Jelas, akurat, logis.
Wartawan yang hadir bukan pertama kali mendengar analisis pasca-pertandingan dari Zhang Xinjie, namun mereka tetap takjub akan ketenangannya. Setelah kekalahan yang menggagalkan kerja keras setahun ini, semua orang sama sekali tidak merasakan gejolak emosi darinya.
Apakah dia tidak menderita? Tidak kecewa? Tidak menyesal?
Tentu saja tidak!
"Tidak ada atlet profesional yang bisa tetap tenang setelah kekalahan seperti ini. Tapi Zhang Xinjie mampu menyembunyikan perasaannya, mampu mengendalikan diri untuk melakukan hal yang tepat di waktu yang tepat. Wartawan bertanya tentang pandangan terhadap lawan? Baik, entah kalian benar-benar ingin tahu atau hanya mencari topik pembicaraan, karena pertanyaan ini diajukan dan saya diminta menjawab, saya akan memberikan tanggapan yang objektif."
Wartawan sudah tidak bisa lebih puas.
Dengan analisis pasca-pertandingan yang dilakukan Zhang Xinjie, laporan pertandingan mereka kali ini akan terlihat jauh lebih berkualitas.
Tapi selanjutnya, bagaimana mengarahkan ke topik yang lebih diminati publik? Zhang Xinjie hanya membahas strategi, sama sekali tidak menyentuh perasaan, membuat orang tidak bisa menemukan celah dari penjelasan panjangnya. Inilah gaya wawancara khas Zhang Xinjie yang selalu metodis. Jawabannya hanya fokus pada pertanyaan saat ini, hampir tidak ada konten yang bisa dikembangkan menjadi topik baru, benar-benar tak menyisakan celah.
Tidak bisa memanfaatkan momentum, wartawan pun harus memulai topik baru sendiri.
"Benar-benar pertandingan yang gemilang," seorang wartawan menyambung analisis Zhang Xinjie, mengagumi sebelum beralih ke topik berikutnya: "Jadi setelah kekalahan hari ini, apa rencana kalian untuk masa depan?"
Pertanyaannya langsung ke inti.
Dan ini memang pertanyaan yang paling ditunggu semua orang, lokasi jamuan pun langsung hening.
"Saya masih bisa terus bertarung," kata Kapten Han Wenqing.
Para wartawan yang tajam segera menyadari sesuatu. Han Wenqing menggunakan subjek "saya", sebagai kapten, pernyataannya saat ini tidak mewakili seluruh tim. Semua orang langsung menebak informasi implisit yang terungkap: Han Wenqing masih bisa terus bertarung, tetapi beberapa orang tidak bisa lagi...
"Saya juga." Zhang Xinjie kemudian menjawab.
Tentu saja dia juga... Pemain Generasi Emas, dibandingkan dengan generasi pertama dan kedua masih memiliki kesempatan bertanding. Masalah yang menjadi perhatian semua orang sebenarnya tidak menargetkan Zhang Xin.
"Saya juga tidak akan menyerah." Orang berikutnya berkata. Namun setelah pandangan para wartawan berbalik, mereka semakin jelas menyadari sesuatu.
Susunan kursi Dominant Hero di panggung saat ini: Han Wenqing, Zhang Xinjie, Lin Jingyan, Zhang Jiale.
Sebagai kapten, Han Wenqing yang pertama menjawab, tetapi dia tidak mewakili seluruh tim. Yang dia katakan hanyalah "saya".
Kemudian Zhang Xinjie, selanjutnya bukan Lin Jingyan yang seharusnya berurutan, melainkan Zhang Jiale.
Lin Jingyan dilewati, jelas karena mereka tahu perkataan Lin Jingyan akan memiliki aura yang berbeda dengan mereka.
Semua pandangan kembali berbalik, seluruh arena tertuju pada Lin Jingyan. Kamera dan lain-lain sudah siap, semua orang sudah menebak: sebuah akhir akhirnya akan tiba.
Lin Jingyan berdiri, wajahnya menghiasi senyum. Perwakilan kelas Rogue Glory Profesional ini, aura pribadinya selalu cukup anggun dan beradab.
“Kurasa, sudah saatnya untuk mengakhiri...” Lin Jingyan akhirnya membuka topik. Para wartawan yang sudah siap langsung menggila menekan shutter kamera, merekam adegan, suara, dan lingkungan momen bersejarah ini.
