"Eh? Tidak!" Tiba-tiba Gao Leihua teringat sesuatu, bertanya dengan curiga: "Yang Mulia Kepala Panti Asuhan, bukankah tempat ini adalah Kekaisaran Cahaya? Bagaimana mungkin ada tempat seperti 'Lembah Arwah' di sini? Menurut logika, tempat seperti Lembah Arwah pasti akan menjadi target penghancuran utama Kekaisaran Cahaya, bukan?"
"Hah, kau belum tahu cerita di baliknya." Sang Kepala Panti Asuhan tersenyum misterius: "Lembah Arwah ini memiliki latar belakang yang sangat besar, berkaitan dengan pertempuran dewa melawan iblis sebelumnya!"
Mendengar frasa "pertempuran dewa melawan iblis", tubuh Gao Leihua bergetar. Topik yang sangat klise. Tak disangka di ruang dimensi ini benar-benar terjadi hal semembosankan itu - pertempuran dewa melawan iblis, plot yang hampir selalu muncul di setiap novel fantasi.
“Konon katanya.” Kepala Panti Asuhan tak tahu isi hati Gao Leihua, ia terus bersemangat mengoceh dengan ludah beterbangan: “Perang itu benar-benar memilukan! Hingga akhirnya, Dewa Arwah Penasaran dari Tiga Dewa Utama Iblis disegel oleh Dewa Cahaya di 'Lembah Arwah' ini. Saat itu, pihak Iblis total memiliki tiga sosok tingkat Dewa Kelas Delapan, yaitu 'Dewa Maut', 'Dewa Arwah Penasaran', dan 'Dewa Kegelapan'. Namun sayang, selain 'Dewa Arwah Penasaran', dua lainnya berhasil kabur. Kalau bicara tentang Tiga Dewa Utama Suku Arwah ini, itu akan menjadi cerita indah lagi…”
“Hah, Kepala Panti Asuhan, tolong langsung ke intinya.” Gao Leihua tak tahan lagi dengan lembut menasihati sang kepala panti asuhan, karena dalam benaknya sudah tersimpan ratusan versi cerita Perang Dewa-Iblis. Lagipula, sejarah adalah catatan harian di tangan pemenang. Yang kalah selalu dijuluki jahat, sementara pemenang selalu suci. Sejarah hanyalah pilar kejayaan para pemenang, dan Gao Leihua juga malas mendengarnya.
"Tidak puas, Solopard menarik-narik janggutnya: \"Pemuda memang kurang sabar! Baiklah, akan kusingkatkan. 'Lembah Arwah' ini menyegel 'Dewa Kematian', sehingga secara alami menjadi surga bagi arwah. Makna keberadaan Kekaisaran Cahaya adalah untuk meredakan lembah ini, sekaligus menjadi segel tambahan untuk menyegel 'Dewa Kematian'. Jadi bukan berarti Kekaisaran membiarkan keberadaan lembah ini, melainkan Kekaisaran ada demi menyegel Lembah Arwah. Sebenarnya lembah ini cukup berguna, setidaknya makhluk abadi di dalamnya sangat banyak, bisa menjadi tempat ujian bagi Kekaisaran. Saat ini banyak akademi di Kekaisaran yang menjadikan 'Lembah Arwah' sebagai tempat ujian.\" Semakin dijelaskan, Solopard semakin bersemangat.
“Oh, seperti ini.” Gao Leihua mengangguk setengah mengerti. Setelah mengetahui urusan Lembah Arwah, hal selanjutnya jadi lebih mudah. Pergi ke Lembah Arwah untuk mengambil beberapa "Rerumputan Hantu Senyap", lalu mengoleskannya ke Jingxin. Maka hasrat Jingxin untuk memproduksi ASI seharusnya bisa terwujud! Gao Leihua mengangguk-angguk dalam hati, terbuai dalam fantasi indah kehidupan YY.
Saat Gao Leihua sedang berkhayal tentang adegan harmonis kehidupan keluarga dalam benaknya, tiba-tiba Shajia di belakangnya menepuk punggungnya.
“Ada apa, Shajia?” Gao Leihua bertanya dengan curiga.
Shajia menarik sudut bibirnya, lalu mengulurkan tangan dan menunjuk ke belakang.
Gao Leihua berbalik, tepat melihat siluet indah sedang mendekat. Rambut biru panjang, mata indah bagai permata biru - itu Jingxin!
“Jingxin, kenapa kau datang?” Gao Leihua buru-buru menyambutnya.
Jingxin menggendong dua anak di pelukannya. Dengan satu tangan mengangkat masing-masing bayi, ia perlahan mendekati Gao Leihua.
Melihat Jingxin yang sedikit kesulitan menggendong dua anak, Gao Leihua merasa iba. Meski anak-anak masih kecil dan tidak terlalu berat, menggendong satu di setiap tangan itu berbeda. Apalagi berjalan sambil menggendong dua anak, itu pekerjaan yang sangat melelahkan.
