Ujung pedang bentuk Pedang Besar Qianji San tidak mengilap, bentuknya juga cukup aneh hingga memancing tawa. Tapi dengan hembusan angin berat yang dibawanya saat menghujam, bahkan Zhou Zekai pun tidak bisa tersenyum.
Tidak ada penghindaran, tidak ada penarikan diri. Ye Xiu justru berhadapan langsung. Jun Moxiao menerjang hujan peluru, melancarkan Mountain Crusher.
Dengan skill operasional Zhou Zekai, sudut tembak Yiqian Chuanyun saat ini bisa mengarahkan semua peluru ke tubuh Jun Moxiao. Tapi apa gunanya?
Dia bisa memberikan damage pada Jun Moxiao, tapi tidak bisa menghentikan serangan Mountain Crusher. Dalam hal Kekuatan Setara serangan, serangan jarak jauh jauh kalah dengan skill jarak dekat. Ini adalah setingan yang tidak bisa diubah bahkan oleh Zhou Zekai. Meski menggunakan skill besar level 75 seperti Barrett Snipe dan berhasil headshot Jun Moxiao, tetap tidak bisa memaksanya mundur.
Karena Ye Xiu sangat paham: satu-satunya cara mengalahkan kelas jarak jauh adalah maju, bukan mundur. Baik saat melawan pemain Arena biasa di game online Glory, maupun melawan Raja Senapan Zhou Zekai yang terdepan di Glory, prinsipnya sama.
Maka dia tidak mundur.
Maka dia terus mempertahankan sikap menyerang ke depan.
Begitu pula di bawah tembakan Barrett Snipe.
Pada kondisi skill Quick Shot, hujan peluru juga demikian.
Mountain Crusher menyerang, Zhou Zekai harus menghindar. Yiqian Chuanyun langsung backstep, sambil mengarahkan laras senjata ke atas untuk menembak Jun Moxiao yang melayang di udara.
Dia memilih menghindar, tapi tetap melanjutkan serangan.
Jun Moxiao tiba-tiba berubah sikap di udara, meluncur turun dengan kecepatan yang tidak wajar untuk Mountain Crusher.
Ye Xiu sudah memperhitungkan bahwa Zhou Zekai bisa melakukan serangan udara sambil menghindar, sehingga sejak lompatan Mountain Crusher, dia sudah mulai menyesuaikan posisi di udara.
Mountain Crusher dibatalkan, Silver Light Blade!
Pedang Besar juga bisa melakukan Silver Light Blade. Gerakannya tidak segesit Light Blade atau tachi, tapi justru terlihat lebih impact dan menekan.
Perubahan arah ini membuat Jun Moxiao meluncur miring ke sisi Yiqian Chuanyun. Karakter yang sedang backstep menghindar Mountain Crusher itu kesulitan mengubah arah di udara.
Tapi operator Yiqian Chuanyun adalah Zhou Zekai - sang legenda yang bisa melakukan segalanya kecuali heal di lapangan. Perubahan mulus dari lompatan Mountain Crusher ke Silver Light Blade di udara ini bisa diantisipasinya. Peluru yang baru ditembakkan sempat meleset karena perubahan arah Silver Light Blade, tapi langsung dikoreksi. Karakter yang sedang float ini bahkan memanfaatkan recoil dari arah baru untuk menyesuaikan pergerakan float-nya.
Seluruh proses ini bahkan tidak sampai satu detik, namun dua orang ini menghasilkan begitu banyak variasi, menggunakan begitu banyak operasional, seberapa tinggi teknik yang diperlukan?
Siaran televisi ingin cepat memotong statistik kecepatan tangan kedua orang, namun saat mereka berhasil memotong antarmuka statistik tersebut, momen itu sudah berlalu, sama sekali tidak bisa mengejar ritme pertarungan kedua orang ini. Semua ini terjadi hanya dalam proses backstep Yiqian Chuanyun.
Yiqian Chuanyun mendarat, langsung berguling ke arah yang tepat. Meski menyesuaikan laras senjata dengan presisi, ini hanya menciptakan damage, pengaruhnya terhadap eksekusi skill Jun Moxiao tidak signifikan. Jun Moxiao yang mendarat berikutnya, gelombang kejut Silver Light Blade langsung menyebar. Yiqian Chuanyun yang sudah berguling lebih dulu meski tidak sepenuhnya menghindari damage, berhasil mencerna efek skill dengan paling cepat. Saat berguling separuh jalan, dua laras senjata hitam sudah mengarah ke Jun Moxiao dari bawah. Sikap ini mirip ketika Ye Xiu menyuruh Jun Moxiao mundur satu langkah untuk menstabilkan posisi saat menghadapi Barrett Snipe. Kapanpun, dua orang ini berusaha merebut kesempatan menyerang. Jika cukup mundur setengah langkah, tidak akan ada yang mau mundur lebih.
