Lokasi jamuan terdiam, jauh lebih sunyi daripada ruang persiapan Xingxin. Meski mereka menyaksikan adegan Lin Jingyan mengumumkan pensiun melalui siaran langsung, bagi para yang baru bergabung dengan Liga, kepasrahan dan kesedihan pensiun sebenarnya hanya memberikan dampak terbatas. Apalagi mereka masih tenggelam dalam euforia menembus final kejuaraan. Kabar pensiun Lin Jingyan sepertinya tidak mengubah atmosfer persiapan Xingxin sama sekali.
Orang-orang muda masih tertawa riang, namun melankolis menyebar dalam sepersekian detik di ruang persiapan Xingxin.
Ye Xiu dan Lin Jingyan juga sudah saling mengenal lama sejak Musim Kedua. Dari Musim Pertama hingga sekarang, dia telah menyaksikan wajah-wajah familiar pergi satu per satu. Ada yang rekan setim, ada yang lawan, tapi saat momen perpisahan tiba, semua orang akan melupakan identitas itu - yang terasa hanya kepergian seorang partner di sekitar.
Kali ini pun, wajah familiar itu perlahan memudar menjadi gelembung sabun.
Ye Xiu terdiam.
Fang Rui juga membisu. Pertemanannya dengan Lin Jingyan memang tidak selama Ye Xiu. Sebagai pemain yang debut di Musim Kelima, sejak awal karirnya dia sudah berada di sisi Lin Jingyan. Lin Jingyan menyaksikan pertumbuhannya, lalu mereka menjadi pasangan terkenal, hingga akhirnya berpisah setelah Musim Kedelapan dan Kesembilan.
Lin Jingyan baginya adalah sosok guru sekaligus sahabat. Jika Fang Rui diminta memilih pemain yang paling dihormatinya di Liga, tanpa ragu ia akan memberikan tiketnya pada Lin Jingyan. Meski Lin Jingyan bukan yang terhebat di lingkaran ini.
Namun sekarang, dia telah pergi.
Fang Rui yang telah berpengalaman bertahun-tahun sebagai pemain profesional tidak pernah sama sekali tidak menyadari hari ini, hanya saja ia tak pernah menyangka akan menyaksikan kepergian Lin Jingyan dengan cara seperti ini.
Dulunya ia mengira mereka akan bertempur berdampingan sampai suatu hari, tiba-tiba Lin Jingyan tersenyum dan berkata dirinya sudah tak sanggup lagi, lalu meski mendapat hujatan darinya tetap tak mengubah ide, hanya mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman.
Maka hari ini, ia menyaksikannya.
Lin Jingyan tersenyum, berpamitan pada semua orang, namun itu terjadi setelah tim yang diwakili Fang Rui mengalahkannya...
Kegelapan yang tersembunyi di balik senyuman itu, berapa banyak orang yang bisa merasakannya?
Fang Rui tahu, Lin Jingyan pasti masih sangat berharap bisa meraih juara sekali saja, harapan yang sangat sangat besar.
Tapi yang akhirnya mengubur harapannya itu adalah dirinya sendiri dan Xingxin.
Dia tidak akan pernah punya kesempatan lagi.
Karena dia telah memilih untuk pergi.
Semoga kalian beruntung.
Dia meninggalkan doa untuk semua orang, tentu termasuk Fang Rui di dalamnya.
Namun apakah doa semacam ini bisa memberikan efek penyembuhan? Setidaknya Fang Rui tidak merasakannya. Ia sudah tak sanggup melanjutkan, di detik itu ia mencari-cari alasan untuk meninggalkan ruang persiapan Xingxin. Setelah kepergiannya, Wei Chen - si pemain pensiunan dini yang kembali bermain setelah bertahun-tahun - melanggar aturan larangan merokok di ruang persiapan dengan menyalakan sebatang rokok secara gegabah. Namun sang bos Chen Guo secara mengejutkan tidak menegurnya. Sebagai fans Glory senior, perpisahan semacam ini belum pernah ia alami langsung, tapi telah banyak kali disaksikannya secara tak langsung. Kini, setelah berintegrasi dalam lingkaran ini, ia turut merasakan kepedihan yang sama. Ia sadar, perlahan-lahan perpisahan serupa akan terjadi di sekitarnya: Wei Chen, Ye Xiu, bahkan Su Mucheng dan Fang Rui di kemudian hari...
Chen Guo merasa takut, sangat-sangat takut.
