Saat ini, Gao Leihua benar-benar frustrasi! Dalam kondisi lemah, melempar batu kecil pun nyaris tak ada tenaga.
Arahnya tepat, hampir semua batu menghantam kelapa. Tapi lemparannya terlalu lembek, pondasi dasarnya tak mampu menjatuhkannya!
"Aku XXOO!" Gao Leihua yang marah mendekati pohon kelapa, menendangnya sekuat tenaga!
Dug dug dug! Buah kelapa berhamburan seperti hujan.
Seketika Gao Leihua terpana, buat apa tadi jadi idiot melempar batu setengah hari?!
Toh tujuannya sudah tercapai. Gao Leihua tak ambil pusing, dengan lahap menggendong kelapa dan menghujamkannya pakai pisau komando!
Rasa kelapa itu manis segar, memuaskan Gao Leihua sampai ke ubun-ubun.
Hati manusia memang hal yang aneh! Kadang seperti jurang tak berdasar yang tak pernah memuaskan, tapi di saat lain bisa terpuaskan oleh urusan sepele. Mengunyah kelapa yang segar ini memberi Gao Leihua kepuasan tak terduga! Pantas ada yang bilang "Petani, Mata Air Gunung, sepetak sawah" saja sudah cukup bahagia!
Setelah susah payah menghabiskan dua kelapa hingga tinggal kulit tipis, Gao Leihua merasa seperti Popeye yang habis makan bayam - seluruh tubuhnya dipenuhi tenaga! Dengan energi baru ini, dia tak mau menyia-nyiakan sisa kelapa. Ingat pesan Kakek Mao: "Membuang itu memalukan". Eh, tunggu, mungkin bukan Kakek Mao yang bilang? Ah, sudahlah. Siapa pun yang mengatakannya, prinsipnya tetap sama.
Dengan semangat anti pemborosan, Gao Leihua memungut sisa-sisa kelapa dan merantainya dengan rotan. Kini dia benar-benar merasakan prinsip "kelapa ada, orang ada; kelapa hancur, orang binasa"!
Setelah makan dan beristirahat, Gao Leihua mengikatkan rangkaian kelapa di pinggangnya. Ya, sumber air untuk hari-hari mendatang bergantung pada rangkaian kelapa ini!
Menggenggam dua pisau panjang dari tulang rusuk di tangannya, Gao Leihua memulai ekspedisi penjelajahan pulau terpencil.
Menyibak semak-semak yang tumbuh lebat, Gao Leihua melangkah maju dengan langkah tegas. Targetnya adalah gundukan tanah kecil tak jauh di depan, sementara dua tombak tulang di tangannya sementara digunakan sebagai kapak pembuka jalan. Sinar senja mulai muncul di balik lapisan awan, ide Gao Leihua adalah mencari lokasi untuk menampung diri mereka sendiri terlebih dahulu - hantu saja yang tahu ada barang apa di tempat ini. Berharap ada gua alami atau semacamnya di pulau ini.
Setelah melewati semak-semak, terbentang hamparan rerumputan. Saat itu juga, Gao Leihua terkejut bukan main oleh pemandangan megah yang terlihat!
Di hadapan Gao Leihua, rerumputan dipenuhi oleh kumpulan makhluk hidup hijau sebesar kepalan tangan. Kaki mereka sangat kecil, seluruh tubuhnya terlihat seperti bola dengan empat kaki mungil yang nyaris tak terlihat. Sekilas tampak imut, namun ketika ribuan makhluk seperti ini berkumpul dalam jumlah tak terbatas, rasanya mulai membuat mual! Seperti seekor semut tidak menjijikkan, tapi bagaimana jika seluruh area dipenuhi?
Makhluk-makhluk kecil ini melihat Gao Leihua namun tidak menghiraukannya. Mereka terus bergerak-gerak lambat sambil berseru: "Slime~ Slime~"
"Sial! Urusan receh seperti ini malah terjadi!" Gao Leihua merasa sangat frustrasi! Seluruh wilayah ini dipenuhi oleh para bajingan kecil, membuatnya tak bisa melangkah! Sekarang ia benar-benar merasakan pepatah 'harimau di tanah datar dihina anjing', tampaknya harus mencari jalan lain. Gao Leihua bergumam dalam hati.
"Guk! Guk!" Datang saat disebut, baru saja membicarakan anjing, anjingnya pun muncul!
