Final kejuaraan - panggung PK pamungkas yang diidamkan oleh para atlet profesional bahkan pemain biasa. Kini yang berdiri di atas panggung ini adalah Xingxin dan Lun Hui.
“Di babak pertama kalah, di babak ini Xingxin sudah tidak boleh gagal lagi. Tapi mengalahkan Lun Hui di kandang mereka, hingga saat ini di musim ini belum ada satu tim pun yang berhasil melakukannya. Stadion Lun Hui yang dinamai sama seperti klub mereka, telah menjadi benteng yang tak tertembus oleh seluruh liga. Dominant Hero, Blue Rain, Micro Grass, nama-nama besar ini hanya menuai kekalahan di sini. Yang paling mendekati kemenangan justru Tim Hundred Blossoms di pertandingan reguler babak 38 dengan skor akhir 4-6 melawan Lun Hui. Yang mereka raih hanyalah pembagian poin yang seimbang...”
“Lun Hui yang sudah memenangkan babak pertama, akan mempertahankan benteng mereka di pertandingan-pertandingan selanjutnya di sini. Dan benteng di babak ini jelas yang paling kokoh, karena di babak ini Lun Hui memiliki hak pemilihan peta sebagai keunggulan kandang.”
“Kali ini kami tidak akan mengalah!”
“Hasilnya, justru Ye Xiu dari Xingxin yang pertama mengeluarkan pernyataan sebelum pertandingan. Sikap sok jago-nya saat mengucapkan kalimat itu bahkan membuat wasit di sampingnya merasa agak canggung. Bagi yang tidak tahu masalah internal, mungkin akan percaya kalau di babak pertama Xingxin benar-benar sengaja mengalah ke Lun Hui.”
“Mana mungkin.”
“Playoff, setiap jengkal tanah harus diperjuangkan. Apalagi ini final kejuaraan, panggung penentuan sang juara. Bahkan memperjuangkan setiap inci tanah pun masih terasa kurang!”
“Siapa yang akan maju pertama dari Xingxin?” Para atlet profesional di tribun penonton berdiskian sambil menatap layar elektronik raksasa. Berdasarkan kebiasaan, pastinya Ye Xiu. Selama ini Xingxin selalu mengandalkan Ye Xiu di garis depan.
"Tetapi jika pengaturan seperti ini benar-benar tertanam dalam pikiran lawan sebagai pola pikir tetap, maka perubahan dan penyesuaian yang tiba-tiba bisa disebut sebagai serangan tak terduga."
Di antara atlet profesional tidak kekurangan orang licik, menurut mereka pengaturan tetap Xingxin mungkin sengaja dibuat untuk memberikan kejutan di saat kritis.
Sekarang di final kejuaraan, setelah kalah di pertandingan pertama tanpa jalan mundur, jika serangan tak terduga ini tidak digunakan sekarang, bukankah sia-sia pola pikir lawan yang sudah dibentuk selama satu musim penuh?
"Ye Xiu." Tapi di grup atlet, ada seseorang yang sangat yakin Ye Xiu tetap akan menjadi yang pertama maju bertanding.
Han Wenqing.
Orang yang mungkin lebih memahami Ye Xiu daripada anggota Xingxin sendiri.
Han Wenqing tentu sangat paham Ye Xiu bukan orang yang kaku, demi kemenangan segala kemungkinan bisa terjadi padanya di saat seperti ini.
Tapi dia juga sangat tahu, Ye Xiu bukan tipe orang yang takut memikul tanggung jawab di saat genting. Kemenangan beruntun Ye Xiu sebagai starter memberi tekanan besar pada lawan, tapi ketika kemenangan beruntun menjadi pola tetap, tekanan ini perlahan kembali ke Ye Xiu. Begitu pola ini pecah, Tim Xingxin pasti terpengaruh, karena itu Ye Xiu harus berusaha mempertahankannya.
