Situasi Xing Xin genting!
Setelah melihat Sun Xiang menjalankan BOX-1 terhadap Su Mucheng, para atlet profesional langsung mencapai kesimpulan yang sangat bulat.
Peta acak memang membutuhkan banyak taktik adaptif sesuai kondisi lapangan, tapi untuk lawan yang sama, beberapa strategi besar masih bisa direncanakan sebelumnya.
Seperti niat Xing Xin menyerang Jiang Botao yang sempat terlihat sebelumnya, situasi saat ini memperlihatkan logika besar Lun Hui dalam menghadapi Xing Xin.
Pertama, menghadapi Ye Xiu: di babak sebelumnya Lun Hui bertiga lawan satu, tapi malah membiarkan Ye Xiu bertahan cukup lama. Jadi kali ini mereka tidak lagi berkonsentrasi penuh untuk menyelesaikan Ye Xiu dengan cepat.
Tang Rou, yang baru saja menyelesaikan arena pertandingan dengan 1 vs 3 dan membalikkan keadaan Xingxin melawan Lun Hui, memberikan pukulan cukup besar bagi semangat pasukan Lun Hui. Tapi saat pertandingan tim dimulai, Lun Hui menghadapi Tang Rou dan Han Yanrou-nya tanpa kesan seperti musuh bebuyutan yang saling membenci, hanya bersikap normal.
Terhadap Qiao Yifan, Zhou Zekai - core player Lun Hui - secara langsung membatasi pergerakan Yicunhui. Di satu sisi membatasi karakter Yicunhui, di sisi lain memberikan dukungan kuat untuk timnya, Zhou Zekai memaksimalkan ciri khas kelas karakter untuk melakukan operasional dua jalur.
Sementara taktik BOX-1 yang dijalankan Sun Xiang terhadap Su Mucheng lebih seperti strategi yang telah disepakati sejak persiapan. Logika pertempuran Lun Hui kali ini adalah menyeret Su Mucheng - ahli strategi ini - menjauhi pertandingan.
Tapi strategi Lun Hui tidak berhenti di situ. Masih ada satu orang Xingxin di lapangan saat ini.
An Wenyi, Healer Xingxin - Pastor Xiao Shou Bingliang - masih berdiri utuh di arena.
Pertempuran telah berkecamuk, tapi saat Yizhiyeqiu milik Sun Xiang dan Cruel Silence milik Wu Qi mulai menyerang Xiao Shou Bingliang-nya dan Muyu Chengfeng milik Su Mucheng, dia mulai merasakan sesuatu yang tidak beres.
Sebagai Healer yang selalu menjadi target utama serangan, saat dua karakter ini mendekat, dia segera mundur mencari perlindungan Su Mucheng.
Tapi segera dia menyadari: baik Sun Xiang maupun Wu Qi, kedua karakter ini sepertinya benar-benar hanya mengejar Muyu Chengfeng milik Su Mucheng.
Dia sedang melakukan healing di samping, sambil menggunakan kemampuan kontrol Pastor, tetapi kedua orang itu tetap waspada terhadap gangguannya, hanya fokus menatap Su Mucheng.
Jika bukan karena serangan dua arah dari dua orang ini, mana mungkin Su Mucheng bisa dikunci begitu mudah? Berkat bantuan Wu Qi, Sun Xiang akhirnya berhasil membangun BOX-1 terhadap Su Mucheng. Wu Qi kemudian langsung berlari untuk membantu Jiang Botao di sisi lain.
An Wenyi yang sejak tadi merasa ada yang tidak beres, kini jari-jarinya mulai terasa dingin.
Ia memahami strategi Lun Hui, dan di dalamnya terkandung sikap mereka terhadap dirinya.
Selama ini, karena dianggap sebagai kelemahan Xingxin, ia sering menjadi target serangan utama lawan dalam pertandingan tim. Xingxin pun telah melatih banyak pola permainan melalui situasi ini.
Tapi hari ini, di final yang akan menentukan pemilik gelar juara liga ini, An Wenyi tiba-tiba menyadari dirinya diabaikan...
An Wenyi yang selalu tenang dan rasional kali ini mengalami guncangan emosi. Ia menerima statusnya sebagai kelemahan tim. Ia mengakui tekniknya memang tidak memadai, bahkan di antara para Xingxin sekalipun.
