"'Musim Kesepuluh, Juara Liga, Tim Xingxin!!'"
"Dalam pengumuman resmi di lokasi, piala juara liga yang menjadi simbol kekuatan keseluruhan dan milik seluruh tim, bertuliskan Musim Kesepuluh dan nama Xingxin, sedang diserahkan oleh Ketua Liga Feng Xianjun kepada Xingxin. Yang pertama mewakili Tim Xingxin menerima piala tersebut tentu saja kapten mereka, Ye Xiu!"
"Ini adalah piala juara keempatnya, namun sekaligus pertama kalinya ia menerima piala langsung dari tangan liga. Semua sudut pandang terpusat di momen ini, menyaksikan kelahiran kemenangan keempat sekaligus pertama kalinya ini."
"Piala."
"Piala berkilauan emas, simbol kejayaan tertinggi, akhirnya sepenuhnya berpindah ke tangan Xingxin."
Ye Xiu menerima dengan kedua tangan, namun tiba-tiba piala itu terlepas dari genggamannya.
"Ah!!"
Di tengah teriakan shock penonton, Su Mucheng dan Fang Rui di sebelah kiri-kanan Ye Xiu dengan cepat mengulurkan tangan menyangga piala. Kemudian satu per satu tangan lain ikut menyokong hingga piala benar-benar stabil. Pemain Xingxin tidak lagi berbaris di podium, melainkan membentuk lingkaran mengelilingi Ye Xiu.
"Bung, meskipun kau sudah bosan menang, jangan dibuang dong! Aku belum punya!" kata Fang Rui dengan wajah serius.
"Iya betul!" seru yang lain sambil mengangguk.
Ye Xiu tersenyum.
Tentu saja dia tidak bermaksud membuang piala. Tangannya sama sekali kehilangan tenaga, tidak mampu lagi memegang benda itu.
Untung ada rekan setim yang bisa diandalkan di sekitarnya.
Mereka mungkin sudah lama menyadari kondisi ini. Pada momen kritis itu, serentak mereka mengulurkan tangan membantu Ye Xiu mengangkat piala tinggi-tinggi.
Juara ini milik kita!
Di saat ini, meski bukan tuan rumah, mereka tetap mendapatkan tepuk tangan yang meriah. Setelah upacara penghargaan resmi berakhir, Chen Guo akhirnya naik ke panggung berkumpul dengan keluarga besar Xingxin. Entah menangis atau tertawa, itu sudah tidak penting lagi.
Ini adalah momen Xingxin, namun karena bukan di kandang sendiri, perayaan dilakukan secukupnya. Usai penghargaan, tim segera turun dari panggung menuju backstage.
Bahkan di Ronde Penentuan final kejuaraan, tingkat konferensi pers setelah pertandingan tetap sama.
Lun Hui segera muncul untuk mengikuti wawancara. Adegan epik dalam pertandingan ini terlalu banyak, namun baik pembukaan 1 vs 3 Zhou Zekai di arena pertandingan, comeback 1 vs 3 Tang Rou, maupun kinerja gemilang setiap pemain di pertandingan tim - semuanya terkubur oleh tusukan final Ye Xiu yang membunuh tiga lawan dalam 6.5 detik.
Itu adalah serangan final dengan tingkat kesulitan ekstrim, pukulan pamungkas yang mengunci kemenangan. Ketika ditanya kesan tentang pertandingan ini, Lun Hui tak bisa menghindari pembahasan tentang penampilan terakhir Ye Xiu.
"Dia adalah pemain yang agung." Begitu kata Kapten Lun Hui Zhou Zekai. Yang jarang bicara ini memberikan gelar "Agung" untuk Ye Xiu, didukung oleh angggota Lun Hui lainnya. Mereka kalah, tapi tanpa penyesalan - baik Ye Xiu maupun Xingxin telah melakukan terlalu banyak hal mustahil. Pengorbanan dan prestasi mereka layak dihargai.
"Kami menantikan kesempatan bertarung lagi dengan mereka!" Antisipasi Lun Hui ini merupakan bentuk pengakuan tertinggi terhadap lawan.
Setelah Lun Hui, giliran pemeran utama. Wartawan media telah menyiapkan segudang pertanyaan, namun ternyata di antara anggota Xingxin yang hadir di konferensi pers, tidak ada Ye Xiu.
Semua orang terbeku. Setelah memberi selamat atas kemenangan Xingxin, pertanyaan pertama dari semua hadirin adalah "Mengapa Ye Xiu tidak menghadiri konferensi pers?"
"Dia terlalu lelah, perlu istirahat." Su Mucheng menjawab pertanyaan wartawan. Percaya atau tidak, semua orang tak bisa berbuat apa-apa. Tanpa kehadiran Ye Xiu dalam konferensi pers Xingxin, seperti pertunjukan tanpa pemeran utama, tanpa tulang punggung, langsung terasa hambar.
Dalam berbagai laporan tentang kemenangan Xingxin setelahnya, tak ada satu pun wawancara eksklusif dengan Ye Xiu, bahkan sepatah katanya pun tak muncul. Bahkan permintaan wawancara dari Chang Xian, wartawan (Esports Home) yang punya hubungan baik dengan Xingxin, ditolak secara halus.
Pemenang utama tanpa wawancara eksklusif? Media baru di lingkup Glory merasa ini sangat aneh. Tapi para wartawan senior yang meliput Glory selama sepuluh tahun tiba-tiba merasa situasi ini membangkitkan nostalgia.
