Langit Kota Mati.
Saat penonton di lokasi melihat informasi map final pertandingan tim, tim Xingxin dan Lun Hui juga secara bersamaan mendapatkan informasi tersebut di ruang persiapan masing-masing.
Layar besar elektronik, proyeksi holografik, siaran televisi, serta layar kecil di ruang persiapan kedua tim - semuanya secara sempurna sinkron, pertama-tama menampilkan panorama utuh map ini.
Seluruh arena terkagum-kagum!
Di bawah proyeksi holografik, sebuah pulau bundar muncul di kursi pertandingan, melayang di udara dengan tenang disinari cahaya bintang-bintang.
Para atlet profesional langsung memulai diskusi tentang gambaran lengkap yang mereka lihat.
"Peta insta-kill?"
Ini adalah kesan pertama yang mereka rasakan.
Yang dimaksud peta insta-kill adalah map yang memiliki adegan yang bisa mengosongkan HP karakter secara instan. Map "Persimpangan Sempit" yang digunakan di arena pertandingan sebelumnya memiliki setingan "Penyusup Mati" di kedua ujungnya, yang sekilas mirip peta insta-kill. Tapi karena area terlarang "Penyusup Mati" tidak langsung membunuh karakter secara instan - serangan NPC masih bisa diatasi dengan bertahan, maka "Persimpangan Sempit" tidak bisa dikategorikan sebagai peta insta-kill.
Sedangkan map tim besar "Reruntuhan Langit" saat ini yang melayang di udara, dimana karakter akan terjun jatuh begitu mencapai batas map, ini jelas merupakan desain insta-kill yang langsung mengosongkan HP.
Pertarungan besar, dengan peta insta-kill?
Para pemain saling berdiskusi dengan aktif.
Semakin penting suatu kompetisi, tim cenderung bermain lebih defensif dan hati-hati. Peta insta-kill memiliki faktor kejutan yang besar, jadi jika tim diberikan pilihan, mereka jarang memilih peta jenis ini di pertandingan penting. Semua ingin mengandalkan kekuatan dan usaha tim sendiri untuk meraih kemenangan, daripada dikendalikan oleh faktor tak terduga seperti ini.
Tapi sekarang, di pertarungan final kejuaraan ini... ternyata menggunakan peta insta-kill?
Semua orang sedang berbicara, tiba-tiba di atas pulau terlihat tirai cahaya mengembang, jatuh membentuk bola, akhirnya menyambung ke seluruh batas map. Kemudian penjelasan sederhana muncul, kalimat pertama langsung mengakhiri pembahasan para atlet profesional.
Ini bukan map pembunuhan instan. Radius tirai cahaya ini menjamin karakter tidak akan terjatuh dari pulau.
Di sisi atlet profesional langsung terdengar suara hinaan.
Ngomong dari tadi! Bikin semua orang berdebat lama.
Kemudian kamera zoom in, mulai menampilkan adegan di pulau ini.
Jejak reruntuhan tua yang suram dan sepi muncul di depan mata semua orang. Dua bangunan bergaya piramida Aztek adalah yang paling utuh di antara reruntuhan ini. Sebuah sungai tenang mengalir di belakang kedua bangunan, di seberang sungai terhampar hutan pohon yang damai, batang dan ranting-daunnya berwarna kelabu pucat dengan semburat biru muda di bawah cahaya bintang.
Di depan kedua bangunan, pohon-pohon juga tumbuh menembus reruntuhan kota kuno, secara diam-diam menghapuskan sisa-sisa jejak peradaban ini.
Pemain tiap tim secara bawah sadar mulai merancang strategi dan taktik berdasarkan gaya dan komposisi kelas tim mereka masing-masing. Sementara Xingxin dan Lun Hui, setelah melihat map, akan segera memutuskan daftar pemain resmi untuk pertandingan tim.
Di ruang persiapan Lun Hui, atmosfernya terasa suram. Kepercayaan diri sekuat apapun pasti terguncang setelah mengalami pembalikan situasi 1 vs 3 oleh lawan. Saat ini semangat pasukan sedang menyebalkan.
"Di saat seperti ini, perlu ada yang berbicara. Namun Kapten Lun Hui adalah Zhou Zekai yang memiliki kinerja tak terbantahkan di arena pertandingan. Memintanya berpidato sama saja menyiksanya."
