Pensiun.
Setiap musim panas, topik ini selalu tak terhindarkan.
Lin Jingyan mengumumkan keputusan pensiunnya setelah Dominant Hero tersingkir; Sementara Ye Xiu memilih pergi diam-diam tepat setelah meraih gelar juara liga.
Setelah itu, beberapa pemain berusia lebih tua di Liga juga memilih untuk mengucapkan selamat tinggal. Namun dibandingkan Lin Jingyan dan Ye Xiu, reputasi mereka tidak terlalu mencolok, sehingga semuanya terasa lebih biasa saja.
Wei Chen adalah salah satunya. Namun kepergiannya sama sekali tidak meninggalkan kesan sedih, malah lebih mirip orang yang mengambil lima juta lalu menyelinap ke sudut untuk menghitung uang. Dia juga tidak benar-benar meninggalkan Xingxin, melainkan tetap di departemen guild Xingxin dan kembali membuat onar di game online.
"Lao Wu! Cepat bawa Tim Satu untuk bantuan, cepat!!" Departemen guild setiap hari bergema dengan teriakannya yang penuh semangat.
Perang di dunia game online memang tak pernah berhenti. Guild Xingxin yang sejak awal didirikan Ye Xiu sudah memiliki tingkat aggro tinggi, saat itu Ye Xiu menyatukan beberapa guild kecil-menengah dalam aliansi untuk menghadapi guild-guild besar tanpa dirugikan. Namun kini Xingxin sudah menjadi juara baru, secara instan berubah menjadi target semua orang. Posisi guild di game online tiba-tiba menjadi sangat sulit.
Kembalinya Wei Chen membuatnya super sibuk, setiap hari bertarung dengan semangat membara. Ketua guild tetap Wu Chen, tapi setiap hari disuruh-suruhnya. Namun seluruh anggota guild merasa hal ini wajar. Dengan identitas dan pengalaman Wei Chen, siapapun yang datang pasti akan memanggilnya Bos Wei. Wu Chen pun tidak terkecuali.
Ada yang pergi, tentu ada yang datang. Tiap tim profesional memiliki kamp pelatihan yang setiap tahunnya menyuplai darah segar. Tapi Xingxin saat ini belum memiliki sistem kader seperti itu. Kepergian Ye Xiu dan Wei Chen sekaligus membuat tim hanya bisa mengandalkan pasar transfer untuk menambah anggota.
Tugas ini diserahkan kepada Su Mucheng dan Fang Rui yang kini menjabat sebagai kapten dan wakil kapten Xingxin. Keduanya memiliki wewenang penuh dalam keputusan ini. Xingxin juga belum memiliki manajer khusus untuk urusan operasional.
Sistem seadanya ini mulai dirasa tidak layak oleh Chen Guo. Masalah finansial kini bukan hambatan besar bagi Xingxin. Sejak merebut gelar juara, berbagai merek berebut kerja sama. Bahkan Kota H menyiapkan serangkaian rencana dukungan khusus.
Seiring berkembangnya pengaruh Glory e-sport, Kota H yang dulu menjadi markas dinasti Jia Shi menjadikannya sebagai kartu nama kota. Sayangnya Jia Shi hancur dan dibangun ulang dari nol. Justru Xingxin yang meruntuhkan Jia Shi, setelah tujuh tahun kembali membawa piala juara Glory ke Kota H. Kini Jia Shi telah lolos Tantangan Rookie dan akan bersaing di Musim Kesebelas bersama Xingxin di arena profesional.
Pihak Kota H tidak keberatan tim mana yang akan meraih kehormatan. Harapan mereka adalah melihat kemakmuran dan vitalitas yang dibawa Glory e-sport ke kota. Xingxin saat ini adalah tim juara, tentu dukungan yang diberikan harus maksimal. Berbagai negosiasi urusan, ditambah merek-merek besar yang mendatangi untuk kerja sama, membuat Chen Guo pusing tujuh keliling.
Di satu sisi, dia memperluas skala Tim Xingxin dengan membentuk berbagai departemen dan merekrut personil khusus. Di sisi lain, untuk sementara dia harus menanggung semua tanggung jawab sendiri dengan beberapa orang. Tang Rou banyak membantu membagi bebannya. Luo Ji dan An Wenyi akhir-akhir ini sibuk di departemen teknis bersama Guan Rongfei mengutak-atik peralatan. Baozi dan Qiao Yifan bergabung dengan Wei Chen menjadi preman di game online. Sedangkan Mo Fan, fokus pada sistem pelatihan profesional yang akhirnya dimiliki Xingxin, mengasah kemampuannya tanpa henti.
