Setelah berjuang hampir seminggu di Kota Q, Xingxin akhirnya kembali ke kandang mereka di Kota H, disambut oleh hujan lebat yang mengguyur.
Lun Hui, Xingxin.
Satu adalah tim juara liga selama dua musim berturut-turut, sementara yang lain adalah tim baru yang baru saja bergabung dengan liga. Dua tim yang terlihat memiliki kesenjangan langit-bumi ini akhirnya bertemu di final kejuaraan.
Tidak ada yang berani meremehkan Xingxin lagi, tidak ada yang akan sembarangan menganggap mereka sebagai tim akar rumput.
Peringkat keenam di pertandingan reguler, mengalahkan dua klub elite Blue Rain dan Dominant Hero di playoff, Xingxin sedang menarik perhatian dengan momentum yang tak terbendung.
Pada tahap ini, yang ingin dilihat orang bukan sekadar kelahiran dinasti baru, tapi juga banyak pemain Glory yang ingin menyaksikan terciptanya keajaiban - sebuah tim baru yang baru bergabung ke Liga, dengan langkah tak kenal henti langsung merebut gelar juara liga.
Pada pukul 00.00 tengah malam, jalur voting untuk babak pertama gelar juara hingga seluruh seri hasil pertarungan telah dibuka. Hingga pukul 8 pagi, dalam 8 jam, tingkat dukungan untuk kedua tim ternyata berimbang.
Perlu diketahui sebelumnya, baik saat melawan Blue Rain maupun Dominant Hero, tingkat dukungan untuk Xingxin selalu tertinggal satu arah. Meskipun tim mereka memiliki banyak bintang All-Star, memiliki Pemain Baru Terbaik, dan telah memberikan banyak kejutan di musim ini. Namun di playoff, pemain Glory tetap meragukan mereka.
Sampai hari ini, sampai detik ini.
Mengalahkan Blue Rain, mengalahkan Dominant Hero.
Xingxin telah meraih kepercayaan yang cukup. Dalam voting dukungan pra-pertandingan, mereka berdiri sejajar dengan Lun Hui dengan sikap tak kalah.
Lun Hui: 51.6%.
Xingxin: 48.4%.
Lun Hui sedikit unggul, tapi jarak ini sudah tidak diperhitungkan lagi. Fakta bahwa Xingxin bisa seimbang dengan Lun Hui sudah cukup membuktikan keistimewaan mereka. Mungkin jika Blue Rain atau Dominant Hero yang masuk final, voting di tahap ini tidak akan bisa menciptakan kesetaraan seperti ini. Tapi justru Xingxin, yang dianggap remeh, secara mengejutkan berhasil menembus sampai sejauh ini, malah menarik minat lebih banyak orang. Orang-orang mulai berharap akan kejutan berikutnya.
Tiga hari lagi, di Stadion Xiaoshan Kota H, akankah ini menjadi tempat dimulainya keajaiban?
Hujan deras membasahi Stadion Xiaoshan. Cuaca buruk membuat jalanan sepi tak biasa. Serbuk fanatik Xingxin sekalipun tidak mungkin bisa memberi semangat di tempat terbuka dengan cuaca seperti ini. Tapi bisnis Warnet Xingxin justru ramai luar biasa. Warnet ini sudah tidak lagi seperti warnet biasa, bahkan koridor pun dipenuhi orang. Dengan alasan menghindari hujan, mereka membanjiri warnet dan asyik mengobrol tentang final yang akan datang. Bahkan yang dapat kursipun lebih banyak berdiskusi dengan orang sekitar daripada mengutak-atik komputer.
Mereka mungkin saling kenal, atau tidak.
Itu tidak penting. Saat ini mereka berkumpul di sini dengan satu harapan dan antisipasi yang sama: Xingxin merebut gelar juara liga!
Lantai dua Warnet Xingxin bisa dibilang markas Tim Xingxin. Meskipun sudah menembus final kejuaraan, kesederhanaan fasilitas dasar tim ini masih belum bisa diubah untuk sementara waktu.
Saat ini, seluruh pemain Xingxin telah berkumpul di ruang latihan yang dari segi fasilitas pasti menduduki posisi terakhir klasemen di seluruh Liga.
Kemarin, mereka buru-buru pulang ke Kota H di tengah malam. Cuaca buruk sekalipun ternyata tidak mempengaruhi jadwal pesawat mereka. Kini di pagi hari ini, semua orang kembali muncul tepat waktu di ruang latihan tanpa terpengaruh cuaca.
Disiplin seperti ini sebenarnya sudah menjadi tuntutan Xingxin sejak pertandingan reguler. Setelah playoff, Ye Xiu lebih menganjurkan penyesuaian mandiri. Tim tidak mengatur banyak rencana latihan, lebih banyak menyerahkan pengaturan waktu kepada para pemain.