Mobilisasi pra-pertandingan Tim Lun Hui biasanya dilakukan oleh Wakil Kapten Jiang Botao. Tapi di arena terakhir, dialah yang gagal menghadang Tang Rou sehingga lawan berhasil melakukan 1 vs 3 dan membalikkan situasi. Sebagai penyebab turunnya semangat pasukan, pidatonya sekarang mungkin tak akan efektif. Jiang Botao paham ini, makanya diam saja.
Begitu kembali ke ruang persiapan, justru Sun Xiang yang pertama angkat bicara.
"Ayo semuanya semangat! Ini cuma kehilangan satu poin individu. Kita bisa merebutnya kembali di pertandingan tim!" seru Sun Xiang.
Logis memang. Semua mengangguk setuju. Tapi... hanya sampai di situ.
Meski berusaha mengikuti motivasi Sun Xiang, rasa kesal di hati tetap tak bisa hilang.
Tiba-tiba map untuk pertandingan tim akhirnya datang.
"Lihat map dulu," kata Fang Minghua.
Ruangan hening. Semua mata tertuju pada tampilan map.
Tak lama, presentasi map dan penjelasan singkat selesai.
"Kota Mati Langit" yang melayang di angkasa dekat bintang-bintang ternyata hanya kombinasi biasa dari scene-scene tak familiar yang disusun acak.
Namun untuk kombinasi formasi yang tidak familiar ini, tetap perlu ada beberapa penjelasan dan strategi. Sebelum itu, menentukan lineup pemain yang akan tampil terlebih dahulu jelas bisa lebih terfokus.
Semua orang menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya. Pemain cadangan Lun Hui, meski tahu kemungkinan tampil di final kejuaraan ini sangat kecil, namun di hati kecil mereka tetap ada secercah harapan.
Final penentuan, siapa yang akan maju?
Fang Minghua akhirnya berbicara lagi: "Buoyuan, kondisimu hari ini tidak terlalu bagus."
Lv Buoyuan tertegun.
Dia tahu maksut perkataan Fang Minghua. Hatinya pilu. Tentu saja dia tidak ingin kehilangan kesempatan bertanding di final, namun dia paham ucapan Fang Minghua adalah fakta. Di pertandingan sebelumnya performanya memang buruk. Selama dua hari istirahat dia merenung dan bertekad untuk tampil baik hari ini, namun hasilnya tetap tidak memuaskan.
Tim tidak langsung mengabaikannya hanya karena satu kali performa buruk. Mereka memberi waktu untuk penyesuaian. Tapi sekarang, di pertandingan tim penentu kemenangan terakhir, ini bukan saat yang tepat untuk bertaruh apakah dia bisa kembali ke performa terbaiknya.
"Baik..." Lv Buoyuan sedih namun tidak membantah. Dia tidak bisa membiarkan performa buruknya terus menerus menyeret tim. Dia menerima penilaian Fang Minghua, yang berarti dia juga akan menghormati keputusan yang mungkin dibuat selanjutnya.
Setelah berdiskusi sebentar dengan Zhou Zekai dan Jiang Botao, Fang Minghua akhirnya mengumumkan keputusan tersebut.
"Untuk pertandingan tim, Buoyuan kamu istirahat dulu!" Yang akhirnya menyampaikan keputusan adalah Jiang Botao, sesuai statusnya sebagai wakil kapten.
“Mengerti.” Lv Buoyuan mengangguk. Meski hati masih tidak rela, tapi hasil pertarungan tim yang paling penting. Kondisi pribadi harus disimpan dulu untuk nanti.
“Pertandingan tim, Wu Qi, kau yang akan menggantikan Buoyuan sebagai starter.” Jiang Botao mengumumkan.
“Baik.” Wu Qi mengangguk.
Sebelum Sun Xiang bergabung ke Lun Hui, Lv Buoyuan, Wu Qi, dan Du Ming semuanya adalah anggota utama tim. Setelah Sun Xiang masuk dan mengokohi satu posisi, hanya tersisa dua slot untuk mereka bertiga.
Lv Buoyuan adalah All-Star, reputasinya lebih tinggi dari keduanya sehingga posisinya lebih kokoh. Sedangkan Wu Qi dan Du Ming masuk ke sistem shift.