Laporan kemenangan tanpa sosok utama, bukankah ini persis seperti situasi tiga tahun Dinasti Jia Shi? Di masa itu, Ye Xiu tak hanya menolak wawancara, bahkan tak pernah menampakkan wajahnya sekalipun.
Si pemalas ini, apakah akan kembali ke masa lalunya?
Sejenak, semua orang mulai berspekulasi, sambil terus berusaha mewawancarai Ye Xiu. Tapi tak ada yang menyangka, adegan mengangkat piala juara Musim Kesepuluh Glory bersama rekan setim Xingxin, ternyata menjadi adegan terakhir yang Ye Xiu tinggalkan untuk Glory.
Hari keempat setelah final berakhir, Xingxin secara inisiatif menggelar konferensi pers. Semula semua mengira Ye Xiu akhirnya akan muncul menerima wawancara, namun yang hadir justru bos Xingxin Chen Guo dan Su Mucheng. Dalam acara tersebut, dengan identitas resmi klub, mereka mengumumkan keputusan Ye Xiu untuk pensiun.
Pensiun?
Ye Xiu mau pensiun?
Meski sebelumnya pernah terjadi sekali, meski usia Ye Xiu memang sudah terlihat jelas. Tapi catatan tak terkalahkan di Musim Kesepuluh, ledakan kekuatan 6,5 detik yang menghancurkan tiga ahli top dari Lun Hui di pertarungan final, membuat semua orang melupakan hal ini. Semua merasa dengan status dan level permainan Ye Xiu, bertarung sepuluh tahun lagi pun mungkin tak masalah!
Tapi, pensiun?
Keputusan yang begitu mendadak dan tegas ini, bahkan dirinya sendiri tidak muncul untuk berpamitan langsung pada semua orang, begitu saja pergi?
Mengapa?
Semua ingin tahu alasannya. Namun bos Xingxin Chen Guo terlihat enggan membahas lebih detail. Senyumnya terlihat dipaksakan, jelas-jelas kepergian Ye Xiu lebih menyakitkan baginya daripada siapapun. Dia sangat berharap Ye Xiu tidak mengambil keputusan ini.
Tapi...
"Sudah waktunya pulang ke rumah." Alasan yang Ye Xiu berikan saat mengambil keputusan. Dia tidak menyembunyikan rasa berat meninggalkan Glory, juga tidak melepaskan obsesi akan gelar juara. Hanya saja dia ingin semua tahu, ada tanggung jawab lain yang harus dipikulnya.
“Selamat datang kembali kapan saja.” Chen Guo tentu tidak ingin Ye Xiu pergi, tapi juga tidak bisa menghalanginya. Dia hanya berharap dan berharap, mungkin Ye Xiu akan mendapat pengakuan dari keluarganya, mungkin dia tidak perlu lagi melakukan pengorbanan sulit ini, melainkan bisa menanggung keduanya dengan baik.
Semoga begitu.
Dalam hati Chen Guo diam-diam terus berharap, setiap saat harapan itu tak pernah pudar.
"Pulang ke rumah." Begitulah jawaban yang dia berikan kepada para wartawan, ini alasan Ye Xiu pensiun sekaligus tujuan setelah kepergiannya. Meski jawaban ini membuat para wartawan bingung, Chen Guo tidak ingin menjelaskan lebih lanjut.
"Sedangkan Xingxin ke depannya akan dipimpin oleh Su Mucheng sebagai Kapten." Chen Guo menerima pilihan Ye Xiu, dia tidak murung apalagi membiarkan Xingxin menjadi lesu. Su Mucheng juga tidak menunjukkan kekhawatiran setelah keputusan pensiun Ye Xiu. Karena dia paham, ini keputusan matang Ye Xiu sendiri. Dia tidak akan menjadi faktor kekhawatiran bagi Ye Xiu, melainkan terus membantu sepenuh tenaga membersihkan beban yang masih mengganjal di hati Ye Xiu.
Maka dia tak lagi menjadi figuran pendukung. Dia akan mengambil alih semua yang pernah dikerjakan Ye Xiu, di masa depan menjadi pemeran utama Xingxin seperti Ye Xiu, hingga hari pensiunnya tiba.
"Tetap berhubungan, kutunggu masa pensiunmu." Ini perjanjian antara Ye Xiu dan Su Mucheng saat berpisah.
Berita pensiunnya Ye Xiu segera dilaporkan oleh media, memicu kontroversi besar di kalangan komunitas. Sama seperti sebelumnya, ia pergi diam-diam tanpa sepatah kata pun, membiarkan semua orang mengetahui kabar ini melalui pemberitaan media.
Rasa sesal, penyesalan, doa, kebingungan...
Segala emosi yang pernah dirasakan semua orang dua setengah tahun lalu. Namun kali ini perasaan menjadi lebih kompleks, karena selama dua setengah tahun terakhir, si pemalas ini telah membuat kehadirannya terasa mulai dari game online Glory, Tantangan Rookie, hingga liga profesional, mengacaukan segalanya.
Pada akhirnya, apakah ia akan pergi diam-diam lagi secara tiba-tiba seperti ini?
Apakah dia ingin bersembunyi di sudut tertentu lagi, lalu tiba-tiba muncul dan menghantam kami diam-diam?
Ada yang berkelakar menebak, yang langsung mendapat pengakuan tinggi dari semua orang. Setelah mengkritik keras tindakan hina Ye Xiu, masing-masing justru tercekam keheningan.
Pada akhirnya, yang bisa diberikan semua orang hanyalah doa.
Untuk lawan terkuat kami.
Untuk teman terbaik kami.
