Saat Du Ming turun, sorak-sorai meriah meledak dari tribun tim tamu di lokasi.
Fans Xingxin yang mengikuti tim sama sekali tidak bisa menyaingi serbuk Lun Hui yang bertindak sebagai tuan rumah. Jika tidak benar-benar memperhatikan, hampir mustahil mendengar sorakan dan semangat mereka untuk Xingxin. Tapi mereka tidak pernah menyerah meski keberadaannya nyaris tak terasa, terus mendukung Tim Xingxin dengan sepenuh hati.
Banyak orang tidak menyangka Xingxin bisa sampai ke tahap ini. Bahkan sebagian menganggap pencapaian ini sudah merupakan kesuksesan langka. Sekalipun akhirnya kalah dari Lun Hui, musim perdana mereka sudah cukup gemilang.
Tapi para fans Xingxin yang nekat mengikuti tim sampai ke kandang Lun Hui ini punya pemikiran berbeda. Di tengah gegap gempita dukungan tuan rumah, mereka tetap bersemangat mendukung tim bukan sekadar mengharapkan kejayaan meski kalah.
Mereka menantikan kemenangan. Mereka mendambakan gelar juara.
Sekalipun diejek nekat, kerinduan di hati tak bisa diusir.
Tim selemah apapun tetap punya ambisi juara. Xingxin yang melesat sampai sejauh ini, cukup puas dengan kejayaan meski kalah? Mereka tidak butuh hal-hal seperti itu. Yang mereka butuhkan hanyalah kemenangan, hanyalah gelar juara, itu saja.
Karena itu mereka sama sekali tidak boleh kalah di babak ini. Ini sudah menjadi kesempatan terakhir mereka.
Tapi meski punya tekad sekuat itu, semua tahu pertandingan hari ini akan sangat sulit. Sebagai tim tandang, melawan lawan yang sudah unggul satu ronde, Xingxin harus bertarung dengan beban tekanan seperti ini.
Banyak orang mungkin sudah melupakan hal ini. Di hati mereka, mungkin merasa Xingxin tidak memiliki tekanan apa-apa, karena kekalahan Xingxin adalah hal normal, Xingxin seharusnya tidak terlalu berharap banyak.
Namun fakta berbicara lebih keras. Xingxin sedang menunjukkan pada semua orang melalui kinerja mereka: persiapan mereka bukan untuk menyambut kekalahan. Bahkan dalam situasi seperti ini, mereka tetap berlari menuju kemenangan.
Keunggulan dua poin pembunuhan di arena pertandingan.
Tim berhasil membunuh satu lawan terlebih dahulu dalam pertandingan tim.
Apapun yang menyebabkan situasi unggul ini, apapun hasil akhir babak ini, saat ini: MENYEGARKAN! Penampilan Xingxin sangat menyegarkan! Membuat fans Xingxin seperti disuntik steroid, terutama yang hadir langsung di lokasi. Keriuhan yang mereka ciptakan seketika itu adalah tantangan untuk kandang setan Lun Hui ini.
Lemahnya kekuatan kami bagaimana? Jumlah personel sedikit lalu kenapa? Saat ini kami unggul, dengan keunggulan TIGA poin pembunuhan yang sangat besar.
Dari sudut pandang situasi pertandingan, keunggulan Xingxin cukup membuat lawan tak berkutik. Terutama pembunuhan karakter Wu Shuang Gou Yue milik Du Ming yang dilakukan tanpa kesulitan. Muyu Chengfeng Su Mucheng masih dalam kondisi HP penuh. HP Hai Wu Liang Fang Rui yang berkurang hanya akibat serangan gabungan Lv Buoyuan dan Du Ming sebelumnya. Poin pembunuhan ini diraih dengan sempurna.
Tapi fans Lun Hui mana bisa menerima fans Xingxin bersenang-senang di kandang mereka. Meski keyakinan diri tak seberapa, menghadapi teriakan seperti ini, mereka juga tak mau kalah.
Stadion langsung diguncang gelombang suara, serbuk Lun Hui akhirnya berhasil menekan sorakan Xingxin. Tapi keunggulan mereka hanya sekadar jumlah personel lebih banyak dan suara lebih keras. Kalau bicara keyakinan, saat ini mereka benar-benar kalah dari fans Xingxin yang jumlahnya kurang dari sepersepuluh mereka.
Cepat, Semangat!