Justru karena alasan ini, banyak yang menganggap tidak menjadi starter lagi adalah solusi cerdas - dengan begitu pola tetap tidak akan pecah dan bahayanya pun hilang.
Tapi ini hanyalah menipu diri sendiri.
Dalam situasi di mana pola kemenangan beruntun Ye Xiu sudah mencapai tingkat seperti ini, perubahan mendadak mungkin akan dianggap sebagai bentuk kelemahan oleh banyak orang. Bahkan dengan penjelasan strategi yang sangat logis, tetap tidak bisa sepenuhnya menghilangkan Bayangan Psikologis yang mungkin timbul.
Jika anggota lain memiliki bayangan trauma mungkin tidak masalah, tetapi jika pemain Xingxin juga tidak bisa menghilangkannya dan mempengaruhi status mereka, maka hal ini tidak berbeda dengan pola kemenangan beruntun yang di-counter.
Setelah membandingkan kedua opsi, justru tetap menampilkan lineup awal yang memiliki kesempatan lebih besar. Sementara Han Wenqing yakin Ye Xiu memiliki keberanian penuh untuk menanggung tekanan seperti ini.
Ternyata!
Para pemain yang memandang ke arena pertandingan segera menyadari bahwa pemain dari kedua tim mulai menarik diri. Hanya Ye Xiu yang justru melangkah maju.
"Siapa yang pertama mau BERSIAPLAH?" Tantang Ye Xiu ke tim Lun Hui. Debut pertandingan Xingxin tetap akan diisi olehnya.
Kresek!
Tepuk tangan.
Fans Xingxin yang mengikuti ekspedisi tim memberikan tepuk tangan berapi-api untuk tim dan Kapten mereka di kandang maut ini.
Mengetahui ada harimau di gunung, tapi tetap mendaki. Hanya keberanian seperti ini saja sudah layak mendapat pujian besar.
"Senior memang licik ya!" Namun dari sisi Lun Hui, seseorang justru tersenyum santai sambil berkata.
"Kemenangan beruntun sampai tahap ini, semua orang merasa semakin sulit. Di tengah kesulitan ini meraih kemenangan beruntun lagi, peningkatan semangat pasukan kita dan penekanan semangat lawan benar-benar mencapai puncak tertinggi. Sebaliknya, karena sudah terlalu lama menang beruntun, semua orang menyadari kesulitannya. Jadi mungkin terlalu banyak orang yang sudah mempersiapkan diri mental jika kemenangan beruntun ini terputus? Meskipun rantai kemenangan terputus, kurasa itu tak akan banyak mempengaruhi semangat kalian." Wakil Kapten Lun Hui Jiang Botao berkata, "Pedang bermata dua ini, sisi yang menghadap kalian sudah tumpul, sedangkan sisi yang menghadap kami masih sangat tajam. Senior benar-benar ahli mengasah pedang!"
"Pengetahuanmu juga cukup mendalam ya!" Ye Xiu juga tersenyum.
"Yang lebih kusadari, sisi pedang senior yang menghadap kami sebenarnya juga tidak terlalu tajam. Kemenangan beruntun hanyalah statistik, lima kemenangan, sepuluh kemenangan, seratus kemenangan beruntun, sebenarnya tidak berpengaruh sama sekali pada hasil pertandingan berikutnya. Seperti melempar koin, jika sebelumnya keluar gambar, orang langsung berpikir peluang muncul angka di lemparan berikutnya lebih besar. Padahal probabilitasnya tetap lima puluh persen setiap kali. Peluang muncul sepuluh gambar beruntun, dalam arti tertentu sama dengan lima gambar dan lima angka."
"Ini masalah matematika yang cukup kompleks, jangan sembarangan menarik kesimpulan. Nanti bisa belajar dari lulusan universitas ternama di tim kami. Untuk sekarang, apakah kau sudah siap menerima kekalahan?" Ye Xiu berkata.