Tembakan!
Dua laras senjata menyemburkan api. Saat ini, Yiqian Chuanyun dan Jun Moxiao sudah berada dalam jarak pertarungan fisik, namun di ruang sempit ini, Jun Moxiao yang kuat di jarak tempel sama sekali tidak bisa menguasai arena. Yiqian Chuanyun yang seharusnya lebih ahli dalam pertarungan jarak jauh tetap terus menembak tanpa henti. Dua senjata di tangannya seolah berubah menjadi senjata tajam jarak dekat, semburan api dan peluru yang terus bergema bagai mata pedang dingin yang menebas musuh dengan presisi mematikan!
Level ini sudah melampaui konsep Gun Fu. Ini bukan lagi kombinasi seni menembak dan teknik bela diri fisik. Seni menembak Zhou Zekai telah menjelma menjadi teknik bela diri utuh, semata-mata mengandalkan kemampuan kontrol yang presisi sempurna.
"Terlalu kuat!!" Pan Lin di ruang siaran sudah tak bisa mengendalikan emosi, nyaris kehilangan kendali meneriakkan sorakan tanpa peduli penampilan. Ia yakin pada detik ini bukan hanya dirinya yang terjebak dalam kegilaan ini - seluruh lingkup Glory mungkin akan gemetar karena adegan ini. Sistem profesional jarak jauh dan jarak dekat yang seharusnya terpisah, di bawah operasional Zhou Zekai, tembok buatan setting game ini telah diterobos! Yiqian Chuanyun-nya mengayunkan semburan api senjatanya bagaikan kelas jarak dekat. Huǒhuāng dan Suishuang tak lagi menyemburkan peluru-peluru terpisah, mereka menyatu bagai dua bilah pedang membara maut di tangan Zhou Zekai!
“Sungguh gemilang, sungguh megah, sungguh tak terbayangkan!!” Pan Lin terus mengulang-ulang pujian hiperbolis, “Ini puncak, ini revolusi, menurutku bahkan Ye Xiu pun harus mengakui hal ini.”
“Benar! Pemain terdepan Glory yang pantas!” Li Yibo yang kesulitan menyela akhirnya menyelipkan komentar terburu-buru sampai lupa menyebut subjek. Tapi apakah ada yang salah paham? Siapa yang tidak tahu subjek yang dihilangkan Li Yibo? Tentu tidak. Yang dimaksud pasti Zhou Zekai, hanya Zhou Zekai, pro player yang operasionalnya bahkan mampu menerobos setingan sistem Glory.
Pemain terdepan Glory, dialah orangnya!
Li Yibo langsung memutuskan. Berhadapan dengan Ye Xiu yang terus memberi kejutan dan membuat mereka merasa bersalah, Li Yibo berani bersikap tegas. Semua pelajaran dan pengalaman sebelumnya terlupakan. Di mata mereka hanya terpampang kekuatan Zhou Zekai yang seolah ribuan tentara pun takkan sanggup menghadapinya, apalagi sekadar Ye Xiu?
Ya, sekadar Ye Xiu.
Saat ini semua mata tertuju pada pertunjukan Zhou Zekai yang membuat mulut menganga. Ye Xiu? Hanya boneka kayu? Orang-orangan sawah? Tidak penting lagi. Ia hanyalah latar belakang yang cukup bagus untuk menonjolkan sang protagonis.
Terlalu kuat, terlalu gemilang, terlalu megah, terlalu tak terbayangkan, puncak, revolusi!
Pan Lin bilang bahkan Ye Xiu pun harus mengakui hal ini.
Ya, Ye Xiu mengakui, ini benar-benar kuat, spektakuler, megah, dan luar biasa.
Tapi masalahnya, kekuatan, kehebatan, kemegahan, dan keluar biasaan ini sudah dia alami sepuluh tahun yang lalu!
Sepuluh tahun yang lalu, semua sudah pernah dia alami.
Jika bukan karena sebuah kecelakaan, kehebatan ini seharusnya sudah naik ke panggung ini sepuluh tahun lalu.
Sepuluh tahun, siklus berulang.