Di babak sebelumnya, Wu Qi tidak bermain. Kini, saat kondisi Lv Buoyuan tidak optimal, pemain yang juga anggota utama juara berturut-turut ini akhirnya mendapat kesempatan bermain di final. Popularitasnya memang lebih rendah dari Lv Buoyuan, tapi kepercayaan tim padanya sama seperti pada semua anggota.
“Semangat!” Lv Buoyuan pertama yang mendekat, menepuk bahu Wu Qi.
“Pasti.” Wu Qi mengangguk, tanpa menunjukkan euforia berlebihan.
Du Ming mulai merasa gelisah.
Wu Qi sudah dipastikan. Posisi Zhou Zekai, Jiang Botao, Sun Xiang, dan Fang Minghua sulit digoyahkan. Lalu apakah slot terakhir akan jatuh padanya?
Meski sering masuk formasi utama, posisi Du Ming tidak stabil. Lv Buoyuan saja sudah diganti, membuatnya cemas. Di arena pertandingan, dia bahkan kalah 1 vs 3...
“Du Ming.”
"Ketika hatinya sedang gelisah, tiba-tiba namanya dipanggil, Du Ming langsung berdiri.
"Kamu akan menjadi orang keenam di pertandingan tim."
"Hah? Oh!" Du Ming sangat gembira, tapi mempertimbangkan perasaan Lv Buoyuan yang digantikan, dia hanya menggenggam tinju diam-diam.
Setelah itu, penjadwalan penampilan Zhou Zekai, Jiang Botao, Sun Xiang, dan Fang Minghua hanyalah formalitas. Tidak ada yang mengira keempat pemain ini akan disimpan dalam pertandingan penting seperti ini, kecuali kondisi mereka benar-benar buruk.
"Maka, mari kita berenam merebut kembali satu poin itu!" kata Fang Minghua setelah formasi akhir diputuskan.
Tanpa pidato heroik atau candaan ringan, hanya melalui proses mempelajari map dan menyusun formasi, emosi para pemain Lun Hui perlahan tenang. Saat formasi terbentuk dan diumumkan untuk merebut poin ini, semua orang langsung bersemangat.
Demi gelar juara, mereka telah menembus sampai sejauh ini. Tujuan perjuangan mereka sebenarnya sudah jelas bagi setiap orang.
Perlukah banyak bicara?
Tidak perlu.
Yang diperlukan hanyalah maju ke arena, dan menang.
Hal ini sudah mereka lakukan sekali, dua kali, tiga kali, berkali-kali. Mereka memang tim yang paling paham cara meraih kemenangan di Liga selama hampir tiga tahun terakhir.
“Berangkat!” Kapten Zhou Zekai yang pendiam, hingga akhir hanya mengucapkan dua kata ini. Dari level ini, dia benar-benar tidak bisa dianggap sebagai kapten yang kompeten. Tapi setelah mengucapkan dua kata itu, dia berjalan ke depan, memimpin semua pemain Lun Hui - baik yang akan tampil maupun tidak - melewati jalur eksklusif pemain yang tidak terlalu panjang, kembali ke arena pertandingan.
Suara hinaan?
Tidak ada lagi suara hinaan.
Suara hinaan mengekspresikan ketidakpuasan terhadap masalah sebelumnya. Tapi sekarang, ketika Lun Hui akan menghadapi momen penentuan terakhir, yang dibutuhkan adalah semangat. Serbuk Lun Hui pun menghujani mereka dengan dukungan.
Tepuk tangan dan teriakan semangat menyambut para pemain Tim Lun Hui.
Tidak lama setelah mereka, pemain Xingxin juga kembali ke arena pertandingan dari ruang persiapan.
Waktu menuju pertandingan tim besar akhir semakin dekat. Semua mata tertuju ke area pemain kedua tim, mencoba menebak formasi masing-masing.
Wasit muncul dan mulai memanggil anggota tim kedua untuk maju. Dari area pemain masing-masing tim, enam orang berdiri.
Lun Hui: Zhou Zekai, Jiang Botao, Sun Xiang, Wu Qi, Du Ming, Fang Minghua.
Tepuk tangan. Siapapun yang tampil mewakili Lun Hui saat ini, serbuk mereka hanya akan memberikan semangat dan doa.
Bagaimana dengan sisi Xingxin? Enam orang juga sudah berjalan menuju lapangan.
Ye Xiu, Su Mucheng, Tang Rou, Qiao Yifan, Bao Rongxing, An Wenyi.