Meski liburan, anggota Xingxin tidak bubar untuk beristirahat. Mereka tetap berkumpul seperti awal, setiap orang memberikan kontribusi semaksimal mungkin untuk mendukung Xingxin terus maju.
Di musim panas ini, Ye Xiu telah pergi.
Namun melihat kesibukan semua orang, terkadang Chen Guo merasa Ye Xiu belum pergi. Jejaknya ada di mana-mana: bayangannya, semangatnya yang tertanam. Jejak ini, Chen Guo benar-benar berharap takkan pernah pudar.
Xingxin akan terus melangkah, meski Ye Xiu tiada.
Tapi, jika saja dia bisa pergi sedikit lebih lama di musim panas ini.
Chen Guo menatap ke luar jendela. Spanduk raksasa telah berdiri selama dua hari, Glory LOGO berkilauan di bawah sinar matahari. Hanya dalam dua hari, kabar ini sudah tersebar luas, bahkan menjadi buah bibir di lingkup Glory.
Glory World Invitational.
Turnamen dunia Glory yang digagas bersama oleh Asosiasi Esports Dunia dan Perusahaan Game Glory, mengundang enam belas negara dengan liga profesional Glory. Segera setelah pengumuman, acara ini langsung dijuluki sebagai Piala Dunia-nya Glory. Tak diragukan lagi, ini akan menjadi prestasi tertinggi di dunia Glory.
Turnamen dijadwalkan pada 17 Juli hingga 6 Agustus di Zurich, Swiss. Enam belas negara yang diundang antara lain Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Swiss, Swedia, Norwegia, Denmark, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Prancis, Rusia, Kanada, Amerika Serikat, dan Australia. Semua negara telah mengonfirmasi keikutsertaan dengan menarik sementara pemain dari liga masing-masing untuk membentuk tim nasional.
Su Mucheng dan Fang Rui dari Xingxin telah menerima undangan ini. Mereka telah berangkat ke Kota B untuk mengikuti latihan tim nasional. Hingga saat ini, daftar akhir formasi tim nasional masih belum diumumkan. Bahkan dua pemain yang sudah dipastikan lolos seleksi ini pun belum mengetahui informasinya.
“Masih ada siapa lagi?” Diskusi dan voting tentang formasi tim di forum online berlangsung cukup semangat, tapi Fang Rui tetap menunjukkan sikap tak acuh selama ini. Tim ini jelas akan menjadi kumpulan elite pemain terbaik Liga. Meski belum diumumkan, hampir 90% bisa ditebak. Misalnya posisi Healer - meski setiap tim kuat punya Healer handal, Zhang Xinjie tetap pilihan pertama tanpa kontroversi.
Kebetulan, di lift menuju ruang rapat pusat pelatihan, mereka bertemu Zhang Xinjie.
“Sepertinya kita tidak akan terlambat.” Su Mucheng tersenyum ke arah Fang Rui.
Zhang Xinjie paham maksud kalimat itu. Ia hanya tersenyum tipis sebelum mengucapkan selamat pada kemenangan Xingxin.
“Kenapa sendirian?” Fang Rui mengernyit. Biasanya pemain satu tim seperti dia dan Su Mucheng yang mendapat undangan bersama akan berangkat serempak. Kok Dominant Hero cuma mengirim Zhang Xinjie? Jangan-jangan...
“Zhang Jiale sudah duluan ke sana.” Jawab Zhang Xinjie singkat.
“Oh, dia berhasil menghindar dari topik juara.” Fang Rui mengangguk, sarkasme spontannya sudah jadi bagian dari etika profesional. Hanya satu kalimat, tapi berhasil menusuk dua kunci: "keberuntungan" dan "gelar juara".
“Hanya kamu dan Zhang Jiale?” Su Mucheng menangkap poin lain dalam ucapan Zhang Xinjie.
“Kapten Han menolak undangan.” Suara Zhang Xinjie tetap datar.
“Kenapa?” Fang Rui spontan bertanya.
