“Seberapa baik?” Su Mucheng berjalan beberapa langkah berpindah ke posisi ekspresi Ye Xiu bisa terlihat, bertanya dengan sungguh-sungguh.
“Bukan itu intinya.” Ye Xiu mengangkat kepala, tidak menghindar, justru tersenyum memandangi Su Mucheng.
Mereka sudah bersama selama bertahun-tahun, saling memahami mungkin lebih dalam dari yang mereka kira. Seringkali hanya dengan satu pandangan, mereka sudah mengerti maksud satu sama lain. Ye Xiu tahu apa yang dikhawatirkan Su Mucheng. Dia tidak menjelaskan maupun menutupi sesuatu. Jawabannya mungkin akan membuat Chen Guo marah dan bertanya "Lalu apa hal terpentingnya?" Tapi Su Mucheng hanya mengangguk, tidak berkata lebih.
Ini bukanlah hal terpenting.
Sampai di titik ini, hanya ada satu hal penting: Kemenangan, gelar juara!
Demi satu-satunya tujuan ini, segalanya bisa dikorbankan dan dilepaskan.
Jadi Su Mucheng tidak banyak bicara. Dia hanya akan membantu Ye Xiu sekuat tenaga saat Ye Xiu mengerahkan seluruh kemampuannya, bersama-sama mewujudkan tujuan tunggal itu. Itu adalah fokus Ye Xiu, fokusnya, dan fokus yang tak mungkin diabaikan oleh atlet profesional manapun.
Ye Xiu terus mengatur materi. Kebiasaannya adalah membuka setiap file untuk memastikan sebelum menyimpan di folder yang tepat. Tapi saat membuka rekaman video berikutnya, dia tidak langsung menutup dan mengklasifikasikannya. Rekaman terus diputar, sementara Ye Xiu terdiam menatapnya.
Review pertandingan melawan Lun Hui tentu banyak membawa materi tentang mereka. Dalam rekaman ini, Yiqian Chuanyun dan Yizhiyeqiu - kombinasi terbaik musim ini - sedang bertarung berdampingan.
"Bakat yang mengagumkan, teknik yang luar biasa, dua karakter ini ngebut-ngebutan seperti masuk ke wilayah tak bertuan. Padahal ini adalah pertandingan pro reguler di musim kompetisi, namun lawan berhasil diacak-acak oleh dua orang hingga berantakan. Lun Hui akhirnya dengan mudah meraih kemenangan."
Zhou Zekai, Sun Xiang.
Kombinasi duo yang baru menjadi partner di musim ini ditunggu dengan antisipasi tinggi oleh banyak orang. Banyak yang menganggap mereka akan menjadi penguasa era berikutnya di Glory. Fakta ini sebenarnya tidak ditentang oleh Ye Xiu dalam hatinya.
Tapi saat ini, dia sama sekali tidak memikirkan hal-hal itu. Su Mucheng yang memperhatikannya pun tahu isi pikirannya berbeda.
"Ada perasaan aneh yang mengganjal, ya?" kata Ye Xiu.
Su Mucheng mengerti maksudnya, tapi dia menggeleng: "Aku tidak merasakannya... Karena faktanya, aku tidak pernah benar-benar bermain Glory bersama kakak."
"Iya..." Ye Xiu mengangguk. Waktu itu, dia dan Su Muqiu memang selalu nongkrong di depan komputer main game. Tapi Su Mucheng justru dikirim sekolah oleh Su Muqiu. Dia sama sekali tidak berniat menjadikan adiknya sebagai pemain pro atau atlet profesional. Bukan karena dia menganggap aktivitasnya sebagai hal yang menyiksa atau memalukan. Sebaliknya, Su Muqiu sangat bersemangat dengan yang dilakukannya. Dia mencintai game, mencintai Glory. Semua ini membuatnya merasa bangga dan berbesar hati.
Terhadap Su Mucheng, dia hanya bersikap tidak mendukung namun juga tidak melarang.
"Hal seperti ini, harus dibiarkan dia memilih sendiri!" Su Muqiu berkata demikian. Saat itu, dirinya sendiri masih remaja belasan tahun, tapi bersikap layaknya dosen pembimbing yang sedang berpikir hati-hati tentang masa depan adiknya.
