Semua orang terpaku!
Final kejuaraan, pertarungan penentu, momen yang menentukan hasil usaha setahun ini!
Kekompakan tim, kegugupan, keseriusan - itu wajar. Tapi kelakuan iseng?
Hasilnya sekarang, Lun Hui sedang serius menganalisis medan tempur untuk persiapan pertempuran akhir, sementara Jun Moxiao milik Ye Xiu? Berperilaku seperti preman kecil. Bagaikan tukang copet yang nongkrong di pinggir jalan dekat sekolah, bersiul ke cewek-cewek lewat; karakter Jun Moxiao-nya malah duduk di tangga piramida sambil mengkritik strategi Lun Hui.
"Gaya gambarnya salah, parah banget ini!"
Tapi seaneh apapun, Ye Xiu tetap melakukannya dan berkata demikian. Pertandingan ini memang punya alur dan ritme seperti itu. Penonton tetap harus menonton, komentator pun tetap wajib menganalisis, bukan?
Maka adegan siaran televisi benar-benar mengikuti arahan Ye Xiu, memperlihatkan close-up arah jam 3 di belakang karakter Yiqian Chuanyun milik Zhou Zekai, terutama "panggung" yang disebutkan Ye Xiu.
Begitu close-up itu muncul, pemain berpengalaman langsung sadar: perkataan Ye Xiu 100% akurat. Lokasi ini memang posisi sniper yang strategis.
"Xiao Jiang, sudahkah kamu menyadari bahwa skill Pedang Gelombangmu bisa memblokade penuh jalur di sebelah kirimu?"
"Wu Qi, titik persembunyian di arah jam 11 cocok untuk penyergapan!"
"Minghua, sudah ketemu posisi healer dengan visi terbaik? Kalau sudah, segera ambil posisi! Ngapain masih muter-muter?"
"Untuk yang pakai Yizhiyeqiu, kamu perhatikan jarak antara dua tembok patah di belakang karakter itu? Dengan jarak segini, tombak Quexie pasti nyangkut kalau diayunkan horizontal. Kalian modifikasi panjang Quexie ya? Dulu nggak pernah kayak gini."
Dengan kecepatan luar biasa, setiap komentar Ye Xiu membuat kamera siaran kewalahan mengikuti. Akhirnya mereka membagi layar menjadi empat bagian, menampilkan close-up masing-masing pemain yang disebut Ye Xiu dalam format komik empat panel...
Semua orang langsung paham: sama seperti komentar tentang Zhou Zekai tadi, setiap kritikan Ye Xiu pada empat pemain ini - baik masalah besar maupun kecil - benar-benar valid dan sesuai fakta di lapangan.
Hanya saja, apakah para pemain Lun Hui tidak menyadari berbagai masalah ini? Belum tentu. Bagaimanapun, waktu yang mereka habiskan untuk menganalisis di sini lebih lama daripada Ye Xiu. Tapi masalahnya, Jun Moxiao milik Ye Xiu sekarang duduk santai di tangga piramida ini, dan dengan satu kalimat saja langsung menyingkap inti persoalan. Ini benar-benar menunjukkan skill-nya. Ditambah lagi dengan gaya bertindaknya yang seolah-olah sedang memberi arahan kepada Lun Hui.
"Iseng!"
"Tidak tahu malu!"
"Memuakkan!"
Beberapa fans Lun Hui mulai menghina gerakan Ye Xiu. Harus diakui, omong kosong terkadang memiliki damage psikologis bahkan terhadap penonton.
Namun bagi yang levelnya lebih tinggi, terutama atlet profesional kelas atas, mereka paham situasi ini tidak sesederhana itu. Gerakan Ye Xiu bukanlah pamer pengetahuan dari posisi tinggi, melainkan peringatan strategis kepada Lun Hui: Hati-hati, semua strategi pengepungan kalian di sini bisa kubaca.
Kemampuan ini didukung oleh pemanfaatan efektif Ye Xiu terhadap medan tempur.
Dua piramida di map ini memang merupakan titik tinggi strategis. Namun karena terlalu besar, bahkan Artillery God dengan jangkauan terjauh pun tidak bisa melakukan serangan pendukung yang efektif dari puncak tertinggi. Serangan dari lereng setengah piramida juga memiliki keterbatasan. Jadi puncak piramida ini hanya berfungsi sebagai pos pengintaian, bukan lokasi strategis militer.