Tapi sekarang, sikap Lun Hui bukan lagi menganggapnya sebagai kelemahan, melainkan mengabaikannya sepenuhnya. Saat karakter Sun Xiang dan Wu Qi mendesak maju, semua serangan ditujukan ke Su Mucheng, sama sekali tidak mempedulikannya. Kini Xiao Shou Bingliang-nya berdiri di sini, tanpa perlindungan apapun, tapi Lun Hui bahkan tidak berniat menyerangnya sedikitpun.
Sikap ini jelas menunjukkan: Keberadaannya tidak penting, Pastor ini sama sekali tidak berpengaruh pada hasil pertandingan.
Apakah ini bentuk meremehkan?
Atau... nilai dirinya memang hanya segitu?
Saat menjadi kelemahan, setidaknya masih bisa menjadi titik serangan lawan yang memancing, lalu menjadi pusat perangkap.
Tapi sekarang, di mata Lun Hui yang kuat, apakah dirinya benar-benar dianggap tidak ada?
Jari An Wenyi terasa dingin, hatinya pun ikut membeku. Dia tahu kekurangannya, sadar mungkin tak punya bakat alami. Tapi dia tak menyerah, terus berusaha keras. Bahkan saat menjadi kelemahan yang diketahui umum, dia tetap berkontribusi bagi tim dari posisi itu.
Ekspresi datarnya hanyalah bentuk rasionalitas, pengakuan jujur akan kemampuan diri. Dia tak pernah pasrah, terus berjuang agar tak lagi dianggap sebagai kelemahan.
“Contoh teks A-1.” Contoh teks A-2.
Namun kenyataannya sepertinya tidak seperti itu.
Di mata Lun Hui, tim terkuat nomor satu di Liga, dirinya bahkan tidak layak disebut kelemahan... Dia hanyalah sampah yang bisa diabaikan...
Tak ada yang bisa merasakan kekecewaan dalam hati An Wenyi saat ini.
Usaha kerasnya selama ini, apakah pada akhirnya jurang perbedaan tetap sedemikian jauh? Apakah semua kemajuan yang dikira sudah diraih hanyalah khayalannya sendiri? Pada kenyataannya, dirinya tetap yang paling tidak berdaya?
"Healer Xingxin ada yang tidak beres." Zhang Xinjie yang selalu mengamati setiap detail di arena kembali menjadi yang pertama menyadari hal ini.
Saat ini baik Fang Minghua dari Lun Hui maupun An Wenyi dari Xingxin, kedua healer sama-sama tidak mendapat gangguan. Tapi Xingxin tidak bisa mengalokasikan sumber daya untuk menekan healer lawan, sementara Lun Hui sengaja mengabaikan total healer Xingxin. Para atlet profesional semua cukup jelas melihat fakta ini.
"Dia sepertinya... bingung harus berbuat apa?" ujar Xiao Shiqin dari Thunderclap setelah mengamati gerakan Xiao Shou Bingliang.
“Selama ini dia selalu berjuang bertahan di bawah tekanan tinggi. Hari ini malah dikosongkan oleh Lun Hui, jadi dia jadi bingung ya?” Wang Jiexi dari Micro Grass mencoba menganalisis kondisi psikologis An Wenyi saat ini.
Mereka semua salah menebak perasaan An Wenyi saat ini. Karena para pemain level dewa seperti mereka tidak pernah mengalami perlakuan seperti An Wenyi - kelemahan, celah, anggota terbelakang - istilah-istilah itu tak pernah melekat pada mereka. Hanya orang-orang yang pernah mengalami pengabaian, perlakuan dingin, dan dianggap remeh seperti dirinya yang bisa merasakan kekesalan dalam hati An Wenyi.
Tang Hao dari Howling menyeringai dingin. Taktik pengosongan dari Lun Hui ini benar-benar membuatnya jengkel.
Kapten Blue Rain Yu Wenzhou menghela napas dan membuka pembicaraan: "Dia mengalami tekanan psikologis."
Tekanan psikologis?
Banyak orang saling pandang bingung. Memang wajar jika Xingxin punya kekurangan dalam teknik dan strategi, tapi soal ketahanan mental? Tim ini dari yang tua sampai muda, yang kuat sampai lemah, semuanya monster-level. Kapan pernah mereka menunjukkan masalah psikologis?