“Katanya staminanya terbatas, hanya ingin fokus ke Dominant Hero.” Jawabnya.
Fang Rui yang biasanya lancar mengucapkan omong kosong, kali ini tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Keheningan langsung menyelimuti ruang lift. Dedikasi Han Wenqing terhadap Dominant Hero benar-benar tak tergoyahkan selama sepuluh tahun. Meski Ye Xiu telah pergi diam-diam, ia tetap berjuang untuk Dominant Hero, bahkan rela mengorbankan kesempatan tampil di panggung yang lebih besar. Pengorbanan seperti ini patut diacungi jempol.
"Luar biasa." Fang Rui mengucapkan dengan berat. Zhang Xinjie mengangguk, tiga orang itu tidak mengatakan apa-apa lagi. Dalam keheningan, lift membawa mereka ke lantai tujuan, keluar, menuju ruang rapat.
"Kan sudah kubilang! Mana mungkin Zhang Xinji terlambat?"
Tiga orang yang masuk ruang rapat tepat waktu langsung mendengar Huang Shaotian berteriak sambil memukul meja. Tapi si pemalas ini segera menyadari kehadiran Su Mucheng dan Fang Rui.
"Wah, sang juara juga datang. Selamat ya!" Huang Shaotian terus berbicara, tapi hanya sedikit yang benar-benar menyimak ucapannya. Su Mucheng dan Fang Rui mengamati ruangan. Kedatangan mereka bersama Zhang Xinjie yang super tepat waktu menandakan semua peserta sudah berkumpul.
Yu Wenzhou dan Huang Shaotian dari Tim Blue Rain;
Zhou Zekai dan Sun Xiang dari Tim Lun Hui;
Wang Jiexi dari Tim Micro Grass;
Xiao Shiqin dari Tim Thunderclap;
Li Xuan dari Void, Chu Yunxiu dari Misty Rain, Tang Hao dari Howling, Zhang Xinjie dan Zhang Jiale dari Dominant Hero, ditambah dua orang Xingxin.
"Tiga belas orang, itu adalah jumlah anggota tim yang dipersyaratkan oleh sistem kompetisi. Yang hadir saat ini jelas merupakan formasi tim nasional."
"Han Wenqing tidak datang benar-benar sebuah kejutan."
Su Mucheng duduk, Chu Yunxiu yang sudah berpindah ke sampingnya segera membahas hal ini bersamanya.
"Hmm..." Su Mucheng mengangguk, melihat para hadirin. Han Wenqing memang pantas dianggap sebagai kejutan terbesar. Selain itu, meski masih ada pemain-pemain hebat seperti Jiang Botao, Xu Bin, Yang Cong, Tian Sen dll yang tidak terpilih, namun slot tim terbatas. Seleksi pemain tidak sepenuhnya berdasarkan kekuatan murni. Alasan pasti mengapa mereka tersaring keluar tidak diketahui. Namun jika mereka dimasukkan dan menggantikan beberapa anggota, tidak akan terlihat tidak meyakinkan. Hanya penolakan aktif Han Wenqing yang benar-benar di luar dugaan.
"Menurutmu... Kalau Han Wenqing datang, siapa yang akan diganti?" Chu Yunxiu ingin membahas lebih dalam. Ini lebih tepat disebut sebagai: Siapa yang beruntung mendapat kesempatan terakhir karena penolakan Han Wenqing?
"Sulit ditebak," kata Su Mucheng.
"Batuk-batuk." Li Xuan di sebelah Chu Yunxiu membersihkan tenggorokannya, "Jangan spekulasi, tidak harmonis!"
"Ngapain menguping pembicaraan kami! Kayaknya kamu tuh yang diganti ya?" Chu Yunxiu kesal.
"Iya saya, jangan dibahas lagi ya Kak?" Ekspresi Li Xuan penuh pertimbangan untuk menjaga keutuhan tim.
Chu Yunxiu tidak bicara lagi, tapi pandangannya masih terus berputar-putar, tampaknya masih penasaran dengan masalah ini. Namun Yu Wenzhou tiba-tiba berdiri, pandangan semua orang otomatis terpusat padanya, lalu dengan natural ia mulai berbicara.
