Setelah menjatahkan daging ayam untuk anak-anak, Gao Leihua akhirnya menempatkan mangkuk besar berisi sup ayam tonik sepuluh keutuhan di depan Jing Xin. Ia bahkan menggunakan mangkuk super besar karena khawatir porsinya kurang.
Memandang mangkuk yang lebih besar dari wajahnya sendiri, Jing Xin langsung merasakan ketidakberdayaan. Meski aroma sup ini sangat menggugah selera, namun ukuran mangkuknya agak berlebihan.
“Ayo, Jingxin, ini sup sepuluh tonik! Minum ini, aku yakin ASI-mu akan semakin lancar!” kata Gao Leihua dengan santai, sama sekali tak menyadari ketidakpantasan ucapannya.
Jingxin menatap dadanya yang masih proporsional, lalu memandang mangkuk sup di depannya.
Mungkinkah semangkuk sup burung kekuatan ini bisa membuatnya memproduksi ASI? Jingxin tak sengaja melirik Gao Leihua.
Lalu ia melihat sorot mata tegas pria itu.
Jingxin mengangguk pelan-pelan, lalu mengambil sendok dan mengaduk supnya perlahan.
Di bawah tatapan penuh harap Gao Leihua, Jingxin mulai menyeruput sup itu pelan-pelan.
Gao Leihua tersenyum bahagia! Semangkuk sup ayam di tangan Jingxin ini bisa dibilang sebagai mahakarya paling sempurna yang dibuatnya sepanjang sore! Hampir semua bagian bernutrisi dari ayam tersebut dilemparnya ke dalam sup. Untuk menyempurnakan semangkuk sup ini, Gao Leihua mengerahkan seluruh kekuatannya dan berusaha maksimal menciptakan karya agung paling sempurna!
Setelah menyeruput sedikit, Jingxin tersenyum puas. Rasa sup ini membuatnya sangat terkesan, bahkan bisa dibilang ini adalah salah satu hidangan terbaik yang pernah dicicipinya seumur hidup!
Mata Gao Leihua berbinar-binar menatap Jingxin: "Bagaimana, bagaimana? Sudah ada perasaan?"
"?" Jingxin memandang Gao Leihua dengan curiga, mata seperti permata birunya dipenuhi tanda tanya. Perasaan apa? Maksudnya apakah supnya enak atau tidak?
"Maksudku, sensasi berdenyut-denyut di sana, ada tidak?" Gao Leihua menunjuk ke bagian dada Jingxin yang indah dan montok.
Jingxin menatap dadanya yang indah dan montok, merasakannya perlahan, lalu menggelengkan kepala.
"Ah, aku terlalu buru-buru. Baru satu teguk." Gao Leihua menggaruk-garuk kepalanya: "Jangan terburu-buru. Minumlah perlahan. Setelah habis, beristirahatlah sebentar. Nanti kita lihat apakah ada perasaan kembung itu."
Jingxin mengangguk pelan, membuka mulut mungilnya untuk menyeruput kuah ayam super bergizi ini seteguk demi seteguk.
Tiga anak-anak ini baru pertama kali menyantap makanan seenak ini, mereka melahapnya dengan lahap.
Daging Burung Kekuatan (ayam) memang terkenal sebagai yang terlezat di dunia ini! Andai saja makhluk ini tidak begitu sulit ditaklukkan, pasti sudah lama dijadikan santapan mewah! Ditambah metode memasak Gao Leihua yang melampaui zamannya, rasa lezat Burung Kekuatan ini naik ke tingkat yang lebih tinggi!
Seluruh meja penuh dengan hidangan ayam lengkap segera dihabiskan oleh tiga anak. Anak-anak berusia 13-14 tahun sedang berada dalam tahap pertumbuhan tubuh, sehingga porsi makannya pun sedikit lebih banyak. Bagi seorang koki, kesukaan para penikmat makanan terhadap hidangannya adalah pujian terbesar! Ekspresi anak-anak membuat Gao Leihua sangat puas. Meskipun sebenarnya Gao Leihua bukanlah seorang koki profesional.
Memandang ekspresi anak-anak, Gao Leihua tersenyum tipis lalu meletakkan alat makan di tangannya, kemudian menatap Jing Xin.
Posisi Jing Xin saat makan sangat elegan, persis seperti model makan bangsawan Barat. Standar dan elegan. Hal ini membuat Gao Leihua merasa bahkan hanya melihat Jing Xin makan saja sudah menjadi suatu kenikmatan.
Lama sekali, Jingxin akhirnya menghabiskan semangkuk besar sup ayam ini. Mengingat porsi makan Jingxin yang biasa, semangkuk besar sup seperti ini biasanya sama sekali tidak akan sanggup dihabiskannya. Entah bagaimana caranya Gao Leihua melakukannya, saat pertama kali dicicipi rasa sup ini memang lezat. Meski lezat, Jingxin juga pernah mencicipi banyak hidangan enak sebelumnya. Namun saat pertama kali menyantapnya, sup ini bisa dibilang salah satu yang terlezat bagi Jingxin.
Anehnya, semakin dimakan semakin terasa nikmat. Hal ini mengingatkan Jingxin pada sate daging panggang yang pernah dihidangkan Gao Leihua saat pertama mereka bertemu. Sate itu juga seperti ini, semakin dikunyah semakin wangi, semakin dimakan semakin menggugah selera, hampir membuat Jingxin tidak rela meletakkannya.
