“Semangatnya bagus ya!” Chen Guo masuk sambil tersenyum. Teriakan Fang Rui tiba-tiba membuat hatinya lebih lega.
“Banyak yang datang, tapi tak ada yang bawakanku sarapan?” gerutu Fang Rui.
“Kubawakan koran.” Chen Guo mengangkat koran, sengaja memutar halaman depan ke arah pandangan Fang Rui.
Judul besar langsung menyapu matanya. Sorot mata Fang Rui berkilat sesaat, lalu dibuat-buat santai sambil berkata: “Cuma gini doang? Aku kan sudah biasa lihat situasi besar.”
"Fang Rui tidak berlama-lama di kasur. Bagaimanapun ini adalah Esports yang dilakukan sambil duduk di depan komputer, meski bisa menyebabkan kelelahan, tapi sampai-sampai tidak bisa turun dari tempat tidur jelas tidak mungkin. Chen Guo meletakkan koran sembarangan di pinggir kasur, lalu mengamati dengan cermat kondisi fisik Fang Rui, menurutnya tidak ada perbedaan berarti dari biasanya."
"Anggota lain sudah berkomunikasi sopan dengannya sebelum Chen Guo datang. Kerumunan orang di kamar ini terasa terlalu sesak. Dengan berpamitan, mereka mulai meninggalkan ruangan secara berkelompok."
"Perlu kubantu pesankan sarapan?" tanya Chen Guo pada Fang Rui.
"Tidak perlu, nanti aku akan berjalan-jalan sekalian makan di luar," jawab Fang Rui.
"Baiklah, tidak akan kuganggu lagi." Chen Guo tidak menanyakan hal-hal seperti "Bagaimana, bisa tidak?" lagi, dan pergi hampir bersamaan dengan yang lain.
"Fang Rui berdiri di dekat jendela. Di meja sebelahnya tergeletak koran peninggalan Chen Guo dengan bagian kepala terlihat ke atas, disinari miring oleh cahaya matahari yang masuk melalui kaca. Beberapa kata di judul utama terlihat menyilaukan. Fang Rui menunduk melihatnya sebentar, tidak menyentuhnya, hanya tersenyum. Matanya kemudian beralih ke pemandangan di luar jendela - cuaca benar-benar cerah."
Pagi hari Xingxin tidak ada penjadwalan, bertujuan agar semua anggota yang baru melalui pertarungan sengit bisa beristirahat sebanyak mungkin. Sore hari dijadwalkan rapat strategi. Bukan latihan intensitas tinggi, hanya melakukan review pertandingan yang baru saja dilalui. Ini adalah hal yang biasa dilakukan tim profesional setelah setiap pertandingan. Dalam playoff yang berintensitas tinggi dan menghadapi lawan yang sama berulang kali, proses review pertandingan justru menjadi metode penyesuaian yang sangat efisien. Selama review, menyimpulkan keuntungan dan kerugian di ronde sebelumnya sambil merumuskan strategi dan logika untuk ronde berikutnya akan terasa sangat terfokus. Dibandingkan review di pertandingan reguler, ini memiliki makna strategis yang berbeda.
Maka pada pukul 1:30 siang, para anggota Xingxin tepat waktu muncul di ruang rapat hotel yang disewa. Berkas rekaman pertandingan sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Ye Xiu. Melihat semua orang telah berkumpul, tanpa banyak omongan kosong, ia langsung menggunakan proyektor untuk menampilkan rekaman pertandingan.
"Kita lihat pertandingan tim dulu!" kata Ye Xiu. Di layar proyektor muncul rekaman pertandingan tim dari babak ini.
"Untuk pertandingan tim kali ini, menurut ringkasanku, Lun Hui sebagian besar kalah karena faktor tak terduga. Terlalu banyak situasi di luar dugaan mereka yang terjadi, mengacaukan rencana mereka, sehingga tujuan taktis mereka hampir tidak bisa diekspresikan secara utuh," jelas Ye Xiu sambil menunjuk ke layar.
“Dilihat dari awal, pergerakan Lun Hui.” Ye Xiu menunjuk ke adegan di mana tim pembuka Lun Hui terbagi menjadi dua kelompok: Zhou Zekai, Jiang Botao, dan Sun Xiang yang maju duluan, sementara Lv Buoyuan melindungi Fang Minghua di belakang. “Jelas ini strategi untuk menghadapi posisi tinggi strategis di area ini.”
“Perubahan setelahnya sebenarnya sangat sederhana. Kecelakaan yang terjadi di tahap ini, kurasa tak perlu dijelaskan panjang lebar.” Ye Xiu berkata.
"Kecelakaan" yang dimaksud tentu saja aksi Ye Xiu menunda tiga orang (Zhou, Jiang, Sun). Meski ini prestasi pribadinya, saat review pertandingan, nada bicaranya datar tanpa kesombongan maupun kerendahan hati - murni analisis objektif.
“Bagian ini bisa kita lihat lagi cara kerja sama serangan trio Lun Hui. Ini konten yang sudah kita analisis berkali-kali.” Ye Xiu menjelaskan.
Tentu berkali-kali. Bukan hanya Xingxin, semua tim liga yang mengejar gelar juara pasti menjadikan ini fokus penelitian utama. Meski belum sepenuhnya dikuasai, setidaknya setiap tim sudah melakukan interpretasi mendalam sesuai kapasitas mereka.