Di atas panggung, tiga anggota Dominant Hero lainnya: Ekspresi Han Wenqing tetap teguh dan pantang menyerah, Zhang Xinjie tenang seperti biasa. Hanya Zhang Jiale yang terlihat muram - karena kekalahan hari ini? Atau pensiunnya Lin Jingyan? Atau keduanya?
Sepertinya ia sangat ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya tetap diam.
Rekan setim di Dominant Hero jelas sudah mengetahui keputusan Lin Jingyan. Mungkin mereka pernah membujuk, namun akhirnya memilih menghargai keputusannya. Semua diam seribu bahasa, memberikan panggung sepenuhnya kepada Lin Jingyan.
“Dan di akhir ini, aku ingin berterima kasih.” Lanjut Lin Jingyan.
“Pertama kepada rekan-rekan yang duduk di sampingku. Sebelum bergabung ke Dominant Hero, tak pernah terbayang bisa berjuang bersama kalian memperebutkan gelar juara. Kalian adalah pemain terbaik di Liga, bisa bertarung bahu-membahu bersama adalah keberuntungan sekaligus kehormatan seumur hidupku.”
“Karena itu saya juga ingin berterima kasih khusus kepada tim Dominant Hero, tim yang memberikan kesempatan bagus kepada saya di masa senja karier saya. Dua tahun ini sangat padat dan menyenangkan, satu-satunya penyesalan adalah saya akhirnya tidak bisa mengangkat piala juara bersama semua orang. Di sini saya juga ingin mengucapkan mohon maaf kepada para anggota Dominant Hero, saya... tidak bisa lagi berusaha bersama kalian.”
“Keputusan ini tidak dibuat sembarangan, ini adalah keputusan hati-hati setelah saya memikirkan kondisi diri sendiri. Menurut saya, karir profesional saya harus Cukup Sampai Di Sini.”
“Hidup tidak ada yang sempurna, sayangnya saya tidak pernah meraih juara. Tapi dari Howling sampai Dominant Hero, selalu ada rekan setim terhebat di samping saya. Glory-lah yang mempertemukan kita. Yang ingin saya katakan adalah: bisa memainkan Glory, bisa menjadi atlet profesional Glory, ini adalah hal paling beruntung dalam hidup saya.”
“Hari ini saya yang pertama meninggalkan arena ini, tapi saya tidak akan meninggalkan Glory, selamanya tidak akan. Saya akan terus mengawasi kalian, semoga kalian bisa mewujudkan cita-cita kalian.”
“Di akhir, saya ingin mendoakan semua orang, semua yang terkait dengan Glory. Glory-lah yang menyatukan kita, ini akan menjadi Glory seumur hidup kita!”
“Terima kasih semua, semoga kalian beruntung...” Lin Jingyan membungkuk. Ini adalah pernyataan perpisahannya. Para wartawan akhirnya mendapatkan materi topik hangat, tapi saat ini mereka lebih memilih tidak ada berita seperti ini. Mereka lebih ingin Lin Jingyan juga seperti Han Wenqing, Zhang Xinjie, Zhang Jiale yang menyatakan akan terus berusaha.
Tapi, tidak ada.
Adegan yang baru saja terjadi adalah nyata.
“Lin Jingyan telah mengeluarkan pernyataan pensiunnya, dia akan segera pergi.” Pemain top yang bergabung di musim kedua dan dijuluki "Rogue Nomor Satu" ini akhirnya menyelesaikan perjalanan karirnya.
Dia tidak pernah meraih gelar juara, tidak punya achievement pribadi yang mencolok, bahkan sebelum bergabung dengan Tim Dominant Hero tidak pernah mencapai final kejuaraan.
Namun dia tetap pantang menyerah, terus berjuang tanpa henti. Dari awal hingga akhir, dia selalu berusaha keras untuk meraih kemenangan.
Takkan ada yang mengejeknya, meski di akhir karirnya telah dikalahkan oleh adik kelas. Karena ini memang pola alami perkembangan waktu, tak ada yang lucu. Yang semua orang lihat adalah meski Tang Hao merebut gelar Rogue Nomor Satu dari Lin Jingyan, merebut statusnya di Howling, merebut karakter yang telah diperjuangkannya selama tujuh tahun, tapi tidak bisa merebut semangat juangnya, tidak bisa merebut hati seorang juara itu.