Gao Leihua kini diam-diam membayangkan diagram konstruksi kereta bayi dari Bumi di benaknya! Tampaknya harus membajak desain kereta bayi dari Bumi, agar Jingxin bisa lebih hemat tenaga saat keluar nanti! Pikir Gao Leihua dalam hati.
Gao Leihua menggabungkan tiga langkah menjadi satu, cepat-cepat mendekati Jingxin. Dengan lembut ia mengambil Lu Dongfa dari pelukan Jingxin, membiarkannya beristirahat sejenak.
Jingxin tersenyum tipis pada Gao Leihua, lalu pandangannya beralih ke Shajia yang berdiri di belakangnya.
Tangan Shajia yang baru saja bertempur masih penuh noda darah. Merasakan pandangan Jingxin, Shajia dengan malu bersembunyi di belakang Gao Leihua. Dia terlihat takut bertemu Jingxin, karena sekadar berkelahi saja sudah membuat Jingxin sedih. Apalagi jika Jingxin tahu dia hampir membunuh seseorang, Shajia khawatir Jingxin akan hancur hatinya.
"Hehe, Jingxin, kau sengaja datang untuk melihat anak-anak?" Gao Leihua menggaruk kepalanya sambil tersenyum.
Jingxin mengangguk pelan, lalu matanya menatap Gao Leihua dengan intens.
"Ada apa, Jingxin?" Gao Leihua bertanya dengan wajah penuh tanya.
Tanpa berkata-kata, Jingxin tiba-tiba mengulurkan tangannya yang ramping. Dengan lembut, dia mengusap sedikit noda darah di dahi Gao Leihua.
Saat jari-jari Jingxin menyentuh dahinya, Gao Leihua tertegun sejenak. Ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya diam seribu bahasa.
……
Di atas menara kecil tak jauh dari situ, seorang pria tampan berambut cokelat sedang mengamati Jingxin dan Gao Leihua. Di sampingnya berdiri seorang pria berbaju hitam.
“Soren! Bukannya kau bilang pria ini hanya keluarga Heartfilia? Masak ada keluarga yang melakukan gerakan intim seperti ini?” Nada suara pria itu penuh kemarahan: “Bahkan jika mereka keluarga, tindakan seperti ini sudah melampaui batas, tahu!”
“Yang Mulia Putra Mahkota, gerakan itu tidak berarti apa-apa.” Pria berbaju hitam tetap tenang seperti biasa. Hanya saja sekarang penilaiannya terhadap sang putra mahkota sudah jauh menurun. Sebelumnya sang putra mahkota sudah bertindak sempurna - diktator, tenang, berdarah dingin, semua kriteria seorang kaisar. Tapi begitu melihat Heartfilia, dia kehilangan ketenangan dan kewarasan yang semestinya. Tatapan pria hitam pada sang putra mahkota mulai membeku: Jangan-jangan dukungannya selama ini adalah pilihan yang salah?
“Aku tidak peduli!” Putra Mahkota Ifa sudah kehilangan kendali: “Kau, selidiki sampai detail! Aku ingin semua dokumen tentangnya! Takkan ada yang merebut Heartfilia dariku, takkan ada!”
“Siap, Yang Mulia.” Pria berbaju hitam mengangguk lemah. Siluetnya samar-samar menghilang, meninggalkan Putra Mahkota Ifa sendirian membeku di tempat seperti patung.
Setelah melihat pria berbaju hitam menghilang, Pangeran Ifa baru membersihkan tenggorokannya dan menyesuaikan ekspresinya. Kemudian dengan senyuman yang dianggap diri paling tampan, ia melangkah mantap menuju Nona Jingxin.
……
"Hah, Nona Jingxin, kebetulan sekali bertemu Anda di tempat ini." Setelah mendekat, Pangeran Ifa berpura-pura antusias menyapa.
Nona Jingxin menoleh sebentar ke arah pangeran, mengangguk sopan. Namun segera memalingkan wajah kembali sambil terus mengusap keringat Gao Leihua...
Pangeran Ifa yang tampan itu mulai menyadari bahwa hubungan Gao Leihua dan Nona Jingxin bukan lagi hal sepele. Mulutnya terbuka seolah hendak mengucapkan sesuatu.
Namun, tepat saat dia hendak berbicara, dari kejauhan muncul sosok pria tegap berlari ke arah sini sambil berteriak, "Jingxin, Jingxin, kau datang. Kenapa tidak memberitahuku? Aku bisa menjemputmu di pintu masuk!" Pria berzirah Cahaya dengan rambut cokelat panjang dan ketampanan yang tak kalah dari putra mahkota ini tak lain adalah Rook - Ksatria Cahaya tingkat enam yang sedang mengejar Jingxin dengan gila-gilaan, sekaligus putra dari Pendekar Pedang Angin Robinhan.
Gao Leihua sudah sangat frustasi. Langit macam apa ini? Bagaimana bisa saingan cinta muncul silih berganti?
Sebelum Rook sempat menarik napas, muncul lagi sosok manusia berlari ke arah sini! Mungkinkah ini saingan cinta lagi? Gao Leihua berpikir dengan ragu...