Chapter 1587: Sang Penguasa Tertinggi Glory
Sebuah duel yang menyentuh saraf semua orang, bahkan pemain netral yang tidak memihak kedua tim pun merasa tegang luar biasa.
Tapi yang paling tegang adalah penonton langsung yang merasakan atmosfer secara nyata, serta para pemain kedua tim yang telah lama duduk di area pemain. Saat Zhou Zekai menembus batasan setingan kelas, tembakan Yiqian Chuanyun bagai pedang yang berayun, seluruh arena meledak! Banyak orang berdiri histeris, berteriak dan bersorak! Suara dukungan Lun Hui mencapai puncaknya, bahkan pemain cadangan mereka di pinggir lapangan tersenyum lebar.
Memang mereka dominan, sampai-sampai langsung menempatkan Zhou Zekai di posisi pertama. Tapi mereka tidak overconfiden. Dalam pertandingan pasti ada yang menang dan kalah, sehebat Zhou Zekai pun tidak mungkin selalu menang. Dia juga pernah kalah dari lawan yang terlihat lemah. Apalagi lawan sekarang adalah Ye Xiu, Ensiklopedia Hidup Glory, sang juara pertama di masa lalu.
Hingga Zhou Zekai menunjukkan sikap formal yang begitu perkasa, para anggota Lun Hui baru bisa melepaskan kegugupan dan menunjukkan senyum menyambut kemenangan.
Saat mereka mulai rileks, suasana di sisi Xingxin justru semakin tegang.
Seni menembak yang digunakan layaknya teknik bela diri fisik, performa Zhou Zekai yang tangguh terlihat jelas dan mengejutkan - setiap pemain Glory bisa merasakan dengan nyata.
Saat ini, Chen Guo berharap dirinya salah, berharap pertimbangannya kembali menjadi bahan tertawaan karena levelnya belum cukup.
Tapi ketika memandang anggota lain di sekitarnya - Wei Chen, Fang Rui - wajah para veteran itu jelas menunjukkan keterkejutan yang sama.
Sayangnya kali ini dia tidak salah, sayangnya Zhou Zekai benar-benar menunjukkan kekuatan yang sangat memukau.
Chen Guo tak mau menyerah. Matanya terus geser mencari ketenangan di wajah setiap anggota, satu per satu. Tak ada. Ekspresi tegang mereka seperti tinju bertubi-tubi yang mengingatkan betapa genting situasi ini, hingga akhirnya pandangannya berputar dan mendarat di Su Mucheng yang duduk di sebelahnya.
Di sana dia melihat ekspresi yang berbeda dari yang lain.
Ada keterkejutan. Tapi di baliknya, tidak segenting yang lain. Dari raut Su Mucheng, Chen Guo justru melihat... kesedihan?
"Apakah Su Mucheng sudah mulai sedih karena kekalahan Ye Xiu? Orang yang paling memahami Ye Xiu ini, apakah sekarang sudah memiliki pertimbangan yang lebih jelas dari semua orang?"
"Belum kalah!" Chen Guo spontan berteriak. Meskipun situasi di arena tidak optimis, selama Jun Moxiao masih memiliki 1 HP, dia tetap menantikan kelahiran keajaiban.
"Hah?" Su Mucheng mengangguk refleks, seolah baru tersadar. Ekspresinya tiba-tiba menjadi sangat tenang.
"Benar, belum kalah." Katanya kepada Chen Guo. Wajahnya yang sudah pulih kembali langsung bersinar, menunjukkan ekspresi kepercayaan mutlak pada Ye Xiu yang selalu ditunjukkannya.
"Tidak akan kalah!" Chen Guo berkata dengan tegas. "Belum kalah" telah berubah menjadi "tidak akan kalah" - sebuah doa, harapan, sekaligus keyakinan.
Tapi orang yang bisa seperti dirinya, sangatlah sedikit.
Pan Lin dan Li Yibo di siaran televisi sudah menjatuhkan vonis mati pada Ye Xiu. Keduanya kini berkomentar bergantian seperti sedang berlawak tentang teknik revolusioner Zhou Zekai.
"Mungkin Glory akan melakukan update besar dan penyesuaian setelah ini." Pan Lin tertawa ringan, seolah hasil pertandingan ini sudah tidak relevan lagi. Di hatinya, pertandingan ini dianggapnya telah berakhir.
"Benar, ini benar-benar di luar kewajaran. Memaksa perusahaan game mengubah setting game jelas lebih ekstrem daripada membuat liga mengubah aturan pertandingan." Kata Li Yibo.