Seekor anjing raksasa muncul diam-diam dari balik gundukan tanah, lalu menerjang ke tengah kumpulan Slime!
Pupil iris Gao Leihua menyempit seketika, seluruh tubuhnya gemetar, sarafnya langsung tegang maksimal!
Karena, Gao Leihua berani memastikan, seumur hidupnya belum pernah melihat anjing seperti ini!
Mungkin, dia pernah mendengarnya. Makhluk legendaris dari novel Barat—Anjing Berkepala Tiga Neraka Cerberus!
Anjing raksasa berkepala tiga di hadapannya, dengan tiga pasang mata merah darah, postur setinggi 3 meter! Ditambah gigi putih pucat tanpa perlu pasta gigi Gao Lu Jie, membuktikan satu hal—dia bukan sembarang lawan!
Cerberus menggunakan kepala tengah berwarna emas untuk melirik Gao Leihua dan menatapnya dengan tatapan tajam, sementara dua kepala di sampingnya mulai menunduk menyantap Slime di tanah!
“Slime~ Slime~” Begitu melihat Anjing Berkepala Tiga, para Slime langsung kabur pontang-panting ke belakang!
Cerberus menyantap mangsanya dengan santai, seberapa jauh kaki kecil yang menyedihkan dari Slime bisa lari?
Kepala tengah Cerberus masih menatap tajam Gao Leihua, sementara dua kepala di samping terus melahap dengan gila-gilaan!
Ini tidak bisa dibiarkan! Meski anjing besar ini masih sibuk melahap Slime, siapa tahu dia tiba-tiba mengganti menu dan menyambarku! Gao Leihua menggenggam erat dua pisau panjang tulang rusuk di tangannya, mengencangkan seluruh tubuhnya!
Tepat! Setelah melahap banyak Slime, Cerberus anjing berkepala tiga mengangkat kepala dan menatap Gao Lei Hua. Air liur yang menetes dari tiga mulutnya jelas menunjukkan keinginannya untuk mengganti menu! Sudah bosan makan Slime setiap hari, sementara makhluk lain di pulau ini sulit dimangsa—semua monster yang bertahan hidup di sini adalah makhluk legendaris tingkat dewa. Bahkan Cerberus pun tak berani sembarangan mengusik mereka. Maka, saat melihat Gao Lei Hua yang lezat ini, betapa girangnya sang anjing neraka!
Hampir secara refleks! Saat Cerberus menatapnya, Gao Lei Hua mengerahkan seluruh tenaga untuk melemparkan pisau panjang tulang rusuk di tangan kanannya ke arah monster itu! "Serang lebih dulu", prinsip kuno ini terpatri dalam di benaknya bagai stempel besi.
Gao Lei Hua masih percaya diri dengan jurusnya. Meski stamina tubuhnya belum pulih, ketajaman maut pisau tulang rusuk itu bisa menutupi kelemahan fisiknya!
Namun kemudian, sebuah hal di luar akal sehat terjadi!
Kepala hijau di sebelah kiri Cerberus memperlihatkan tatapan merendahkan, ya, benar-benar merendahkan!
Kemudian, kepala hijau itu membuka mulutnya. Dari rahang serigala bertaring menyeringai itu menyemburkan gumpalan angin yang terlihat mata telanjang. Aliran udara berputar cepat ini setelah meninggalkan mulutnya membentuk bilah bulan sabit yang langsung menghilang setelah berkilat!
Dengan suara "Brak!", Gao Lei Hua menyaksikan pisau rusuk yang dilemparkannya terhenti di angkasa, lalu ditembak jatuh ke samping. Terpental oleh pisau angin itu ke tanah, berguling hingga berada di hadapannya. Bekas goresan dalam menghiasi pisau itu, seolah bertarung dengan pedang tentara terkeras. Gao Lei Hua sangat paham kualitas pisau rusuk ini. Ia tahu pasti, bahkan jika belati militernya sendiri menghantam dengan keras, efeknya hanya akan seperti ini!
Yang lebih menakutkan bukan hanya ini saja.
Bilah udara berputar internal itu masih menyisakan momentum, hanya selisih tipis dari pipi kanan Gao Leihua saat memantulkan tulang rusuk panjang, lalu serangkaian suara bergema dari belakangnya!
Hanya menyentuh wajah Gao Leihua, namun berhasil membuat luka panjang di pipinya...