"Dia tumbuh besar melihat kami bermain game Glory, menurutku dia sudah mulai tertarik, misalnya saat memberi nama karakter..." Ye Xiu menatap karakter Yizhiyeqiu di layar, sejujurnya karakter 'zhi' itu selalu terasa mengganggu matanya.
"Ah, kau ngerti apa? Anak kecil biasanya punya jiwa pemberontak, mungkin dia malah benci melihat kita main terus-terusan?" kata Su Muqiu.
"Kamu tidak boleh berpikir asal-asalan seperti itu. Tidak semua anak punya jiwa pemberontak," jawab Ye Xiu.
"Kau yang kabur dari rumah malah ngomong begini?" Su Muqiu menghina.
"Aku pernah membesarkan adik, jadi punya pengalaman." Ye Xiu tenang.
"Oh? Adikmu berapa tahun?" Su Muqiu buru-buru bertanya.
"Lebih muda sedikit, kami kembar."
"Gundul!" Su Muqiu menjawab satu kata.
"Yizhiyeqiu! Qiumusu! Kalian kabur ke mana?!!" Pesan pemimpin tim tiba-tiba memenuhi channel tim, beberapa baris langsung bergulir cepat.
"Wah, kita salah jalan." Su Muqiu baru menyadari.
"Sial, bisakah kau jangan terlalu asyik ngobrol sampai lupa sekitar?!" hardik Ye Xiu.
"Ini daerah mana?" Su Muqiu cepat-cepat membuka map.
"Yang tak bisa kembali, jembatan di sisi sana akan hancur setelah memicu plot." Ye Xiu berkata.
"Hanya bisa menerobos dari sini." Su Muqiu pasrah, menyapu kamera 360 derajat sambil menatap ke depan.
"Hanya ini caranya..." Ye Xiu juga merasa tak berdaya.
Keduanya terus maju, 30 menit kemudian sistem mengumumkan: Yizhiyeqiu membunuh pemimpin Sax, dungeon berakhir.
"Sialan! Apa yang dilakukan dua bajingan itu?!" Tim besar langsung dipenuhi hujatan. Mereka baru membersihkan separuh jalan, hasilnya BOSS akhir sudah tewas.
"Maaf, serangan terakhir lagi-lagi milikku." Ye Xiu berseru.
"Kau kejam!" Su Muqiu menggerutu sambil mengeluarkan buku kecil, mencatat dengan masygul: Tanggal X jam X, dungeon X BOSS X, pembunuhan final oleh Yizhiyeqiu, ke-474 kalinya.
Bagaimana dengan dirinya? Su Muqiu membalik halaman sebelumnya - 318 kali. Kesenjangan menganga!
"Berapa kali aku?" Ye Xiu menyandar mendekat.
"Cuma 400-an kali, unggul tipis dariku." Su Muqiu menutup buku catatan dengan keras.
"Hehe, entah dalam sisa hidupmu ada kesempatan menyalipku?" Ye Xiu tersenyum sinis.
"Jangan terlalu congkak wahai pemuda, jalan kehidupan masih panjang." Su Muqiu mencibir.
Jalan kehidupan masih panjang...
Andaikan jalan kehidupan benar-benar bisa panjang, Ye Xiu memandangi rekaman video. Bagaimana nasib dua nama yang tercatat disini?
Menggeleng, Ye Xiu mematikan video.
“Ayo pergi!” Dia menyapa Su Mucheng.
“Hmm.” Su Mucheng mengangguk, “Ikuti.”
“Menurutmu Glory seru?” Saat keluar pintu, Ye Xiu tiba-tiba bertanya.
“Ini poin penting macam apa lagi?” Su Mucheng tersenyum.
“Karena sebenarnya kami tidak pernah benar-benar yakin.” Kata Ye Xiu.
“Sangat seru, aku yakin.” Kata Su Mucheng.
“Baguslah.” Ye Xiu tampak lega.
“Kenapa?”
“Memenangkan juara akan lebih seru.” Kata Ye Xiu.
“Tentu saja.” Su Mucheng.
“Jadi...”
“Jadi apa?”
“Makan apa malam ini?”
“Aku tidak masalah.”
“Jelajahi sekitar saja?”
“Baik.”