"Tidak-tidak, bukan aku." Jiang Botao tersenyum sambil mundur beberapa langkah.
Pada saat yang sama, di layar besar elektronik di lokasi, menampilkan formasi pemain yang akan tampil dalam arena pertandingan kedua tim. Di atas panggung pertandingan, pemain Lun Hui yang akan bertanding di babak pertama mulai berjalan keluar dari barisan tim mereka.
Wah!
Suara teriakan takjub langsung memenuhi arena.
Zhou Zekai!
Ternyata Zhou Zekai! Pemain yang pertama dikirim Lun Hui dalam arena pertandingan babak ini ternyata adalah anggota inti mereka - Zhou Zekai yang dijuluki sebagai ahli terkuat Glory saat ini.
"Oh..." Ye Xiu juga terkejut sejenak, lalu melirik Jiang Botao sambil tersenyum: "Tampaknya kalian juga cukup licik."
"Sama-sama." Jiang Botao juga tersenyum.
Meski Jiang Botao telah membongkar persiapan terselubung dan unsur penipuan dalam pola kemenangan beruntun Ye Xiu, Lun Hui akhirnya tidak menghindari hal ini. Mereka justru mengerahkan pemain terkuat mereka, persis seperti tim-tim yang ingin langsung memberikan pukulan keras untuk mematahkan semangat Xingxin.
Tapi keputusan ini diambil Lun Hui dengan pemahaman penuh akan latar belakang kemenangan beruntun Ye Xiu. Ini merupakan pertarungan psikologis di tingkat lebih tinggi. Mereka memberi tekanan pada Xingxin dengan kepercayaan diri luar biasa yang berasal dari status sebagai juara bertahan, dari posisi puncak klasemen reguler, dari dua kemenangan telak 2-0 di playoff, serta dari kemenangan tandang atas Xingxin di babak pertama.
Mereka memanfaatkan keunggulan mereka sepenuhnya, memaksimalkan posisi unggul mereka. Lun Hui jelas bukan sekadar Tim dengan operasional tinggi tapi tanpa otak.
Jiang Botao?
Ye Xiu tersenyum. Lawan di hadapannya adalah Zhou Zekai, tapi pandangannya lebih sering tertuju pada Jiang Botao.
"Generasi muda sekarang benar-benar mengagumkan," kata Ye Xiu.
"Terima kasih atas pujiannya." Jiang Botao tersenyum rendah hati.
"Sepertinya aku punya tanggung jawab dan kewajiban untuk membuat kalian menyadari kengerian seorang senior!" seru Ye Xiu.
Jiang Botao tetap tersenyum. Kali ini dia memilih tidak menjawab, karena yang pertama maju bertanding bukan dirinya.
"Xiao Zhou, jangan terlalu ceroboh," Ye Xiu berkata pada Zhou Zekai.
"Tidak." Zhou Zekai menggelengkan kepala, lalu berjalan menuju kursi pertandingan sisi Lun Hui.
"Semangat, senior!" teriak Jiang Botao pada Ye Xiu.
Ye Xiu menengadah melihat layar besar elektronik, mengangguk puas: "Selanjutnya giliranmu! Penempatan ini sangat sesuai dengan keinginanku."
"Senior lebih baik fokus menangkan pertarungan pertama dulu!" sahut Jiang Botao.
"Tunggu saja." Kalimat ini justru diucapkan pada lawan, membuat wasit mengernyitkan alu tanda takjub. Ye Xiu pun berjalan ke kursi pertandingan, sementara pemain lain segera meninggalkan panggung. Babak kedua arena pertandingan final kejuaraan akan dimulai: Xingxin Ye Xiu vs Lun Hui Zhou Zekai.
Satu mewakili masa lalu, satu mewakili masa kini. Dua pemain yang sama-sama dijuluki "Glory Nomor Satu" bertemu di arena. Pertarungan hari ini langsung mencapai klimaks sejak pembukaan.
