“Putri?” Gao Leihua memandang bayi yang mengubur wajahnya di dadanya. Tak perlu penjelasan lagi! Kini Gao Leihua yakin 80% bayi dalam pelukannya tak lain adalah Putri Kecil Suku Arwah!
"Putri Suku Arwah hilang, nih. Sepertinya hilangnya putri kecil yang disebut para arwah ini adalah alasan mengapa mereka mengepung kelompok Singa Emas! Kira-kira siapa ya putri kecil Suku Arwah ini?" Gao Leihua mengangkat bayi di pelukannya dengan lembut, memposisikan wajah bayi menghadap dirinya. Senyum hangatnya memancarkan kehangatan bak mentari, gigi putihnya berkilauan di bawah sinar segel emas yang memantulkan kilauan menyilaukan.
Namun senyum penuh cahaya itu justru membuat si kecil yang merasa bersalah merinding bulu kuduknya.
"Hei, Ayah, Bayi nggak nyangka bakal bikin masalah segini besar. Bayi cuma diam-diam kabur dari istana, nggak sangka para tetua bakal naik naga tulang ngejar Bayi. Sampe berantem sama kaum manusia-binatang. Bayi nggak sengaja kok." Si kecil menutupi mata mungilnya dengan tangan, wajahnya memerah sambil bergumam malu-malu pada Gao Leihua.
“Oh? Hehe! Lari sendiri dari istana ya, hehe!” Gao Leihua tersenyum nakal: “Berarti kau Putri, ya Nak?”
“Hm? Aduh!” Bayi langsung tersadar! Ternyata sebelumnya Gao Leihua sama sekali tidak tahu identitasnya sebagai Putri Arwah! Tapi dengan ucapan barusan, dirinya sudah mengakui fakta sebagai Putri Arwah!
“Ayah jahat! Jahat!” Tinju kecil bayi mendarat di tubuh Gao Leihua.
“Haha, salahkan kebodohanmu sendiri!” Gao Leihua sombong mengetuk kepala kecil bayi.
“Yah, kepala anak-anak tidak boleh diketuk! Nanti jadi bodoh!” Bayi kesal mengusap dahinya.
"Hehe, Bao Bao memang dari dulu sudah bodoh!" Gao Leihua menggendong kembali Bao Bao yang masih terangkat tinggi di pelukannya: "Lalu sekarang Bao Bao mau bagaimana menghukum berat sisa-sisa kekacauan ini? Ini semua kau yang cari masalah." Gao Leihua melirik tumpukan arwah-arwah tak terhitung yang mengerubungi seluruh cekungan besar Suku Singa sambil berkata pada Bao Bao.
"Hm, masalah ini serahkan saja pada Ayah!" Bao Bao mengangkat wajah Gao Leihua lalu mencium keras pipinya: "Urusan ini Bao Bao serahkan sepenuhnya pada Ayah! Wong kau kan Ayahnya Bao Bao!"
"Hmph!" Gao Leihua menarik sudut bibirnya dengan gerakan halus.
"Ayah, selanjutnya apa yang harus kami lakukan?" Yue Rui bertanya pada Gao Leihua: "Arwah-arwah Suku Arwah di bawah sepertinya akan segera bentrok dengan orang-orang Suku Singa Emas."
"Apa lagi yang bisa dilakukan?" Gao Leihua tersenyum licik pada bayi kecil itu: "Sekarang asalkan menyerahkan Bao Bao pada arwah-arwah itu, mereka pasti akan mundur sendiri..."
“Auuu~ Ayah!” Perkataan Gao Leihua belum selesai, Bayi sudah menangis tersedu-sedu di pelukannya: "Ayah, kau tak mau Bayi lagi?" Bayi mengusap mata dengan ekspresi menyentuh hati sambil memandang Gao Leihua.
"Hmph! Gadis kecil." Melihat ekspresi Bayi, Gao Leihua bergumam dalam hati bahwa candaannya keterlaluan. Ia mengusap air mata Bayi dengan lembut: "Tenang, sejak kau memanggilku Ayah, maka kaulah putriku. Sebagai putriku, tentu aku tak akan membiarkanmu menghadapi hal yang tak kau sukai. Jika kau tak mau pulang, takkan ada yang bisa memaksamu. Siapapun dia!" Gao Leihua menghibur Bayi dengan lembut.
"Waah! Ayah! Ekspresimu saat ini ganteng banget!" Bayi memeluk erat Gao Leihua, sambil menggesekkan kepala kecilnya ke dada sang ayah.
Gao Leihua menggelengkan kepala pasrah, lalu memandang suku singa dan Suku Arwah di cekungan itu. Untuk menghentikan perang kedua suku saat ini, pertama-tama harus memberitahu Suku Arwah bahwa Putri Bayi baik-baik saja. Hanya setelah Suku Arwah mengetahui keamanan Bayi, konflik antara kedua suku akan mereda.