Tapi sekarang, di final kejuaraan yang hanya selangkah lagi dari gelar juara, semua anggota Xingxin justru secara spontan kembali mematuhi disiplin era pertandingan reguler dan berkumpul bersama.
"Ada apa ini? Bukannya aku sudah bilang pagi ini tidak ada jadwal, semua bisa istirahat?" kata Ye Xiu setelah melihat ruangan yang sudah penuh orang.
Semua orang menghina. Orang ini, bisakah dia melihat dulu posisinya sendiri sebelum bicara? Katanya pagi ini tidak ada jadwal dan harus istirahat, tapi bukankah dirinya juga muncul di sini? Bisakah jangan pakai nada yang seenaknya begitu saat berbicara?
"Baiklah! Kalau sudah pada datang, mari kita bersama-sama menikmati kinerja spektakuler Tim Lun Hui di playoff!" Seru Ye Xiu sambil menurunkan layar proyektor dan memutar materi analisis Lun Hui yang entah kapan dia persiapkan.
Kekuatan Lun Hui tidak perlu diragukan lagi, Xingxin juga bukan baru sekarang mulai memperhatikan kekuatan Lun Hui. Di babak pertama pertandingan reguler, mereka langsung disapu bersih oleh Lun Hui. Saat musim kedua, kedua tim bertanding kembali dengan pertukaran kandang, Xingxin hanya meraih tiga poin.
Namun hasil pertandingan reguler tidak banyak berpengaruh pada Xingxin.
Blue Rain, Dominant Hero.
Bukankah kedua tim ini juga dua kali mengalahkan Xingxin di musim reguler? Tapi yang tertawa terakhir di playoff justru Xingxin.
Menggunakan sejarah kemenangan-kekalahan sebagai dasar referensi adalah kebiasaan media. Tugas mereka adalah mencari topik, merujuk pada pertarungan masa lalu dua tim jelas merupakan logika yang akurat.
Tapi bagi atlet profesional dan tim profesional, kegagalan masa lalu hanyalah pengalaman untuk dipelajari. Mereka tidak akan merendahkan diri karena ini, tidak serta-merta merasa sulit mengalahkan lawan. Setiap pertandingan adalah awal baru; setiap kemenangan harus diciptakan kembali dengan kedua tangan.
Lun Hui yang tidak pernah menang di musim reguler, itu tidak ada hubungannya dengan sekarang.
Dalam hal ini, keyakinan Xingxin sangat kokoh. Mereka tidak terbelenggu kegagalan masa lalu. Di bawah kepemimpinan Ye Xiu, mereka bersama-sama menganalisis dengan jernih dan rasional tim Lun Hui yang akan mereka hadapi di playoff ini.
Satu hari, dua hari...
Hujan reda, langit cerah.
Di kandang Xingxin, di jalanan yang dulunya dikuasai oleh pendukung Jia Shi dan kini oleh pendukung Xingxin, perlahan mulai muncul spanduk dan bendera yang menyoraki Lun Hui. Semua orang tahu, Lun Hui telah datang. Tim Lun Hui yang mempertahankan gelar juara dan sedang mengejar tiga gelar berturut-turut, telah tiba di Kota H.
Seperti kata pepatah, naga kuat tidak menekan ular lokal.
Namun perubahan atmosfer di jalanan kandang Xingxin sejak kedatangan Lun Hui, seolah menunjukkan sikap naga perkasa yang melintasi sungai.
Kawasan sekitar segera meningkatkan pengamanan untuk mencegah konflik antar fans kedua tim. Untungnya, para fans ini adalah pemain Glory. Jika ada perselisihan, 80% kasus diselesaikan dengan mengeluarkan komputer dan bertarung PK di Glory. Pertarungan fisik langsung di jalanan tidak sesuai dengan aura penggemar setia Glory.
Sebagai cabang olahraga, konflik fans dalam Glory memang tak terhindarkan. Namun kasus yang membahayakan keselamatan fisik sangat jarang, karena mereka memiliki cara penyelesaian unik ini. Lebih banyak orang memilih melepaskan otak dan kekuatan maksimal mereka di dalam Glory.
Hari pertandingan semakin dekat, kumpulan fans kedua tim semakin ramai. Meski suasana di jalanan masih terlihat harmonis, diam-diam di depan komputer warnet sekitar sudah terjadi tak terhitung kali pertarungan Glory PK yang sengit. Suatu hari, Wu Chen dari sisi Xingxin bahkan mengumpulkan sekelompok orang dengan wajah masam dari warnet, berbaris dengan gagah entah hendak menyerang ke mana. Namun akhirnya dia kembali dengan wajah yang sama masamnya, mungkin tidak berhasil mendapatkan keuntungan.
