“Oh? Ternyata Saudara sudah menemukanku sejak tadi ya, lalu mengapa tidak menyerang? Padahal kau belum tahu apakah aku kawan atau lawan.” Pria kekar yang mengaku manusia-binatang ini tersenyum aneh memandangi Gao Leihua, sulit dibayangkan betapa ganjilnya senyuman di wajahnya itu.
Gao Leihua tersenyum ringan: “Kau tidak memancarkan aura, bukan?”
“Haha!” Pria berambut emas ini hanya tertawa lepas lalu tak bertanya lebih lanjut.
Gao Leihua tersenyum tipis sambil terus membalikkan Mimi Sheep di rak panggang. Alasan tidak menyerang pria kekar berambut emas ini tentu bukan hanya sekadar karena tidak ada aura. Sebenarnya aura itu sendiri tidak bisa diandalkan, selama seseorang adalah ahli, ada berbagai metode untuk menyembunyikan aura mereka. Misalnya Gao Leihua sendiri, selama dia mau, takkan ada yang bisa merasakan aura-nya. Alasan sebenarnya tidak bertindak bukan hanya karena tidak merasakan aura, yang terpenting adalah saat ini Gao Leihua sendiri tidak tahu berada di mana, juga tidak tahu apakah daerah ini dihuni manusia. Sekarang, dengan susah payah datang seseorang, tentu Gao Leihua tidak bisa sembarangan menghabisi sekaligus. Di manapun berada, memiliki satu teman tambahan selalu lebih baik daripada punya satu musuh. Ditambah lagi orang ini benar-benar terlihat tanpa niat jahat.
“Saudara, barang panggangmu ini benar-benar wangi! Aku seumur hidup belum pernah mencium aroma sedap seperti ini.” Pria kekar berambut emas itu melempar kapak perang sebesar pintu ke samping sembari duduk bersila di depan Gao Leihua. Matanya berbinar-binar mengamati tiga ekor Mimi Yang yang hanya sebesar telapak tangannya, sambil menghitung berapa bagian yang akan dia dapatkan. Meski wanginya menggoda, tapi porsinya tampak terlalu sedikit.
“Hehe.” Gao Leihua tersenyum tipis: “Ketiga makhluk kecil ini bukan untukmu. Lihat postur tubuhmu, ini bahkan tidak cukup untuk satu gigitanmu. Jika kau ingin makan, aku harus membuatkan porsi khusus.”
“Haha.” Pria berambut emas itu menggaruk kepala dengan malu: “Benar juga, tiga ekor ini terlalu mini.”
"Sudah hampir matang." Gao Leihua membalikkan tiga kambing panggang Mimi, lalu mengeluarkan seekor monster ternak berbentuk anak sapi dari cincin ruangnya. Setelah mengeluarkan monster itu, dia merapatkan tangan kanannya membentuk tebas tangan dan mengayunkannya perlahan. Kilat seketika terkumpul di telapak tangannya. Dengan gerakan tebas tangan yang halus, kilat itu seperti pisau tajam yang dengan mudah memotong salah satu kaki belakang anak sapi tersebut. Sementara itu, kilat di tangannya langsung membakar luka potongan hingga tidak ada setetes darah pun yang menetes dari bagian yang terpotong.
Tindakan Gao Leihua ini sengaja memperlihatkan secuil kekuatannya di hadapan pria berambut emas itu. Dalam situasi dimana belum jelas kawan atau lawan, meski terlihat tidak berniat jahat, kewaspadaan harus tetap ada. Gerakan tadi dimaksudkan sebagai "membunuh ayam untuk memberi pelajaran pada monyet". Selama pria ini benar-benar tidak mengancam mereka, Gao Leihua akan memperlakukan temannya dengan kesetiaan dan kehormatan penuh!
"Tepat! Melihat aksi Gao Leihua ini, pria berambut emas itu terkaget-kaget membuka mulut: "Saudara, jurusmu ini fenomenal! Bagaimana caranya? Dalam sihir petir pun tidak ada jurus seperti ini."
"Hehe, cuma trik kecil saja." Gao Leihua tertawa ringan, lalu melemparkan tubuh sapi kecil yang kakinya terpotong itu kembali ke cincin dimensi. Sementara itu, kaki sapi itu dicucinya di baskom kosong: "Mau tingkat kematangan berapa?" tanyanya sambil mencuci.
"?? Tingkat kematangan? Maksudmu apa?" pria itu bertanya bingung.
"Hm, maksudku kau suka daging panggang yang masih berdarah, setengah matang, atau matang sempurna? Setiap tingkat kematangan punya cita rasa berbeda." Gao Leihua menjelaskan sambil tersenyum: "Ada tiga fen (tiga tingkat), lima fen, delapan fen, dan matang sempurna."
"Oh begitu, kalau begitu coba yang delapan fen dulu." Pria itu cepat tanggap: "Dulu waktu aku makan, cuma taruh di atas api sampai gosong. Belum pernah dengar konsep tingkat kematangan begini."
"Heh." Gao Leihua tersenyum tipis, mendirikan sebuah pemanggang daging di atas tumpukan api. Lalu ia membuat beberapa sayatan pada kaki sapi raksasa itu untuk memudahkan proses pemanggangan. Akhirnya, ia meletakkan kaki sapi tersebut di atas pemanggang dan membalikkannya perlahan beberapa kali.
"Ngomong-ngomong, Saudara, kalian bukan orang dari dalam segel ini kan?" Pria berambut emas itu bertanya sambil terus menatap tajam kaki sapi tersebut sambil menelan liur. Ukuran kaki sapi yang sebesar lengannya ini kira-kira bisa mengisi perutnya sampai 80% kenyang.
