3,5 detik.
Dalam karir Sun Xiang terdapat ribuan momen 3,5 detik. Namun bahkan bertahun-tahun setelah pensiun, 3,5 detik di babak final Musim Kesepuluh Liga Glory ini tetap membekas sebagai trauma yang tak bisa dilupakannya.
Dalam hempasan ledakan Peluru Kendali Pengindera Panas, trio Lun Hui berhasil mengalahkan Muyu Chengfeng milik Su Mucheng. Bahkan Wu Lang milik Jiang Botao yang semula hanya punya sisa 11% HP berhasil selamat secara ajaib.
3 lawan 1.
Juara!
Asosiasi yang pilihan yang paling logis. Sun Xiang tidak merasa ada yang salah dengan pikiran ini di saat seperti ini, dia juga tidak merasa lengah, operasionalnya tetap aktif, menyesuaikan Yizhiyeqiu untuk stabil dalam gelombang kejut ledakan.
Lalu, dia melihat HP tim Wu Lang yang tersisa seutas itu tiba-tiba terhapus total.
Kemudian, dia melihat Jun Moxiao dash maju menyerang Yiqian Chuanyun, memukulnya sampai sama sekali tidak bisa melawan.
3,5 detik.
Saat itu, Sun Xiang tidak punya konsep waktu yang akurat di hatinya. Semua terjadi begitu tiba-tiba, kesadarannya sama sekali tak bisa mengikuti langkah serangan Jun Moxiao. Dengan panik dia berusaha menstabilkan Yizhiyeqiu, dalam asap perang dan cahaya ledakan yang mulai menghilang, buru-buru ingin menerobos ke depan untuk bantuan—tapi Yiqian Chuanyun sudah menubruknya.
Mayat.
Pemain terdepan Glory Zhou Zekai, Raja Senapan Yiqian Chuanyun, hanya dalam 3,5 detik telah menjadi mayat yang menubruknya.
Bertahun-tahun kemudian saat diwawancara, Sun Xiang masih tak bisa menjelaskan mood-nya di sepersekian detik itu dengan kata-kata. Tapi dia sangat paham: 3,5 detik ini belum menjadi momen paling mengerikan dalam karirnya.
Yang paling membuatnya terkejut dan takut, adalah 3 detik berikutnya setelah 3,5 detik itu.
Yizhiyeqiu berhasil menghindari mayat Yiqian Chuanyun, Sun Xiang masih belum sepenuhnya sadar dari keterkejutannya, Jun Moxiao, Jun Moxiao milik Ye Xiu, sudah merangsek di hadapannya.
Kesadaran?
Sun Xiang ingat dengan jelas, di momen itu kesadarannya sudah hilang. Semua operasional yang dilakukannya hanyalah reaksi bawah sadar seperti refleks.
Reaksi dan operasional tanpa pikir panjang seperti ini seharusnya yang tercepat. Tapi Sun Xiang juga ingat dengan jelas, di detik itu semuanya terasa lambat, terlalu lambat. Dibandingkan operasional Ye Xiu, dibandingkan gerakan Jun Moxiao, semua yang dilakukannya terlalu ketinggalan.
Cross step?
Mungkin! Sun Xiang sama sekali tak bisa memastikan. Yang terlihat olehnya hanyalah bayangan samar. Saat kesadarannya masih menganalisis gerakan Jun Moxiao, Jun Moxiao sudah memulai skill berikutnya.
Longya?
Status pendarahan? Efek ini hanya bisa dihasilkan Combo Thrust, apakah setelah Longya langsung disambung Combo Thrust?
Bulan Sabit Cahaya Bulan?
Dua luka? Apakah sudah disambung Full Moon Slash?
Serangan begitu cepat, pergantian skill begitu gesit. Tak bisa mengikuti ritme, tak sempat menghadapi. Sun Xiang tak pernah menyangka, dalam pertarungan murni operasional dan teknik seperti ini, dirinya bisa tak berdaya sama sekali, dihancurkan dengan mudah.
Tiga detik.
Dia juga tampak melakukan banyak operasional, tapi tak satu pun yang berhasil. Dia hanya melihat HP Yizhiyeqiu merosot secepat kilat, setelah terkena serangan meriam panas yang sudah menghabiskan lebih dari setengah HP, dalam sekejap sudah mencapai titik akhir.
Tiga detik.
Sun Xiang hanya memahami satu hal.
Dia tahu bagaimana Yiqian Chuanyun milik Zhou Zekai akhirnya terbunuh...
Bintang Jatuh!
Qianji San yang terjun bagai meteor, skill Exorcist ini adalah serangan pamungkas dari Jun Moxiao. Tanpa keraguan, tanpa ragu-ragu, Qianji San yang bagai meteor ini menghantam dada Yizhiyeqiu - karakter legendaris ciptaan Ye Xiu yang dijuluki Dewa Perang, tumbang.
Glory!
Kata besar berkedip.
Font yang sama persis dengan di arena game online, tapi kali ini dua huruf ini menyimbolkan mahkota kemenangan tertinggi.
Gelar juara liga.
Liga ke-10 Glory, juara liga Glory, Tim Xingxin!
Semua berakhir, semuanya selesai.
Siaran televisi menayangkan, komentator Pan Lin berteriak dengan suara serak menyampaikan hasil ini, sementara Li Yibo yang analisisnya lagi-lagi dipatahkan, kali ini jelas-jelas merasakan debaran di hatinya.