Dia datang ke Dominant Hero, bersama rekan setim barunya bertarung dengan penuh semangat selama dua tahun lagi, hingga dia sendiri merasa sudah waktunya mengakhiri.
Tak ada satu pun orang yang bisa memaksanya menyerah, kecuali dirinya sendiri.
"Terima kasih semua, semoga kalian beruntung." Ucap Lin Jingyan.
Tiga pemain lain dari Dominant Hero yang hadir dalam sesi tanya jawab telah bangun, berjabat tangan, berpelukan, dan memberikan ucapan selamat padanya.
Mungkin masih ada rasa tidak rela di hati mereka, tapi yang terpancar di wajah mereka hanyalah keteguhan. Apapun jalan di depan, bagi mereka hanya ada satu pilihan: terus melangkah maju dengan tegas. Tidak menyerah, tidak menyesal, tidak mundur, selalu maju, maju dengan lurus.
"Selamat tinggal!"
Setelah saling memberikan ucapan selamat dengan tiga rekan setim, Lin Jingyan tiba-tiba melambaikan tangan ke arah para wartawan di bawah panggung. Setelah mengangguk penghormatan terakhir kepada tiga rekannya, ia berbalik dan berjalan menuju jalur eksklusif keluar.
Sudah selesai?
Para wartawan sempat terdiam, namun segera menyadari Han Wenqing, Zhang Xinjie, dan Zhang Jiale telah kembali ke posisi masing-masing seolah tak terjadi apa-apa. Kursi kosong itu terlihat seperti memang tak pernah ada sejak awal.
Lin Jingyan telah membuat pilihannya, sementara mereka pun memiliki keputusan sendiri.
Lin Jingyan telah mengucapkan selamat tinggal pada arena ini, maka ia pergi. Sementara mereka memilih bertahan, melanjutkan perjuangan. Maka konferensi pers pun tetap berlanjut.
Para wartawan terpaku. Mereka belum pernah mengalami situasi seperti ini. Saat ini, mereka bingung harus menanyakan apa kepada trio yang tersisa. Bahkan muncul keinginan aneh agar acara ini cepat berakhir - ketangguhan Dominant Hero, tekad baja Dominant Hero, semua itu terasa terlalu membebani.
"Jadi, setelah pensiunnya Lin Jingyan, apakah Tim Dominant Hero akan melakukan penyesuaian?" seseorang akhirnya memberanikan diri bertanya.
"Tentu akan ada yang mengisi kekosongan itu." Han Wenqing menjawab.
"Bisakah diungkapkan siapa penggantinya? Apakah dari internal tim atau akan ada transfer pemain?" tanya wartawan lain.
"Itu belum bisa dipastikan untuk saat ini." Han Wenqing menutup pembicaraan.
“Baiklah…” Para wartawan yang biasanya sangat gigih kini kehilangan kemampuan mereka, atmosfer sepenuhnya dikuasai. Setelah dua pertanyaan, suasana kembali dibungkam. Petugas humas Dominant Hero akhirnya berdiri: “Jika tidak ada pertanyaan lagi, apakah konferensi pers bisa kita akhiri di sini?”
“Tidak masalah…” Semua wartawan mengangguk mati-matian.
Berakhir.
Konferensi pers Dominant Hero usai, karir seorang pemain top juga berakhir. Tapi di arena ini, ada yang pergi, sementara yang lain akan terus melangkah dengan tegas.
Anggota Dominant Hero lainnya akan melanjutkan, sementara di depan mata, Xingxin—tim ini masih harus berjalan. Jalan mereka di musim ini belum selesai. Final kejuaraan, gelar juara liga. Tim pemula yang baru bergabung dengan liga ini ternyata berhasil masuk final. Hanya langkah ini saja sudah merupakan keajaiban, hanya langkah ini sudah cukup menjadi topik yang meledak-ledak.
Xingxin keluar.
Mereka mengirimkan tiga perwakilan.
Ye Xiu, Fang Rui, Luo Ji.
Bagus! Pilihan ini membuat para wartawan bersemangat. Setelah Dominant Hero pergi, mereka yang telah kembali normal segera menyadari potensi topik ini. Sebelum bertanya tentang Xingxin sendiri, seseorang langsung berdiri: “Bolehkah kami tahu bahwa Lin Jingyan baru saja mengumumkan pensiun?”
Pertanyaan itu melayang, semua mata tertuju ke Fang Rui—partner lama Lin Jingyan di Howling.
