Brak! Saat pendekar itu masih melayang di angkasa, tubuhnya justru sudah terbang mundur!
Seketika, beberapa pendekar yang hadir langsung tersadar. Karena pendekar yang sedang mempertunjukkan "manusia terbang di udara" plus "dewi langit menghamburkan bunga darah" ini adalah pejuang Perak tingkat empat! Di era di mana pejuang tingkat kesucian saja bisa dihitung jari, sosok Perak tingkat empat sudah menjadi ambang batas maksimal yang bisa dicapai orang biasa!
Usai pertunjukan manusia terbang plus bunga darah sang pendekar, Gao Leihua dengan wajah berlumuran darah muncul di belakang Jingxin sambil menggenggam pisau dapur. Dengan sengaja ia menggeram kasar: "Siapa berani menyentuh Nona kami!"
Melihat pisau dapur di tangan Gao Leihua, noda darah yang belum sempat diusap di wajahnya, serta darah segar yang masih menetes di celemek, beberapa pendekar itu tak bisa menahan diri dari menggigil kedinginan.
Gao Leihua memandangi para pendekar ini dengan tatapan jahat, dalam hatinya menyesali keputusan awal melepaskan bajingan-bajingan ini. Ternyata membebaskan mereka bukanlah ide yang bagus. Tapi sepertinya belum terlambat untuk menghabisi mereka sekarang!
Senyuman jahat mengembang di sudut bibir Gao Leihua, sementara kilat samar yang hampir tak terlihat melingkari tangannya. Meski hanya sehelai, kilat ini cukup untuk mengajak para pendekar ini berdiskusi tentang kehidupan bersama Dewa Cahaya!
……
Di dalam istana Kekaisaran Cahaya.
Seorang pria tampan duduk di kursi sambil menyesap anggur merah perlahan. Di pangkuannya, seorang gadis genit sedang bergumul mesra.
"Yang Mulia, baru saja mendapat kabar, Pangeran Ketiga Ivan mengalami luka parah." Seorang pria berbaju hitam muncul dan melapor dengan suara pelan.
"Si bodoh Ivan memang tolol, tapi anjing-anjing bawahannya masih punya kemampuan. Siapa yang berani melukai orang suruhanku?" Suara mengerikan pria itu bergema.
"Tidak terlalu jelas, orang kami berada terlalu jauh. Ketika tiba di lokasi, sudah menemukan Pangeran Ketiga pingsan, dan 13 dari 24 pendekar bawahannya telah mati." Pria berbaju hitam mengangguk, "Jika perkiraan kami benar, orang yang melukai Pangeran Ivan setidaknya memiliki kekuatan puncak tingkat enam, bahkan mungkin - tingkat suci!"
"Tingkat Suci." Pria itu menatap ke atas sambil menghela napas pelan. Sosok tingkat suci selamanya merupakan keberadaan puncak benua! Tingkat tujuh suci, eksistensi tertinggi dalam piramida benua! Bahkan terhadap raja suatu negara, mereka harus melepaskan martabatnya! Di seluruh benua, jumlah orang tingkat tujuh suci tidak melebihi satu tangan!
"Menurutmu siapa di antara mereka yang melakukannya?" tanya pria tersebut.
"Bawahan pergi ke TKP secara pribadi." pria berbaju hitam berkata: "Aku melihat jejak sihir petir. Alasan menyebutnya tingkat tujuh karena jejak sihir petir ini mustahil dibuat oleh level enam. Dari delapan penguasa tingkat suci, lima adalah pendekar pedang suci, tiga lainnya masing-masing ahli es, api, dan petir! Jadi kemungkinan besar ini adalah Saint Magister Petir Solopard."
"Saint Magister Petir Solopard ya." pria itu menghela napas ringan: "Seharusnya bukan dia. Pangeran Ivan juga mengenal Saint Magister Petir Solopard. Sebodoh-bodohnya Ivan, tak mungkin dia berani mengusik Saint Magister Petir Solopard."
"Saya juga tidak bisa memastikan apakah itu Saint Magister Petir Solopard." pria berbaju hitam melanjutkan: "Tapi setidaknya orang ini tidak boleh kita biarkan berpihak ke Kekaisaran lawan! Meski bukan tingkat suci, kekuatan puncak level enam tetaplah target yang harus kita rangkul."
“Benar.” Pria itu mengangkat gelas anggur dan menyesapnya perlahan: “Perintahkan bawahanku untuk menyelidiki kabar tentang penguasa kuat ini secara diam-diam.”