Matanya mengikuti gerak Fang Rui yang mengucapkan sesuatu yang tak jelas sebelum bergegas keluar ruang persiapan. Tak ada yang menghalangi, bahkan para pemain baru yang semula ceria pun kini menyadari atmosfer muram di ruangan itu. Mereka terdiam, menyaksikan Fang Rui pergi, lalu memandang layar yang menayangkan Lin Jingyan berpamitan dengan tiga rekan setim Dominant Hero di konferensi persiapan sebelum turun dari panggung.
Hmm...
Beberapa yang cepat tanggap mulai mencium adanya masalah.
Fang Rui keluar dari ruang persiapan, sementara Lin Jingyan baru saja turun dari sesi tanya jawab. Bukankah keduanya akan bertemu di jalur eksklusif itu?
Ruang persiapan mendadak sunyi sepi, bahkan televisi entah siapa yang mematikan mode senyap, seolah akan mengganggu komunikasi kedua orang di jalur eksklusif ini. Tak ada yang bergerak, tak ada yang bersuara, hingga pintu ruang persiapan kembali terbuka.
"Giliran kita." Fang Rui berdiri di ambang pintu, memanggil dengan tenang.
Ye Xiu dan Luo Ji - dua orang yang telah dijadwalkan Xingxin untuk menghadiri konferensi pers - berjalan keluar dari ruang persiapan. Di jalur eksklusif, mereka melihat Lin Jingyan yang tersenyum pada mereka sebelum menepuk bahu Fang Rui. Tanpa kembali ke ruang persiapan Dominant Hero, ia terus berjalan menyusuri jalur yang akhirnya akan mengantarnya keluar arena.
"Ayo pergi." Ye Xiu tidak lagi menyaksikan kepergiannya, hanya memanggil anggota Xingxin. Bertiga mereka melangkah keluar dari jalur eksklusif menuju konferensi pers.
"Bolehkah kami tahu, apakah kalian menyadari Lin Jingyan baru saja mengumumkan pensiun?"
Wartawan telah melemparkan pertanyaan pertama mereka.
"Tahu." Ye Xiu mengangguk.
"Bisakah setiap orang memberikan tanggapan?" Sang wartawan menekankan kata 'setiap', jelas tidak puas dengan jawaban Ye Xiu. Mereka ingin mendengar perasaan Fang Rui.
Fang Rui tidak menghindar. Dengan inisiatif ia meraih mikropon. Ye Xiu pun tidak merebut kesempatan, membiarkan Fang Rui berbicara sesuai harapan wartawan.
"Semoga dia beruntung." Fang Rui memegang mikropon, mengucapkan empat kata.
Semua diam, terus menunggu. Tapi, tidak ada kelanjutannya. Fang Rui hanya mengucapkan empat kata ini. Kepada Lin Jingyan yang telah menjadi partner sekaligus mentor selama bertahun-tahun, namun akhirnya harapan seumur hidupnya justru dikubur oleh tangannya sendiri, dia hanya berkata sesingkat itu.
"Tidak ada lagi?" Para wartawan masih ngotot. Mereka berharap mendengar perasaan yang lebih menyentuh.
"Tidak ada." Fang Rui menggelengkan kepala sambil tersenyum, persis seperti Lin Jingyan. Segala yang terpikir dan ingin diucapkan, sudah disampaikan saat bertemu Lin Jingyan di jalur eksklusif. Bagi Fang Rui, itu sudah cukup. Tak perlu menyampaikan ulang ke para wartawan.
Selanjutnya hanya mendoakan semoga dia beruntung. Hanya untuk dia, khusus untuknya.
Tapi para wartawan tetap tak mau menyerah. Sekalipun Lin Jingyan tidak pensiun hari ini, pertemuan mantan partner di arena pertandingan tetaplah topik panas.
"Maaf, izinkan saya bertanya langsung." Seorang wartawan membuka topik, "Performamu hari ini sepertinya kurang maksimal. Apakah karena harus melawan mantan partner, jadi agak ragu-ragu?"
"Memang performaku hari ini buruk. Untungnya tim akhirnya menang. Di pertandingan berikutnya akan kujalani dengan totalitas." Jawab Fang Rui.
Jawaban yang terlihat biasa, tapi sesungguhnya sangat licik. Menghindar dari topik "mantan partner", sambil mengakui kinerja buruk, menganalisis hasil, lalu menyatakan komitmen masa depan.
Apa lagi yang bisa ditanyakan para wartawan? Topik apa lagi yang tersisa?