Bagi Gao Leihua, kebahagiaannya cukup dengan melihat anak-anak dan Jingxin menyukai masakannya.
“Setelah selesai makan, seluruh keluarga hanya bisa duduk diam di kursi beristirahat. Karena terlalu kenyang, untuk sementara mereka tidak bisa bergerak leluasa.
Setelah beristirahat sejenak, Jingxin yang awalnya duduk tenang tiba-tiba mengerutkan alis.
Pada saat ini, Jingxin jelas-jelas merasakan sensasi kesemutan yang datang dari dadanya.
Aku tidak mungkin benar-benar memproduksi ASI, kan?! Jingxin berpikir dalam hati, merasa ini di luar akal sehat. Bagaimanapun, secara logika dirinya seharusnya tidak bisa menyusui.
"Ada apa? Apakah sensasi berdenyut-denyut itu sudah mulai?" Gao Leihua langsung panik begitu melihat Jingxin mengerutkan kening.
Jingxin mengangguk pelan-pelan, lalu melakukan gerakan yang hampir membuat darah mengucur deras dari hidung Gao Leihua.
Jingxin mengernyitkan alis, jari-jari rampingnya meraih payudara indahnya sendiri. Tangannya menggenggam payudara kanannya, lalu menekan lembut melalui baju beberapa kali. Sensasi berdenyut-denyut dan kesemutan ini sama sekali belum pernah dialami Jingxin sebelumnya, membuatnya penasaran.
"Hah." Gao Leihua membelalakkan matanya menatap Jingxin.
Tiba-tiba, Jingxin mengangkat kepala dan menatap Gao Leihua, sepasang mata biru airnya bertemu dengan pandangan Gao Leihua.
"Haha! Sudah kuduga payudara seindah milikmu bagaimana mungkin tidak menghasilkan ASI!" Gao Leihua sama sekali tidak merasa canggung, bersikap sangat natural: "Ayo, cepat suruh anak-anak mencoba apakah ini berhasil!"
Jingxin mengangguk perlahan, berjalan menuju lantai atas. Saat berjalan, Jingxin masih berpikir frustrasi: Mengapa semangkuk sup bisa membuatnya merasakan hal seperti ini? Mungkinkah benar-benar mulai menghasilkan ASI?
Dengan lembut menggendong Jinsha'er yang terbaring di tempat tidur, Jingxin berusaha mengingat-ingat adegan wanita menyusui yang pernah ia lihat sebelumnya. Kemudian ia membuka kerah bajunya perlahan, lalu menyodorkan puting susunya yang berdenyut-denyut ke mulut Jinsha'er.
"Hmm?" Jinsha'er membuka matanya, setengah tertidur ia melihat puting susu indah di depannya. Tanpa ragu ia langsung menyambutnya dengan mulut kecilnya, mulai mengisap kuat-kuat.
Setelah mengisap cukup lama, Jinsha'er mengangkat alis kecilnya karena tak merasakan sensasi manis yang diharapkan.
Jingxin juga mengerutkan alis, lalu mengambil botol susu di sampingnya dan menyelipkannya ke mulut Jinsha'er. Terakhir ia merapikan kerah bajunya sebelum menggendong Jinsha'er turun ke lantai bawah.
Sesampainya di lantai bawah, Jingxin menghampiri Gao Leihua.
Gao Leihua melihat Jinsha'er dalam pelukan Jingxin, lalu lagi-lagi menatap botol susu di mulut bayi itu.
"Bagaimana? Masih belum sukses?" Gao Leihua bertanya dengan curiga.
Jingxin menganggukkan kepala, perasaan kecewa benar-benar muncul di hatinya. Tadi, saat Jin Sha'er mengisap putingnya, dia benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
"Tidak apa-apa, ini baru hari pertama! Tapi kau sudah merasakan denyutan di payudara! Itulah langkah pertama menuju kesuksesan!" Gao Leihua menghibur: "Tenang, selama Gao Leihua ada di sini, pasti akan membuatmu benar-benar merasakan kenikmatan menyusui! Sup ayam masih efektif, mulai besok aku akan memasaknya setiap hari untukmu. Lalu aku akan mencari-cari lagi bahan-bahan pelancar ASI yang kuingat!" Gao Leihua berkata dengan penuh keyakinan pada Jingxin.
Namun ketika Gao Leihua mengingat semua ini pada akhirnya, perasaan menggelikan sekaligus menyedihkan muncul. Semua upayanya membuat sup ayam dan suplemen ternyata salah prinsip. Bukan karena Jingxin tidak memproduksi ASI, tapi waktunya memang belum tiba!
Jingxin mendengar kata-kata Gao Leihua dan juga mengangguk. Tiba-tiba, dia menyunggingkan senyuman tipis ke arah Gao Leihua. Berbeda dengan senyuman formal sebelumnya yang hanya untuk menyampaikan maksud, senyuman Jingxin kali ini justru tulus dari hati.
Melihat senyuman indah Jingxin, Gao Leihua tertegun sejenak. Seketika itu juga tekadnya untuk mencari bahan obat semakin menguat! Bukan untuk alasan lain, semata-mata demi senyuman bak malaikat yang kadang terpancar dari Jingxin...