Kalau bilang hati fans Lun Hui tidak panik, itu bohong. Apalagi melihat fans lawan begitu gembira dan pongah. Meski suara mereka menekan lawan, tak ada kepuasan kemenangan yang dirasakan. Karena kemenangan sejati bukan diraih dengan teriakan, tapi harus diperjuangkan pemain di lapangan. Jika di lapangan tak bisa menekan lawan, di luar arena meski suara mereka lebih keras, hati tetap merasa kosong.
Semangat! Semangat!
Hati fans Lun Hui terus berdoa, tapi di sisi ini, sama sekali tak terlihat peluang comeback. Du Ming dengan Wu Shuang Gou Yue tumbang, Fang Minghua sebagai Pastor Xiao Ge Ziruo otomatis masuk arena, Lv Buoyuan dengan Cloudy Mountain segera bergabung. Ritme pertahanan Healer ini jelas lebih dominan daripada upaya melawan balik.
Harapan, harus dicari di sisi lain?
Gudang Limbah.
Pertarungan antara Ye Xiu dengan tiga ahli terbesar Lun Hui terus berlanjut. Meski tidak berhadap-hadapan langsung, upaya berulang kali melepaskan diri saja sudah cukup membuat orang berdecak kagum. Ye Xiu pun mengeluarkan stamina besar-besaran, baik secara personal maupun melalui karakternya.
Ritmenya mulai kacau, kontrol terhadap Jun Moxiao juga tidak seperfeks awal pertandingan.
Zhou Zekai, Sun Xiang, Jiang Botao.
Satu saja dari ketiga atlet ini sudah mampu melawan Ye Xiu satu lawan satu di arena, hasil pertarungan pun sulit diprediksi. Tapi sekarang, Ye Xiu harus melawan tiga sekaligus. Daya tahan dan operasional yang dibutuhkan jelas bukan sekadar tiga kali lipat.
Statistik kecepatan tangan sejauh ini membuktikan: kecepatan rata-rata Ye Xiu di pertandingan ini 340. Namun sejak Jun Moxieu memasuki Gudang Rongsokan dan mulai bertarung dengan trio Lun Hui, kecepatan rata-ratanya melonjak hingga 510.
510！
Bagi kebanyakan atlet profesional, ini adalah angka puncak. Tapi bagi Ye Xiu, ini hanyalah kecepatan normal.
Penonton terkesima melihat data ini, tapi para atlet profesional justru lupa takjub. Bagi mereka, operasional dengan kecepatan stabil 510 ini adalah tindakan kejam.
Kejam untuk lawan, kejam untuk diri sendiri.
Tapi kini, tiga lawanlah yang harus mencerna operasional kecepatan 510 ini. Lebih tepatnya, bukan mereka yang mencerna, melainkan Ye Xiu yang menggunakan kecepatan 510 ini untuk mengurai tekanan dari trio lawan. Kekejaman ini sepenuhnya ditanggungnya sendiri.
"Nekat sekali..." Bahkan Han Wenqing yang terkenal garang di medan perang pun mengeluarkan komentar seperti ini.
Di sisi lain, Zhang Xinjie mengerutkan kening, mengamati dengan cermat kurva di bawah data kecepatan tangan. 510 pada akhirnya adalah nilai rata-rata hasil kalkulasi, dalam tahap ini mustahil kecepatan tangan selalu tepat 510 setiap detik tanpa fluktuasi. Pasti ada naik dan turun. Karena itu Zhang Xinjie mencoba menemukan fase stabil yang mencolok dalam kurva tersebut, yang mungkin digunakan Ye Xiu untuk penyesuaian dan istirahat. Menurutnya hanya dengan cara ini kecepatan rata-rata 510 bisa dipertahankan.
Tapi, tidak ada...
Kurva kecepatan tangan sangat berantakan dengan fluktuasi ekstrim yang banyak. Dari kekacauan ini terlihat Ye Xiu benar-benar dalam posisi pasif. Operasionalnya dipaksa oleh tekanan lawan, andai bukan karena ledakan-ledakan untuk mempertahankan, Jun Moxiao mungkin sudah jadi mayat.
Dari perubahan kurva, Ye Xiu semakin terjepit. Tiga anggota Lun Hui jelas menyadari hal ini, sehingga meski tahu menunda tiga lawan sekaligus merugikan secara makro, mereka tidak melakukan penyesuaian. Bahkan setelah Du Ming (Wu Shuang Gou Yue) terbunuh dan nama serta ikon kepalanya menghilang, gempuran mereka semakin teguh.