Meski Xingxin memiliki Wu Chen yang mengawasi langsung, namun Lun Hui yang datang untuk final kejuaraan ini juga membawa ketua guild mereka Sandao Liujie - sosok pemimpin utama pemain. Saat ini dia membawa anak buah guild Samsara, menjadikan Warnet Hongtai di sisi sana sebagai markas pertempuran mereka. Pertandingan resmi antar tim belum dimulai, namun konflik antar fans sudah terus meningkat. Tapi berkat kontrol ketat dari kedua ketua guild, setidaknya belum eskalasi menjadi PK di area liar dalam game online. Masalah umumnya diselesaikan di Arena.
Jelas dalam latar belakang seperti ini, kedua ketua guild tetap menjaga kewarasan. PK di area liar, entah pihak mana yang diuntungkan atau kedua belah pihak rugi, hanya akan memberi kesempatan guild lain memetik keuntungan instan. Kedua ketua guild tidak melupakan tanggung jawab utama mereka di tengah eskalasi konflik pasca pertemuan dua tim di final kejuaraan, tetap menjaga keseimbangan situasi dalam game online.
Tapi ini hanya sementara, lagipula pertandingan belum dimulai. Jika emosi pemain benar-benar terpancing oleh kompetisi, maka ledakan bisa terjadi kapan saja. Dalam playoff tahun-tahun sebelumnya, dua guild besar sering terlibat pertempuran skala besar di area terbuka. Semua ini karena pada level tertentu, ketua guild pun tak bisa mengontrol situasi.
Guild Dinasti Jia yang mendukung posisi dinasti Jia Shi, dulunya adalah guild paling dominan di game online. Tapi karena empat kali masuk final kejuaraan dan selalu memicu Perang Dunia - kali ini melawan guild A, lain kali guild B - berturut selama empat tahun mereka berperang sementara lawannya berganti-ganti sistem shift. Setelah empat tahun, Dinasti Jia Shi runtuh, dan kekuatan Guild Dinasti Jia juga rusak parah. Hingga saat menyebut Three Great Guilds di Glory, Dominant Hero, Zhong Cao Tang, Pavilion Blue River yang disebut, sementara guild legendaris Dinasti Jia sama sekali tidak bisa mempertahankan gelar menjadi empat besar.
Belajar dari contoh dari Dinasti Jia, guild-guild berikutnya menjadi sangat-sangat hati-hati dalam hal ini.
Setelah Jia Shi, Tim Micrograss masuk final kejuaraan tiga tahun berturut-turut. Tahun pertama terjadi konflik kecil, tahun kedua pertempuran besar, dan tahun ketiga akhirnya berhasil melewati dengan damai.
Pertempuran kecil terjadi di Musim ke-5 saat bertemu Tim Hundred Blossoms. Saat itu di pertengahan musim Hundred Blossoms, Sun Zheping cedera parah dan tidak bisa melanjutkan. Di final kejuaraan, tim ini memiliki momentum kuat untuk merebut gelar juara demi Sun Zheping, sayangnya akhirnya kalah dari Micro Grass. Setelah pertandingan, fans kedua tim langsung bertempur di game online. Tapi kemudian tersiar kabar Sun Zheping mengumumkan pensiun resmi karena cedera. Dimana lagi semangat Hundred Blossoms untuk Perang Dunia? Akhirnya pertempuran kali ini berakhir tanpa penyelesaian, tercatat sebagai pertempuran kecil.
Di Musim 6, Micro Grass diserang balik oleh Blue Rain sehingga gagal mempertahankan gelar. Perang Dunia pasca-pertandingan kali ini sangat mengerikan, bisa dibilang yang terganas dalam sejarah tahun-tahun sebelumnya. Dua tim ini langsung menjadi musuh abadi karena pertempuran satu kali ini.
Di Musim ke-7, Micro Grass kembali bertemu Hundred Blossoms. Kedua tim yang pernah punya pengalaman final ini sangat paham betapa merugikannya api permusuhan menyebar ke guild. Kali ini dengan usaha keras para ketua guild kedua belah pihak, akhirnya bisa mengendalikan situasi di game online tanpa pecah perang. Menjadi satu-satunya penyelesaian damai hingga saat ini.
Di Musim ke-8 dan Musim ke-9, tetap terjadi perang antar guild. Tapi di bawah arahan para ketua guild, semuanya berakhir setelah melampiaskan sedikit emosi tanpa menimbulkan kerusakan berarti.
Kini Lun Hui dan Xingxin, dua guild yang belum bisa disebut top-tier di game online, mulai memimpin tren Perang Dunia potensial tahun ini.