“Saya sudah memerintahkan anak buah untuk melaksanakannya.” Pria berbaju hitam tersenyum tipis: “Sekarang ada kabar lain, beberapa anak buah Pangeran Yiwan sedang menggotongnya menuju rumah Nona Jingxin.”
“Apa?! Bajingan sialan, bukankah sudah kuperingatkan untuk tidak menginjakkan kaki di rumah Keluarga Jingxin?!” Mendengar kabar ini, pria itu tiba-tiba berdiri dengan kasar: “Siapkan kereta kuda, ke rumah Jingxin! Jika bajingan itu berani berbuat sesuatu, akan kuyakinkan hidup-hidup tubuhnya!”
“Menurut perintah Yang Mulia, kereta kuda sudah siap di pintu masuk menunggu.” Pria berbaju hitam tersenyum kecil: “Tapi Yang Mulia sebaiknya tetap tenang.”
“Huu.” Mendengar perkataannya, pria itu mulai mereda amarahnya: “Suo Lun, kau selalu memahami maksudku dengan sempurna.”
“Merupakan kehormatan untuk melayani Yang Mulia.” Pria berbaju hitam mengangguk dengan senyuman……
……
Saat ini, beberapa pendekar itu memandang Gao Leihua lalu menoleh ke arah pangeran di belakang mereka.
“Apakah Nona Jingxin benar-benar menetapkan tekad untuk tidak memberikan terapi kepada Yang Mulia?” Komandan Pasukan Pendekar berkata keras.
Jingxin tidak menjawab, bahkan tidak menunjukkan sedikitpun reaksi, hanya terus berjalan masuk ke dalam rumah.
“Kalau begitu jangan salahkan kami berlaku kasar!” Komandan Pasukan Pendekar mengaum, sementara beberapa pendekar di belakangnya secara serempak mengayunkan pedang panjang mereka ke arah Gao Leihua.
Gao Leihua tersenyum dingin, matinya memancarkan kilatan merendahkan. Bersamaan itu, golok dapur di tangannya mulai berputar! Cukup satu detik baginya untuk mengirim para pendekar ini berdiskusi filsafat hidup bersama Dewa Cahaya!
Namun tiba-tiba, sosok manusia menyapu masuk melalui pintu. Begitu tiba, dia langsung meneriakkan: “Berhenti! Hentikan semua serangan!”
Tamu baru ini ternyata cukup berpengaruh. Teriakannya membuat para pendekar itu mematung menghentikan pedang mereka dan menatapnya.
Mereka berhenti karena mengenali tamu tersebut, tapi Gao Leihua sama sekali tidak kenal!
Pisau dapur Gao Leihua berani maju ke depan, lalu di bawah pandangan termangu para pendekar, menyapu tajam ke arah Komandan Pasukan Pendekar!
Persis ketika komandan pendekar ini hendak mati terhina di bawah pisau dapur Gao Leihua, siluet hitam tiba-tiba meluncur masuk dari luar pintu, lalu dengan gesit menyelusup di antara Gao Leihua dan sang komandan. Belati pendek di tangan pria berbaju hitam itu menahan serangan pisau dapur Gao Leihua.
Dang! Pisau dapur dan belati mengeluarkan dentuman benturan yang berat. Gao Leihua mundur selangkah kecil.
Sementara pria berbaju hitam yang terlihat sangat keren X itu langsung terbelah terbang oleh sabetan pisau Gao Leihua, disusul kilatan cahaya yang mengubahnya menjadi "manusia terbang di udara" plus "dewi langit menyemburkan bunga darah". Darah segar menyembur deras dari mulutnya bagai tak perlu bayar.
Pria berbaju hitam ini tak lain adalah sosok yang sejak tadi berdiri di samping pria misterius dari istana.
Sedangkan yang tiba-tiba masuk itu tentu saja pria mengerikan dari dalam istana tersebut.
Gao Leihua dengan enggan menyimpan pisau dapurnya. Tampaknya keinginannya untuk membunuh para 'sampah' ini harus ditunda sementara. Andai saja tadi dia menggunakan kekuatan penuh! Gao Leihua yakin, jika menggunakan seluruh tenaga, setelah menebas pria berbaju hitam penghalang ini, pasti bisa langsung memancung Komandan Regu Pendekar itu dengan goloknya!
Komandan regu pendekar yang nyaris kehilangan nyawa itu diam-diam mengusap keringat dingin. Seluruh regu kemudian berdiri rapi di samping sambil memandang pria yang baru masuk dengan tatapan takut: "Yang Mulia Sang Pangeran..."