"Benar-benar, terlalu kuat." Pan Lin sudah tak terhitung kali menggunakan frasa "terlalu kuat" sebagai pujian.
Ya, terlalu kuat.
Tapi kekuatan yang luar biasa bukan berarti tidak bisa dikalahkan, karena hanya sebatas "terlalu kuat" belaka. Terlalu kuat bukan berarti yang terkuat!
Jejak peluru yang tercipta seperti kilatan pedang, dalam silang-sengkarut itu, Jun Moxiao tiba-tiba memiringkan tubuh. Qianji San di tangannya terpisah menjadi dua bagian, berubah menjadi Tonfa yang dipegang di kedua tangan sambil mengguncang seluruh tubuhnya!
Baja Tulang Punggung!
Jun Moxiao tidak menghindar, tiba-tiba mengaktifkan skill ini. Seketika, tak terhitung peluru langsung menghajar dadanya bagaimana tusukan pedang berulang kali. Percikan darah menyebar liar, namun dalam hujan darah itu langkah Jun Moxiao menari-nari. Dengan gerakan memutar, dia menerobos keluar sambil mengubah Qianji San yang masih dalam bentuk Tonfa menjadi cakar dari kelas yang sama. Tangan kanannya menyambar kilat.
Cloud Body, Lock Throat!
Yiqian Chuanyun buru-buru mundur.
Mungkin backstep, mungkin tactical retreat, tapi tak ada yang bisa memastikan. Karena Cloud Body dan Lock Throat ini datang begitu cepat dan mendadak. Zhou Zekai sudah memberi perintah operasional, tapi Yiqian Chuanyun tak sempat bereaksi. Tangan kanan Jun Moxiao sudah mengunci erat lehernya.
Semua orang tercengang.
Bagaimana mungkin Raja Senapan yang begitu megah dan luar biasa ini bisa dihabisi dengan Lock Throat kasar seperti ini?
Tapi...bukannya ini tidak mempengaruhi serangan?
Semua orang mengamati dengan cermat, meskipun Jun Moxiao melangkah agresif dan menggunakan Lock Throat untuk menguasai Yiqian Chuanyun, laras senjata ganda Yiqian Chuanyun juga menempel erat di depan tubuh Jun Moxiao.
Lock Throat dapat membatasi pergerakan lawan, namun tak bisa melarang serangan lawan. Saat ini Zhou Zekai bahkan tak perlu membidik untuk melakukan tembakan gila-gilaan, berapa banyak HP Jun Moxiao yang bisa tersapu dalam sepersekian detik ini?
Braak!
Suara gedebuk berat itu... dentuman senjata?
Tidak, bukan. Jun Moxiao mengayunkan kepala langsung menghantam Yiqian Chuanyun, headshot vs headshot, membuat dahi Yiqian Chuanyun mekar disiram darah.
Headbutt!
Skill Rogue, hanya bajingan yang berkeliaran di jalanan dan menggunakan segala cara dalam perkelahian yang akan memakai kepala sebagai senjata. Metode tanpa ampun adalah modal bertahan hidup mereka.
Sudut pandang Zhou Zekai berguncang hebat, namun dua pistol Yiqian Chuanyun tetap stabil, dentuman senjata masih berbunyi pantang menyerah. Tapi lutut Jun Moxiao sudah menghantam perut Yiqian Chuanyun, membuat tubuhnya melengkung.
Knee Strike!
Di bawah pengaruh skill semi-grabbing ini, Yiqian Chuanyun akhirnya tak bisa mempertahankan posenya. Tubuh melengkung, lengan terkulai, peluru yang ditembakkan tiba-tiba tersapu ke lantai.
Segera diikuti dengan serangan siku yang menghantam bagian belakang kepala Yiqian Chuanyun yang sedang membungkuk, membuatnya terjatuh ke bawah. Jun Moxiao yang telah siap dengan tinjuan uppercut di tangan satunya, langsung menghempaskan Yiqian Chuanyun melayang ke udara.
Lock Throat, Headbutt, Knee Strike, Elbow Strike, Upper Hook...
Semua adalah skill Rogue. Kecuali Headbutt, empat skill lainnya merupakan skill low-tier di bawah level 20. Namun kombinasi skill sederhana ini berhasil menembus strategi brilian Zhou Zekai yang menggunakan teknik menembak layaknya bela diri jarak dekat.