Meski disebut meninjau ulang cara serangan trio ini, faktanya lebih banyak menampilkan respons Ye Xiu terhadap gempuran yang mereka lakukan. Sebagai pelaku, ia paling paham detailnya. Namun yang dibagikan kali ini adalah logika dasar strategi. Karena perbedaan karakter dan skill kelas, respons terhadap situasi serupa tak bisa disamaratakan. Hanya dengan memahami logika dasarnya, pemain bisa mengadaptasinya ke karakter dan kelas masing-masing.
Kadang Ye Xiu yang bercerita, kadang ada yang bertanya, ada yang menyampaikan pendapat, berdiskusi, bahkan berdebat...
Chen Guo berdiri diam di samping.
Rapat strategi Xingxin, dia selalu bersikeras hadir. Awalnya masih semangat memberi komentar, mengajukan pertanyaan, menyampaikan pandangannya. Tapi perlahan, dia mulai seperti sekarang, hanya diam menyimak dari samping.
Sebenarnya dibanding awal, wawasan Chen Guo sudah meningkat signifikan. Jika sekarang dia menyampaikan pendapat, mungkin justru banyak bagian yang menyentuh titik krusial. Tapi Chen Guo diam, karena hal-hal yang ingin dia sampaikan tak pernah terlewat oleh yang lain.
Lihat Tang Rou, dua tahun lalu masih benar-benar pemula, tapi sekarang sesekali bisa mengemukakan wawasan yang logikanya sendiri pun tak bisa mengikuti.
Bilang sama sekali tak ada rasa melankolis tentu palsu. Di hati, Chen Guo sangat berharap bisa menjadi atlet profesional, bertarung di lapangan bersama para partner ini.
Sayangnya realita berbicara lain. Yang bisa dilakukannya hanyalah mengatur semuanya di luar arena untuk mereka.
Ada sedikit kekecewaan, tapi tak layak untuk mengelus dada. Karena Chen Guo sangat paham, dirinya adalah bagian dari mereka. Mimpi mereka, target perjuangan mereka, tak pernah meninggalkannya. Mereka selalu terikat bersama...
Final dua hari lagi, semangat semua!
"Chen Guo diam-diam memberikan semangat untuk semua orang. Saat ini dia sama sekali tidak memikirkan masalah apakah Fang Rui bisa tampil di final atau tidak. Seperti yang dikatakan Ye Xiu pagi tadi, entah Fang Rui bermain atau tidak, target mereka tidak akan berubah - mereka harus menang, merebut juara."
Review pertandingan dilanjutkan.
Chen Guo tetap setia menunggu di samping hingga semuanya berakhir.
"Malam ini, apakah kalian ingin mengatur acara sendiri atau makan bersama?" tanya Chen Guo.
"Hmm... Menurutku pesta kemenangan sekarang masih terlalu dini. Bagaimana nanti pemberitaan media jika mereka tahu?" kata Wei Chen.
Chen Guo melototi si pemalas tua itu. Meski omong kosong, intinya jelas - dia lebih condong ke aktivitas bebas.
"Silakan sesuai keinginan! Yang mau ikut bos, ikut saja dia," kata Ye Xiu.
Chen Guo kembali melotot ke Ye Xiu. Ini bahasa apa? Bebas vs ikut perintah? Dua hal yang bertolak belakang kok bisa digabung?
Mo Fan langsung pergi pertama. Dia selalu alergi dengan kerumunan.
Lalu Luo Ji yang masih berdiskusi dengan Qiao Yifan. An Wenyi menyusul, dan ketiga anak muda itu pergi sambil berdebat. Baozi hendak ikut, tapi direbut oleh Wei Chen. Setelah bisik-bisik, Baozi langsung semangat mengikuti Wei Chen.
“Bos kamu tahu... Pertandinganku sebelumnya sangat melelahkan, aku akan pulang lebih awal untuk istirahat.” Fang Rui yang terlihat sangat sopan bahkan menyapa Chen Guo.
Chen Guo selain mengiyakan tidak bisa berkata apa-apa. Akhirnya hanya tersisa dia, Tang Rou, Su Mucheng, dan Ye Xiu - tiga perempuan satu laki-laki. Ye Xiu sibuk merapikan materi analisis, jelas tidak berniat "menuruti" pengaturannya. Chen Guo sudah menyerah membentuk grup reuni besar, kali ini justru dia yang lebih dulu pamitan hendak pergi, disusul Tang Rou yang ikut meninggalkan tempat.
Hanya tersisa dua orang. Su Mucheng berdiri di belakang Ye Xiu, memperhatikannya mengklasifikasi ulang berkas rekaman dan screenshot yang sudah cukup larut tadi lalu menyimpannya dengan rapi.
“Menurutmu bagaimana?” Su Mucheng tiba-tiba bertanya.
“Bagaimana? Maksudmu Fang Rui?” Ye Xiu menjawab tanpa menoleh.
“Bukan, maksudku kamu... Bagaimana kabarmu?” Su Mucheng melanjutkan.
Ye Xiu yang terus melakukan operasional, jelas terhenti sejenak.
“Aku, baik-baik saja...” jawabnya.