"Hmm, karena Kapten Han menolak undangan, dan Kapten Wang juga menolak menjadi ketua, akhirnya pihak penyelenggara ingin menunjuk saya sebagai kapten. Tentu saja pendapat kalian semua sangat penting. Ada keberatan?" Yu Wenzhou tersenyum. Hal yang mungkin memalukan bagi banyak orang justru diucapkannya dengan sangat natural, lalu ia menunggu reaksi semua orang dengan tenang.
"Tidak ada keberatan!" Huang Shao Tian berteriak keras, memberikan dukungan penuh untuk kaptennya. Yang lain jelas tidak keberatan atau acuh, mereka semua melambaikan tangan: "Kamu saja, kamu saja."
"Baik, terima kasih atas dukungannya." Yu Wenzhou tersenyum, lalu duduk kembali.
"Jadi rapat ini akan kamu pimpin? Mau bahas apa?" Xiao Shiqin bingung. Mereka semua sudah berkumpul tapi tidak ada petugas resmi yang muncul. Para peserta saling mengenal, rapat jadi obrolan santai pun tidak masalah.
"Bukan, sebagai kapten sebenarnya tidak perlu mengurus banyak hal. Atasan bilang akan menunjuk seorang pelatih tim yang bertanggung jawab penuh." Jawab Yu Wenzhou.
"Pelatih tim?" Kerumunan orang saling pandang bingung. Sebelum datang tidak ada kabar tentang pengaturan ini.
"Jangan-jangan mau menunjuk orang awam untuk mengatur-ngatur?" Wang Jiexi mengerutkan kening. Kali ini adalah pertandingan internasional, tim nasional yang dibentuk, jadi yang bertanggung jawab sudah bukan Liga Profesional lagi, melainkan langsung di bawah Badan Olahraga Nasional. Sangat mungkin mereka mengirim orang yang tidak paham Glory untuk memimpin. Jika benar seperti itu, lalu diberi kewenangan "bertanggung jawab penuh" akan sangat mengerikan.
"Katanya orang dalam." Kata Yu Wenzhou.
"Ahli? Di lingkaran ini masih ada orang yang lebih ahli dari kita yang duduk di sini? Siapa yang punya kualifikasi dan kemampuan untuk 'bertanggung jawab penuh' atas pertandingan Glory kita?" Tang Hao bersuara keras, menekankan frasa "bertanggung jawab penuh". Sesuai karakter sombongnya, tapi hari ini semua orang justru merasa sepakat. Banyak yang dalam hati mengangguk, betul juga, di meja ini mana ada lagi ahli yang layak mengatur mereka?
Hmm?
Hmm?
Tunggu...
Tiba-tiba setengah ruangan berubah ekspresi. Separuh lainnya tetap tenang, tapi saat merenungkan pertanyaan ini, sebuah nama tiba-tiba muncul begitu natural di benak mereka.
"Tidak mungkin!" seseorang spontan berteriak. Dua pertiga pandangan di ruangan tertuju ke Su Mucheng.
Su Mucheng tersenyum tanpa bicara. Saat itu juga pintu ruang rapat terbuka.
"Halo semuanya."
Seseorang masuk dengan raut wajah enggan dan langkah kaki berat.
“Aku datang.” Dia terus berbicara sambil berjalan ke konsol operasi proyektor multimedia di sisi lain, mengoperasikannya dengan lesu dan asal-asal. Rekaman video mulai diputar di layar proyektor.
“Langsung ke inti saja. Sekarang kita akan mempelajari lawan kali ini.” Begitu kata-katanya sambil mulai menjelaskan rekaman proyeksi yang putih menyilaukan sampai-sampai tak bisa dilihat jelas.
Di ruang rapat, selain suaranya dan dentuman pertarungan Glory dari rekaman proyektor, hanya ada kesunyian mencekam yang bertahan selama lima menit penuh. Akhirnya...
“Sial, siapa lo? Ngapain lo ke sini?” Zhang Jiale pertama kali melompat berdiri.
“Bukannya sudah sepakat untuk pensiun?” Zhang Xinjie menyesuaikan kacamatanya.
“Iya, kok bisa cepat kembali main lagi? Nggak ada habisnya!” Xiao Shiqin menyambar.
“Bisa nggak sih lebih bisa diandalkan?” Huang Shaotian menyelutuk.
Bahkan Zhou Zekai yang biasanya pendiam tak kuasa menambahkan dua kata: “Betul.”