"Oh?" Kilatan kejutan sesaat terlihat di mata Gao Leihua. "Dari mana kau tahu kami bukan penghuni segel ini?"
“Haha, ini mudah dikenali.” Pria berambut emas tersenyum: “Karena di dalam segel ini, satu-satunya makhluk berkesadaran yang bisa disebut sebagai makhluk hidup hanyalah manusia-binatang dari suku kami. Selain klan kami, tidak ada makhluk lain. Ciri khas suku kami pun sangat mudah dikenali.” Pria itu menunjuk janggut lebatnya yang terlihat menggairahkan - tentu saja daya tarik ini hanya berlaku bagi Gao Leihua yang tubuhnya sekarang bahkan tidak bisa menumbuhkan sehelai bulu, membuatnya memandang janggut maskulin itu dengan kekaguman luar biasa.
“Apakah janggut ini ciri khas Suku Singa Emas kalian?” Gao Leihua menatap janggut di wajah pria itu dengan tatapan curiga, karena tiba-tiba ia teringat putra keduanya yang juga memiliki lingkaran janggut serupa yang terlihat menggairahkan.
“Janggut? Astaga, Saudara, ini sama sekali bukan janggut!” Pria berambut emas buru-buru menjelaskan: “Ini adalah ciri khas klan kami - Bulu Singa Cokelat! Jangan pernah lagi menyebutnya sebagai janggut, Saudara! Ucapan sembrono seperti itu bisa memicu kemarahan seluruh anggota klan kami.”
"Oh, maafkan aku, bukan sengaja." Gao Leihua menganggukkan kepala dengan agak malu: "Namaku Gao Leihua, dari ras manusia luar. Tak sengaja tersedot retakan ruang? Sekarang juga tak tahu ini tempat apa, siapa namamu? Prajurit suku manusia-binatang." Gao Leihua menyelesaikan proses memutar kaki sapi panggang lalu menatap pria berambut emas ini.
"Suku Manusia-Binatang, Rhein·Charlie." Charlie si rambut emas menepuk dadanya: "Kami adalah raja di antara suku manusia-binatang——Suku Singa Emas."
"Suku Singa Emas?" Gao Leihua membalikkan daging panggang di tangannya sambil merenung sejenak: "Sepertinya tak pernah dengar ada ras seperti itu di suku manusia-binatang." Gao Leihua memalingkan kepala ke arah Yue Rui dan Xiao San.
Yue Rui mengangkat bahu tanda tak mengerti.
Xiao San termenung sejenak, tiba-tiba dia mengangkat kepala dan menatap tajam Rhein·Charlie: "Suku Singa Emas! Suku Singa Emas purba? Satu-satunya klan binatang yang menguasai sihir?"
“Haha, kau pernah mendengar tentang Klan Singa Emas kami! Namun, sejak kapan klan Singa Emas kami berubah menjadi bangsa binatang purba?” Rhein Charlie yang berambut emas menggaruk kepalanya dengan frustrasi.
Gao Leihua juga menatap Xiao San. Sejak tiba di dunia ini, dia sedikit banyak telah mendengar berbagai hal. Tapi di antara bangsa binatang, sama sekali tidak pernah terdengar tentang Klan Singa Emas ini. Sekarang melihat ekspresi Xiao San, sepertinya dia tahu beberapa hal.
“Aku juga tak menyangka bisa melihat Suku Singa Emas lagi.” Xiao San tersenyum, matanya yang tersembunyi di balik poni berkedip memandang Rhine·Charlie: "Sejak perang terakhir melawan Dewa, para penguasa bangsa binatang, Suku Singa Emas, entah mengapa perlahan menghilang. Saat ini, Suku Binatang Emas di luar sana sudah menjadi legenda. Aku tidak terlalu jelas detail dokumennya. Hanya legenda yang mengatakan Suku Singa Emas adalah satu-satunya ras manusia-binatang yang bisa menggunakan sihir, setiap anggota sukunya adalah ahli kultivasi ganda dalam sihir dan bela diri. Pada masa Perang Dewa-Iblis, mereka bahkan berhasil memblokir serangan berulang Iblis dengan kekuatan dahsyat mereka." Xiao San perlahan mengungkapkan semua yang dia ingat tentang suku purba ini: "Di bawah pimpinan Suku Binatang Emas dulu, bangsa binatang pernah menjadi ras terkuat di benua ini. Saat itu, umat manusia hanya bisa tunduk di bawah kekuasaan mereka. Tapi kemudian entah kenapa Suku Singa Emas tiba-tiba lenyap! Konon katanya, setiap anggota Suku Singa Emas purba yang diambil secara acak minimal memiliki kekuatan tingkat enam! Begitu mencapai usia dewasa, mereka langsung menjadi ahli kultivasi ganda. Pada puncak kejayaannya, bahkan ada enam penguasa tingkat kesucian dalam satu suku saja!"
“Hehe, tak disangka setelah sekian lama masih ada yang mengenal suku Emas kami.” Rhine·Charlie menepuk kepalanya: “Kau benar, bangsa binatang kami memang tiba-tiba menghilang. Karena seluruh klan kami pada saat genting Perang Dewa-Iblis disegel ke tempat hantu ini.” Rhine·Charlie frustrasi menunjuk langit: “Segel di lantai inilah yang mengurung kami yang sedang bertempur melawan 'Dewa Arwah Penasaran'.”
“Segel?” Xiao San dan Yue Rui baru menyadari langit sekarang benar-benar gundul berwarna keemasan: “Mungkinkah kita berada dalam segel Dewa Cahaya yang diklaim tak terpecahkan itu?” Wajah keduanya langsung berubah pucat...