Teriakan shock dan pujian seolah tertahan di tenggorokan, tak mampu diucapkan.
Chen Guo gemetar.
Tepat seperti Ye Xiu, memang Ye Xiu, Ye Xiu yang tak pernah mengecewakannya.
"Keren!" teriaknya.
"Benar." Senyum Su Mucheng tetap tenang, seolah tak terlalu terlihat bersemangat seperti sebelumnya.
Saat menyaksikan teknik tinggi Zhou Zekai tadi, pikirannya sempat melayang.
Ia teringat kakaknya yang telah tiada, Su Muqiu, seorang Sharpshooter legendaris dengan teknik operasional memukau.
Tak terlupakan juga ekspresi kaget Su Muqiu saat karakter andalannya Qiu Musu tumbang di tangan Yizhiyeqiu milik Ye Xiu.
"Sialan!"
Itu satu-satunya kali Su Mucheng mendengar Su Muqiu mengumpat. Sang legenda yang percaya diri itu tak menyangka kekalahannya, hingga sempat kehilangan kendali.
“Bisakah lebih kuno lagi?”
Su Mucheng masih ingat provokasi yang sering digunakan Su Muqiu terhadap Ye Xiu saat itu. Keduanya bertarung dengan penuh semangat, berganti-ganti berbagai kelas dan karakter.
Su Muqiu bahkan sengaja membuat buku kecil khusus untuk mencatat rekor kemenangan-kekalahan mereka, yang disimpan oleh Su Mucheng.
“Tidak boleh lihat!” Setiap kali Ye Xiu ingin melihat, dia tak pernah diizinkan.
“Sudah biasa, tidak ada yang istimewa.” Su Muqiu selalu berkata demikian, tapi Su Mucheng yang menyimpan buku itu tahu persis tingkat kemenangan Ye Xiu selalu unggul. Jiwa muda yang kompetitif membuat Su Muqiu mencatat hasil pertarungan bukan untuk menunjukkan kekalahannya. Sayangnya, sampai akhir pun dia tak berhasil mengejar data statis itu.
Buku kecil itu akhirnya dijadikan barang peninggalan Su Muqiu. Namun kadang Su Mucheng bertanya-tanya: Jika terus bertarung sampai sekarang, selama sepuluh tahun ini, bagaimana bentuk data di buku itu nantinya?
Siapakah yang terkuat di Glory?
Setiap orang punya jawaban sendiri. Karena tendensi emosional, jawaban ini takkan pernah bersatu. Seperti Ye Xiu yang yakin seandainya Su Muqiu masih hidup, dialah pemain Glory terkuat - di sini terselip rasa penyesalan akan kepergian seseorang.
Tapi dalam hati Su Mucheng, yang terkuat tetaplah Ye Xiu. Meski memiliki kenangan yang sama tentang Su Muqiu, keyakinannya tak berubah. Karena begitulah kakaknya dulu memberitahunya: Ye Xiu, yang terkuat.
Jadi pertarungan paling ditunggu antara dua orang terkuat ini, sejak awal Su Mucheng sudah tahu jawabannya. Apapun hasilnya, tidak akan mengubah apapun.
Yiqian Chuanyun yang terpukul Upper Hook ke udara segera menyesuaikan laras senjatanya. Reaksi Zhou Zekai selalu cepat dan presisi. Meski sudut pandang karakter yang melayang ini tak bisa melihat Jun Moxiao, berbekal pengalaman dan kesadaran, dua pistol di tangan Yiqian Chuanyun langsung memuntahkan rentetan peluru ke bawah.
Hujan peluru, benar-benar seperti hujan! Setiap peluru dari dua laras senjata memiliki sudut dan posisi tembak yang berbeda. Dalam sekejap, area seluas mungkin telah tertutupi rentetan tembakan.
Tapi, lalu apa?
Ye Xiu sama sekali tidak peduli. Jun Moxiek terus maju menerobos hujan peluru, terus menyerang!
Karena jarak mereka sangat dekat, hampir tempel.
Meski Zhou Zekai bisa mengoperasikan senjata jarak jauh layaknya pedang dekat dengan skill luar biasa, tetap saja dia tak bisa mengubah setingan dasar game.
Kekuatan Setara serangan jarak jauh memang tak sebanding serangan jarak dekat. Memainkan senjata api seperti bela diri fisik, sekeren apapun, kontrol situasinya tetap tak sekuat pertarungan fisik.
Ini teori paling dasar.
Atau bisa dibilang, teori paling kuno.
