melihat respons Zhang Jiale.
“Mo Fan, mungkin ingin memulai pertempuran di area batu kapur.” Kata Li Yibo.
Area batu kapur adalah zona tempat Su Mucheng dan Lin Jingyan menentukan hasil pertarungan. Tumpukan batu kapur yang terbentuk di sini merupakan satu-satunya area di map tersebut yang memiliki sedikit perlindungan dan rintangan. Tujuan Mo Fan sebenarnya mirip dengan Lin Jingyan. Hanya saja, Lin Jingyan memanfaatkan aturan untuk memaksa lawan mendekat, sedangkan Mo Fan nekat langsung menyerbu ke sini tanpa peduli konsekuensi. Bagaimana jika Zhang Jiale mengabaikannya?
Asumsi ini sudah tidak berlaku karena Zhang Jiale tidak mengabaikannya. Hundred Blossoms Spectacle dan Destroying Immortality yang terpisah jarak cukup jauh, justru berlari ke arah yang sama. Siaran langsung kini menampilkan tampilan bird's eye view yang diperkecil, mensimulasikan instruksi tujuan Zhang Jiale - memutar rute Hundred Blossoms Spectacle untuk menyergap di jalan.
Hadapi langsung? Semua mulai menebak-nebak.
Perlawanan frontal tentu sangat tidak menguntungkan bagi Zhang Jiale yang karakternya hanya memiliki 21% HP. Bagaimana dengan Mo Fan? Si pemalas ini selalu menggunakan taktik manuver dan penyergapan, tapi banyak yang berpendapat skill operasional dan tekniknya sebenarnya mampu melakukan serangan frontal. Orang yang tidak memahami esensi kemampuan Mo Fan menganggap "Strategi Kembang Api"-nya berlebihan, "Langsung serang maksimal saja, buat apa selalu serang-sebentar-lalu-kabur? Hati-hati berlebihan!"
Tapi penghinaan tetap penghinaan, strategi Mo Fan ini masih cukup menyebalkan karena orang ini justru memiliki kesabaran untuk terus-menerus maju dan mundur, tidak bertindak jika kesempatan tidak bagus sambil mengulur waktu. Dominant Hero yang sedang tertinggal sangat membutuhkan pengejaran, bertemu lawan seperti ini tentu sangat menjengkelkan.
"Ye Xiu benar-benar memuakkan, di saat seperti ini malah mengirim si pemalas itu tampil!" Aggro Ye Xiu di antara grup fans Dominant Hero benar-benar kokoh tak tergoyahkan. Saat membahas kekhawatiran ini, yang pertama dihina tetap Ye Xiu yang duduk di luar arena.
Semakin dekat, dua karakter ini semakin mendekat. Tak diragukan lagi, Hundred Blossoms Spectacle bisa mencegat Destroying Immortality lebih dulu. Mo Fan yang kini jelas melihat lawan menghadang di depannya, tetap memaksa Destroying Immortality maju - apakah ingin menerobos hadangan atau memutuskan bertarung di sini?