"Lun Hui memberikan serangan mematikan pada An Wenyi..." kata Yu Wenzhou.
"Maksudnya?" beberapa orang bertanya.
"Menyangkal total nilainya." jawab Yu Wenzhou.
Menyangkal total nilai An Wenyi?
Semua mata kembali ke arena. Pertarungan semakin sengit, posisi Xingxin semakin tidak menguntungkan. Performa healer mereka yang biasanya, kini tampak sangat payah - persis seperti "rekan setim pengganggu" dalam legenda.
“Memang ada masalah, itu hanya bisa masalah psikologis.” Banyak orang mengangguk berkata.
Level An Wenyi mungkin biasa saja, tapi dalam kondisi tanpa gangguan seperti ini, pertimbangannya, penguasaan presisi terhadap momen emas, ditambah karakter Xiao Shou Bingliang dengan intelligence tinggi dan critical rate tinggi, seharusnya bisa menjadi perisai terkuat Xingxin. Tapi sekarang, dia seperti kehilangan akal sepenuhnya, sama sekali tidak mengerti logika permainan yang seharusnya.
Masalah psikologis selalu menjadi masalah besar.
Terutama mereka yang kualitas psikologisnya terlihat kuat dan tak pernah bermasalah, begitu muncul masalah, akan semakin sulit dihadapi.
An Wenyi kurang percaya diri karena terlalu rasional. Dia secara logis menyadari kemampuannya belum memadai, sehingga tidak pantas percaya diri. Dia berhati-hati, perlahan membangun kepercayaan diri. Tapi di pertarungan final melawan Lun Hui ini, pengabaian mereka menghancurkan total kepercayaan diri yang susah payah dibangunnya, meluluhlantakkan semua antisipasi yang mulai tumbuh.
Dia sudah tidak tahu harus bagaimana melanjutkan. Dia butuh bantuan...
"Hey!"
Pesan muncul di channel Xingxin.
"Cepatkan healing!" Ye Xiu berbicara, sekedar mengingatkan An Wenyi untuk menanggapi ritme permainan.
"Jangan overthinking. Memang kau tidak menonjol." Siapa sangka setelah kalimat itu, Ye Xiu menambahkan: "Saat ini, di mata atlet profesional di luar arena, perkataan ini seperti tusukan dewa yang menyempurnakan strategi pengosongan Lun Hui.
"Si pemalas ini gila!"
"Ini namanya mengobati racun dengan racun?"
Semua orang berteriak dengan ekspresi takjub.
“Tapi…” sebuah titik balik muncul.
“Meskipun kau hanya rumput kering, jika diikat bersama kepiting besar, maka nilaimu sama seperti kepiting besar itu!”
Semua orang terkejut.
Ucapan ini sepertinya mengandung sedikit filosofi. Hanya saja perumpamaannya… juga agak terkesan menaikkan harga diri. Kepiting besar dalam perumpamaan itu jelas merujuk pada apa? Orang ini benar-benar tak tahu malu, apa dia mengerti arti kerendahan hati?
An Wenyi yang membaca kalimat ini pun terkejut.
Benar… meskipun dirinya compang-camping, di sekelilingnya ada rekan setim yang megah! Dengan memantulkan sedikit saja cahaya mereka, takkan sampai redup sampai diabaikan orang, bukan?
Teknikku memang tak sehealer kalian. Penguasaanku atas situasi global juga tak setua Fang Minghua dari tim kalian.
Tapi meski yang kulakukan hanya 10% dari kemampuan Fang Minghua, sesuatu yang kalian anggap remeh dan bisa diabaikan, mungkin Xingxin justru membutuhkan 10% itu?
Jangan ragu, jangan bimbang. Lakukan saja yang bisa dilakukan, sisanya serahkan pada rekan setim! Apa selama ini aku terlalu sering dijadikan sasaran empuk lawan, sampai mengira diri adalah anggota inti yang perlu difokuskan?
Sama sekali bukan demikian!
Diriku selalu yang terlemah di tim besar Xingxin, selalu seperti ini.
Untungnya, aku memiliki kelompok rekan setim yang sangat kuat.