Ini harga yang harus dibayar untuk ketekunan mereka. Hanya dengan membunuh Jun Moxiao sekarang, pengorbanan itu bisa terbayar.
Hampir!
HP Jun Moxiao masih 52%, terlihat lebih dari setengah. Tapi ketiganya sudah menyadari reaksi dan respons Ye Xiu tidak semulus sebelumnya. Mereka tahu lawan berada di ambang kekalahan.
“Kecepatan tangan Ye Xiu sudah mendekati batas maksimum...” Huang Shaotian berkata dengan ekspresi wajah yang tegang. Yu Wenzhou di sebelahnya tidak memberikan sanggahan, sementara Wang Jiexi yang duduk di depannya dan Liu Xiaobie si ahli kecepatan tangan dari Micro Grass sama-sama membungkam.
“Eh...” Namun di sisi lain, seseorang tampak ragu-ragu untuk berbicara.
Lou Guanning, Zou Yunhai, Wen Xiaobei, Gu Xiye, Zhong Yeli.
Kelimanya anggota Yi Zhan juga menonton pertandingan. Meski berasal dari latar belakang keluarga kaya, dalam lingkaran atlet profesional mereka adalah adik kelas yang benar-benar baru, skill-nya pun belum bisa dibilang tinggi. Tapi saat para senior ahli seperti itu berani menyimpulkan, kelimanya justru sepertinya punya pendapat berbeda. Wen Xiaobei tak sengaja bersuara saat mendengar Huang Shaotian bilang "mendekati batas", tapi melihat tak ada yang menghiraukan, ragu-ragu untuk melanjutkan.
“Ada apa?” tanya seseorang di samping mereka, Sun Zheping yang datang bersama.
“Ini seharusnya... bukan batas maksimum Ye Xiu Shen, kan?” ujar Lou Guanning.
“Maksudmu?” Sun Zheping mengernyit.
“Kalian semua benar-benar yakin ini batasnya?” Wen Xiaobie akhirnya bicara karena terlalu banyak ahli yang menyimpulkan seperti itu.
“Kalian sepertinya tahu sesuatu?” Sun Zheping menyelidik.
“Eh...” Kelimanya saling bertatapan.
“Kami pernah melihat kecepatan tangannya,” kata Lou Guanning.
“Sun Zheping tertawa, kecepatan tangan Ye Xiu kan sudah kulihat sembilan tahun lalu?” Saat itu Ye Xiu memang berada di puncak performa. Sekarang meski terus menang beruntun, faktanya usia tetap menjadi faktor. Beberapa hal tidak bisa diraih hanya dengan tekad.
“Eh, maksudku bukan begitu. Kami melihat kecepatan tangannya dengan cara berbeda.” Lou Guanning menyadari Sun Zheping salah paham. Sebagai pemula, tentu mereka tidak berani berkoar-koar tentang pengalaman di depan veteran seperti dia.
“Cara berbeda?” Sun Zheping bingung.
“Main piano!” Lou Guanning menjawab.
“Hmm?” Ekspresi Sun Zheping berubah dramatis. “Main piano apa?”
“Piano klasik!” Wen Xiaobei menyambar.
“Siapa yang main?”
“Ye Xiu Shen!”
“Pasti salah orang kan?” Sun Zheping bukan tipe peragu, tapi cerita tentang Ye Xiu main piano dari anggota Yi Zhan ini benar-benar sulit dipercaya.
“Tidak mungkin salah! Itu pas acara Weekend Bintang All-Star tahun lalu...” Lou Guanning buru-buru menjelaskan kejadian di jamuan anggur itu.
“Ketukan musik kan tetap. Jadi berdasarkan durasi lagu yang dimainkan Ye Xiu Shen waktu itu, kita bisa menghitung kecepatan tangannya dengan akurat. Mungkin ada perbedaan antara main piano dan operasional Glory. Tapi setidaknya saat main piano, kecepatan tangan Ye Xiu Shen mencapai...” Lou Guanning tiba-tiba berhenti di bagian krusial, menelan ludah.
“Berapa?” Sun Zheping bertanya.
“900……” Suara Lou Guanning terdengar gemetar, meski sebenarnya ini adalah jawaban yang sudah ia ketahui sebelumnya, seolah-olah tetap membuatnya terkejut, "48 detik, APM stabil di 900."