Pengendalian diri, harus dikendalikan! Pelatih Li berulang kali mengingatkan diri sendiri untuk mempertahankan citra rasional dan bijaksana yang selama ini melekat padanya. Namun Pan Lin di sampingnya yang terus menerus berteriak histeris, tampak seperti penggemar gila Xingxin, hampir saja menerjang dan memeluknya. Semangat dan antusiasme yang meluap ini akhirnya membuat Li Yibo juga tak bisa menahan diri. Seketika itu ia teringat kembali pada Musim ke-4 Glory, saat Dominant Hero mereka mengalahkan Jia Shi. Bukankah mereka saat itu, sama seperti Xingxin sekarang, sedang menantang dan mengalahkan sang raja yang tak terkalahkan?
"Sialan, keren abis!!" Li Yibo akhirnya ikut meledak. Kesopanan? Rasionalitas? Semua itu mana bisa menandingi kenikmatan dari sebuah kemenangan?
Kemenangan 6,5 detik, gelar juara liga yang ditentukan dalam 6,5 detik, ini benar-benar sebuah epik yang pertama dalam sejarah.
Menang!
Kita menang!
Saat kata-kata besar berkedip di layar, semua orang di area pemain Xingxin langsung melompat berdiri. Chen Guo seketika menangis, air matanya langsung muncrat mengenai wajah orang-orang di sekitarnya.
Tak ada yang menjijikkan. Saat ini, yang ingin menangis, mana cuma Chen Guo seorang?
Wei Chen di sampingnya panik tak karuan, sepertinya ingin melanggar aturan larangan merokok di area publik, namun pemantik api yang dinyalakannya nyaris membakar rambutnya sendiri. Berhasil, benar-benar berhasil. Setelah sekian tahun vakum, kembali ke lingkup profesional sebagai pemain tertua nomor satu di Liga, akhirnya benar-benar meraih gelar juara liga?
“Si pemalas ini！！”Puntung rokok yang bahkan tidak menyala sama sekali, diinjak-injak dengan kejam oleh Wei Chen sampai hancur.
“Sialan!” Fang Rui mengumpat, puntung rokok Wei Chen itu jatuh di pahanya. Tapi selain mengumpat, mana ada waktu memikirkan hal lain. Bahkan dirinya sendiri tak yakin apakah umpatan tadi ditujukan pada Wei Chen atau ekspresi kekaguman. Gelar juara liga, akhirnya dia raih! Dengan level All-Star beralih ke tim akar rumput Xingxin, mengubah identitas dari Thief Nomor Satu menjadi kelas Ahli Tenaga Dalam, Fang Rui melakukan hal-hal yang tak terbayangkan oleh banyak orang. Tapi dia berhasil, memanen gelar juara yang akan membuat semua atlet profesional tergila-gila.
“Hebat sekali!” Fang Rui memuji dengan penuh semangat, memuji dirinya sendiri maupun rekan setim. Di saat bersamaan, dia teringat mantan partnernya Lin Jingyan yang telah pensiun total dari arena pertandingan profesional setelah babak kedua playoff.
Lihatlah Lao Lin? Aku, juara liga!
“Bagus sekali, gelar juara ini luar biasa...” Luo Ji juga antusias. Meski kontribusinya tak banyak, sebagai bagian dari kekuatan keseluruhan Xingxin, dia bisa merasakan euforia bersama tim. Ingin sekali berbagi kegembiraan dengan seseorang, tapi Qiao Yifan dan An Wenyi yang biasanya dekat dengannya masih di kursi pertandingan. Wei Chen dan Fang Rui adalah para senior. Lalu? Luo Ji menoleh ke Mo Fan, tapi malah terkejut.
Ekspresi Mo Fan terdistorsi. Wajahnya seolah tak pernah bisa memasang ekspresi semangat yang menggugah, saat ini bahkan tak tahu saraf wajah mana yang harus digerakkan. Akhirnya terpancar raut yang lebih hancur dari apapun.
Luo Ji tersenyum, menangis atau tertawa - setiap orang punya cara masing-masing untuk mengekspresikan kegembiraan!
"Kami menang." Luo Ji berkata pada Mo Fan.
Tak mendapat jawaban, Mo Fan hanya menatapnya sambil mengangguk kuat.
Menang! Benar-benar menang, juara!
Di tribun tim tamu, di sekitar anggota inti guild yang dipimpin Wu Chen, semua orang tak bisa menahan sorak gembira. Antusiasme yang tak terucapkan. Tapi dibandingkan keseluruhan stadion, euforia ini terasa begitu tiba-tiba.
Lebih banyak serbuk Lun Hui saat ini merasakan kesepian. Sebagian masih memberi tepuk tangan untuk pemenang, tapi mayoritas diam-diam menelan kepahitan kekalahan.
Hanya selisih sedikit, mereka bisa bersukacita seperti di tribun tim tamu. Tapi 6,5 detik - segalanya berubah dalam waktu itu. Yang tersisa di arena adalah Jun Moxiao milik Ye Xiu, yang akhirnya menang adalah Xingxin.
"Bocah-bocah ini... benar-benar berhasil..."
Ada kekaguman, ada rasa haru.
Untuk gelar juara, tak ada yang lebih dinantikan daripada para atlet profesional. Tapi dari mereka, hanya segelintir yang bisa meraih kehormatan ini. Setiap peraih juara layak mereka iri... dan hormati.
Xingxin, sebuah tim baru.
Ye Xiu, seorang atlet profesional berusia lebih tua yang dianggap kuno di mata banyak orang.
Musim Kesepuluh, mereka berdiri tegak di puncak Glory.
Mereka adalah juara!