“Diam semua!” Wajah Ye Xiu muram, langsung memotong celoteh orang-orang sebelum sempat berteriak lebih kencang.
“Kira aku mau datang? Dipaksa semua ini.” Ye Xiu bergumam.
“Siapa yang maksa? Siapa, maju ke depan!” Huang Shaotian hampir saja melompat ke atas meja.
“Bapakku.” Ye Xiu menjawab dengan muka masam.
“Hah?” Jawaban itu benar-benar tak terduga. Semua orang tampak bingung, ruangan langsung hening.
Di saat seperti ini, Wang Jiexi lah yang lebih tenang dan dewasa: “Maksudmu, setelah pensiun pulang ke rumah, malah diusir ayahmu jadi pelatih tim ini?”
"Ya." Ye Xiu berkata, "Direktur Administrasi Olahraga langsung menelepon ayahku, bilang ingin aku membawa harum nama bangsa. Empat kata 'membawa harum nama bangsa' ini benar-benar mengenai titik vital ayahku. Bahkan seprai tempat tidurku belum sempat kuraih, aku sudah terlempar keluar rumah."
Semua orang terkejut, situasi apa ini?
"Sudah, cukup omongan kosong! Ini rekaman pertandingan pemain dari berbagai negara yang kukumpulkan beberapa hari terakhir. Kalian para Shen sendiri salin dan analisis. Bertandinglah dengan baik, jangan mempermalukan diri. Aku tidak bawa kartu akun jadi tidak bisa menggantikan kalian."
"Kau masih bisa turun ke lapangan?" Kali ini Sun Xiang cukup jeli menangkap kemungkinan dalam perkataan Ye Xiu.
"Dalam format pertandingan, jumlah anggota tim nasional dibatasi 13 orang, tapi diperbolehkan membawa satu pemain cadangan untuk mengganti formasi jika diperlukan." Yu Wenzhou yang ditunjuk sebagai kapten sebelumnya jelas telah mempelajari format pertandingan dengan teliti.
"Apa yang dimaksud 'jika diperlukan'?" Semua orang bertanya serempak.
"Kecelakaan yang membuat tidak bisa bertanding normal, dll. Secara spesifik akan ditentukan oleh panitia turnamen saat itu." Jawab Yu Wenzhou.
"Haruskah kita mengantisipasi terjadinya kecelakaan?" Mereka saling pandang bingung. Soal kekuatan Ye Xiu, siapa yang berani meragukan?
"Lebih baik tidak." Kata Ye Xiu.
"Tentu tidak! Jangan berharap!" Teriak mereka dengan semangat membara, mulai bergegas ke konsol operasional untuk menyalin materi analisis. Kemudian mereka pergi, sama sekali tidak menunjukkan kerinduan pada Ye Xiu - termasuk Fang Rui yang pernah jadi rekan setimnya di Xingxin. Tak lama, ruang rapat hanya tersisa Ye Xiu dan Su Mucheng.
“Kau bilang ini menyebalkan tidak?” Ye Xiu berkata dengan pasrah pada Su Mucheng.
“Benarkah?” Su Mucheng tersenyum.
Ye Xiu diam.
Bertahun lalu, demi bermain game dan Glory, dia rela kabur dari rumah.
Kini, saat dia berniat meninggalkan Glory untuk memperbaiki kekanak-kanakan masa lalu, malah diusir keluar rumah agar tetap bermain Glory.
Perubahan dan ironi ini membuatnya tak tahu harus tertawa atau menangis. Tapi dia yakin, kali ini sang ayah serius. Karena membawa kejayaan bagi negara - alasan yang 100% bisa meyakinkannya. Glory e-sport akhirnya berkembang sampai level yang diakui keluarga...
Di layar proyektor, rekaman pertandingan menampilkan kekuatan dan teknik ahli luar negeri yang belum pernah dijumpai. Tapi efek suara serangan dan cahaya skill tetap terasa familiar.
Ye Xiu memandangnya dalam diam. Inilah yang telah ia tekuni selama belasan tahun tanpa pernah berubah tujuan.
Glory!
Kata besar berkilau di layar seolah hendak menerobos keluar.
“Lanjutkan?” Su Mucheng bertanya lembut.
“Tentu saja.” Ye Xiu berdiri sambil tersenyum, “Aku ini atlet profesional, lupa?”