Tapi masalahnya sekarang, Gao Leihua harus memastikan Suku Arwah mengetahui kondisi Bayi sekaligus menjamin mereka tidak akan sekali lagi membawa Bayi pulang.
"Susahnya!" Gao Leihua menggelengkan kepala. Saat ini dia benar-benar tidak bisa memikirkan solusi yang tepat!
Waktu berlahan detik demi detik. Waktu 10 menit yang disebutkan Tetua Agung hampir habis...
Tetua Agung di punggung naga tulang sudah tidak sabar: "Tidak bisa ditunda lagi! Segel ini akan merenggut nyawa Putri jika terlambat!" Dengan mengatupkan gigi, dia mengendarai naga tulang terbang kembali ke atas kepala manusia-binatang.
“Manusia-binatang yang jahat, ini kesempatan terakhir kalinya untuk kalian! Serahkan Putri Kecil kami! Atau kami tak akan sungkan-sungkan!” Nada suara Tetua Agung di atas tulang naga penuh kemarahan! Karena ia teringat masa Perang Dewa-Iblis dulu! Saat itu Dewa Hewan dari suku Singa Emas telah menyakiti Dewi dengan kejam, dan sekarang mereka bahkan berani melukai Yang Mulia Putri! Tak rela membiarkan Putri Kecil sekalipun!
Jika sehelai rambut pun jatuh dari Yang Mulia Putri, aku akan serbu kalian semua anak manusia-binatang ini! Tetua Agung bergumam dalam hati dengan api kemarahan yang membara!
Di udara, Tetua Agung di atas tulang naga sedang marah, sementara Klan Singa Emas Shi Baozhong justru mengernyitkan kening. Mereka sama sekali belum pernah melihat putri Suku Arwah, bahkan tak pernah mendengar tentang putri kecil Suku Arwah! Bagaimana mungkin mereka menculik putri kecil tersebut? Namun kini Suku Arwah bersikeras mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya, dan dari nada suara bayangan di atas tulang naga di luar, sepertinya benar-benar ada seseorang yang menculik putri kecil Suku Arwah.
Mungkinkah ada di antara kami yang tak sengaja 'menangani' putri kecil Dewi Arwah? Seperti dulu ketika Dewa Hewan 'menangani' Dewi Arwah? Pemikiran ini secara bersamaan melintas di benak seluruh anggota Klan Singa Emas!
……
"Sialan, Klan Singa Emas!" Melihat klan tersebut masih enggan menyerahkan putri kecil, Tetua Agung mengatupkan giginya dan memutar seluruh tubuhnya menghadapi semua arwah di bawahnya. Waktu hampir habis, jika tidak segera bertindak, nyawa sang putri kecil akan terancam!
Tetua Agung mengaktifkan sihir pengeras suara sambil mengaum ke seluruh prajurit arwah di bawahnya: "Semua arwah-arwah dengarkan! Sekarang, dalam satu shichen, rebut kastil manusia-binatang dengan TAK PEDULI HARGA YANG HARUS DIBAYAR! Kita kehabisan waktu! Jika terlambat, segel akan mengancam nyawa Putri Kecil! Segera selamatkan Putri Kecil kita, apapun pengorbannya!"
"Krek-krek!" Bunyi gesekan tulang belulang bergema dari semua arwah di cekungan bawah. Arwah di Domain Segel berbeda dengan yang di Lembah Arwah! Mereka adalah pasukan elit yang tetap di sisi Dewi Arwah sejak Pertempuran Dewa-Iblis terakhir! Bahkan kerangka paling lemah pun memiliki kesadaran setara manusia!
Dengan komando itu, seluruh pasukan arwah bergerak serentak menyapu formasi Klan Singa Emas seperti tsunami tulang-belulang!
Di barisan terdepan Resimen Arwah, terdapat Resimen Kerangka putih pucat! Kerangka tak berujung bagai lautan putih berduyun-duyun menyerbu benteng batu singa emas!
Singa-singa emas di dalam benteng batu telah memegang erat senjata mereka, manusia-binatang terlahir untuk berperang! Medan perang adalah takdir akhir para manusia-binatang! Meskipun jumlah musuh ratusan kali lipat dari mereka, mereka sama sekali tidak takut!
Perang, satu ketukan akan segera dimulai......
Di sisi lain, Gao Leihua gemetar seketika mendengar ucapan Tetua Agung di atas tubuh naga tulang!
"Sayang, adakah penyakit dalam dirimu?" Gao Leihua memeluk erat bayi sambil bertanya cemas. Dari perkataan bayangan tadi, seolah berada di luar akan membahayakan nyawa bayi! Apakah segel di langit akan berniat jahat pada anakku? Namun penjelasan Tetua Agung kurang gamblang, Gao Leihua hanya tahu bahwa bertahan lebih lama akan berisiko! Mungkinkah ada ancaman tersembunyi pada tubuh sang bayi?
"Begitu memikirkan ini, Gao Leihua langsung cemas memandangi Bayi..."