Maka Ye Xiu memanfaatkan fungsi pengintaian ini, menganalisis strategi Lun Hui dari posisi tinggi. Secara psikologis, ini memberikan gelombang tekanan pertama terhadap formasi mereka. Jika Lun Hui kehilangan kesabaran dan langsung menyerang Jun Moxiao, pasti akan mengalami kerugian besar.
Jun Moxiao tidak hanya berada di posisi tinggi, keempat anggota Xingxin lainnya juga sudah bersiap di sisi lain piramida. Jika Lun Hui nekat maju bertempur, Xingxin langsung menguasai keunggulan medan tempur.
Namun menurut para atlet profesional, kemungkinan ini sangat kecil. Di pertandingan penting seperti ini, Lun Hui pasti tidak akan mengambil langkah yang jelas merugikan ini.
Tapi Xingxin tetap mempersiapkan skenario ini. Bahkan peluang sekecil ini tidak mereka lewatkan.
Hasilnya Lun Hui bertindak normal tanpa terburu nafsu. Saat dikomentari satu per satu oleh Ye Xiu, mereka hanya ragu sejenak sebelum berdiskusi detail di channel tim. Gagasan langsung menyerang Jun Moxiao di tengah piramida bahkan tidak sempat terlintas.
Pertandingan seolah memasuki fase deadlock.
Kemungkinan kecil yang dinanti Xingxin tidak terjadi, sementara Lun Hui yang sadar gerakannya diawasi lawan bingung melanjutkan strategi.
Pindah ke area di luar pengamatan Xingxin? Tapi jika Xingxin tidak menyusul? Akankah wasit harus memaksa penyegaran ulang lokasi kedua tim untuk memicu pertempuran?
Xingxin tetap sabar mengawasi gerak-gerik Lun Hui. Ye Xiu sambil lalu menganalisis beberapa titik strategis di medan tempur beserta taktik koordinasi yang mungkin.
Akhirnya Lun Hui membuka suara.
"Dewa Ye sudah membaca semua gerakan kita!" ujar Wakil Kapten Jiang Botao.
"Bukannya itu hal yang mudah?" jawab Ye Xiu.
"Kalau sudah tahu semua strategi kami, kenapa tidak turun dan mencoba?" kata Jiang Botao.
Provokasi yang terlalu jelas, sampai terkesan membosankan.
"Baik, kami datang."
Di luar dugaan, Jun Moxiao milik Ye Xiu benar-benar berdiri. Empat karakter Xingxin lainnya langsung berbalik arah ke lereng piramida ini, mulai menerjang turun dari puncak.
"Menggunakan perangkap balik untuk membuat lawan ragu-ragu." Di luar arena, Wang Jiexi dari Micro Grass menganalisis gerakan Ye Xiu.
Provokasi sejelas ini justru ditanggapi Xingxin? Siapa yang tidak curiga? Wang Jiexi yang memiliki akses ke channel tim Xingxin tahu Ye Xiu tidak memberi instruksi khusus. Tanpa informasi ini, pasti dia juga khawatir ada strategi tersembunyi.
"Pasti tidak ada. Kalau ada, sudah lama mereka menyerang langsung."
"Iya, di channel tim Xingxin juga kosong. Ini peta acak, mereka baru saja survei medan dari atas. Mustahil ada chemistry level dewa hanya dengan kontak mata."
"Benar, ini cuma gertak sambal untuk mengganggu konsentrasi Lun Hui."
"Lalu bagaimana selanjutnya?"
Para atlet profesional berdiskusi dengan kesimpulan serupa Wang Jiexi, tapi mentok di pertanyaan berikutnya.
Lalu apa?
Membuat Lun Hui sedikit ragu, terus? Apa Xingxin benar-benar akan menyerang sembarangan tanpa strategi?
Ini tidak ilmiah!
Peta acak, inilah kelebihan bagi penonton biasa. Karena mustahil menyusun strategi matang sebelum pertandingan, komando lapangan yang fleksibel pasti diperlukan. Maka melalui channel tim, penonton bisa memahami sepenuhnya tujuan taktis kedua tim.
Tapi sekarang, Xingxin sama sekali tidak memiliki persiapan. Ini benar-benar tidak masuk akal.
Sebenarnya mau bagaimana ini?