Terkait Lin Jingyan, mereka sudah tak punya cara untuk terus mengganggu, akhirnya mulai serius menganalisis performa Xingxin di pertandingan ini. Analisis Zhang Xinjie di konferensi pers langsung menjadi materi penting yang bisa digunakan wartawan untuk menginterogasi Xingxin.
"Apakah serangan She Ming Yi Ji yang berhasil dilakukan Xingxin terhadap Shi Buzhuan milik Zhang Xinjie dalam pertandingan tim hari ini merupakan strategi terlatih yang dirancang sebelum pertandingan?" tanya seorang wartawan.
"Hahaha." Ye Xiu tertawa. "Jangan tanyakan padaku analisis Zhang Xinjie yang baru saja dibuat. Aku baru lihat siaran TV, analisisnya salah semua."
Para wartawan langsung mengernyit. Semua tahu Ye Xiu sedang mengoceh omong kosong. Tapi dia berani meremehkan analisis Zhang Xinjie dengan begitu kasar, apa lagi yang bisa dilakukan wartawan?
Dulu Ye Xiu tidak pernah muncul di acara seperti ini. Dalam hal konferensi pers, Ye Xiu sebenarnya masih baru seperti Luo Ji. Tapi "pemain baru" ini sangat sulit ditangani. Dibandingkan dengan orang-orang licin yang menghindari pertanyaan, Ye Xiu sama sekali tidak peduli. Dia bisa mengarang jawaban sembarangan, lalu melupakan omongannya sendiri ketika ditanya ulang. Yang paling menyebalkan, dia tidak pernah menghindar dan malah balik bertanya dengan sangat tulus: "Oh ya? Apa aku pernah bilang begitu?"
Apa bedanya kalau pernah atau tidak?
Bisakah wartawan melaporkan omongan ngawur seperti ini? Tentu tidak. Jika dilaporkan, pasti akan terlihat seperti orang bodoh yang percaya pada omong kosong.
Melihat Ye Xiu kembali memasuki status seperti ini, para wartawan dalam hati panik, tapi di permukaan harus tetap berusaha tenang.
"Lalu bisakah dijelaskan, apa ada makna khusus dalam mengerahkan Luo Ji ke lapangan di pertandingan ini?" tanya seseorang.
"Melatih pemain baru, menguji mereka di situasi besar. Seperti Dominant Hero yang mengirim Song Qiying, kami pun mengerahkan Luo Ji," kata Ye Xiu dengan serius.
Sialan!
Dalam hati, para wartawan kembali mengumpat marah.
Jawaban kali ini memang ambigu. Jika tidak percaya, penjelasannya terdengar logis. Tapi jika percaya, tetap terasa ada yang janggal, seperti sedang diganggu.
"Dan kami lebih berani daripada Dominant Hero, dalam pertarungan kunci ini kami mengirim tiga pemain baru sekaligus," lanjut Ye Xiu.
Para wartawan hampir menangis.
Lebih baik jangan dikirim! Di Xingxin selain dirimu, Fang Rui, dan Su Mucheng, plus Wei Chen, bukankah semuanya bisa dianggap pemain baru?
"Mungkin di final kejuaraan nanti, kami akan mencoba formasi pemain baru sepenuhnya untuk menghadapi ujian paling berat," ujar Ye Xiu.
Siapa yang percaya?
Siapa yang mau percaya?
Latih pemain baru di final? Candaan juga ada batasnya!
Para wartawan mengernyit lesu. Naskah hari ini mau ditulis apa? Beberapa sudah melamunkan hal lain, sepertinya sesi tanya jawab kali ini tak akan memberikan bahan berita berarti.
“Nah, untuk hari ini sampai di sini saja?” Ketika konferensi pers Xingxin ini berakhir terburu-buru, para wartawan bahkan tidak melakukan perlawanan lebih lanjut, bahkan tidak memiliki semangat untuk mengambil beberapa foto tambahan. Mengingat masa lalu, mendapatkan satu foto Ye Xiu saja adalah pencapaian yang begitu megah, tetapi sekarang, melihat si pemalas ini muncul dalam cuplikan kamera, semua orang hanya merasa tenggorokan kering. Tidak tahu harus bertanya apa, juga tidak tahu harus mendengarkan apa.
Konferensi pers berakhir.
Segala dinamika pertandingan babak hari ini bisa dianggap telah mencapai akhirnya di titik ini.
Yang kalah, yang menang, semuanya akan melanjutkan jalan masing-masing.
Namun apapun rute yang ditempuh, arah yang mereka tuju tetap sama - jalan menuju kemenangan yang selalu mereka kejar, jalan sang juara.
